{43} Gemas

119K 8.7K 1K
                                    

Happy Reading!

Arion memeriksa jam tangannya untuk yang kesekian kali. Karena tak fokus dia sampai mengabaikan gadis SMA yang sedari tadi mengoceh sampai mulutnya nyaris berbusa. Andra yang berada di samping cowok itu menggeleng heran.

"Udah balik sana balik," katanya menggeser badan Arion.  "Ulangi kak pesanannya." Dia tersenyum pada gadis SMA tadi.

"Machiato dua, Onion ring tiga sama Milkshake satu." Dia melirik ke arah Arion dengan kesal.

"Okey, Milkshake varian apa?"

"Strawberry."

"Okey, nota sama makanan nanti dikirim ya. Ini nomer mejanya." Andra tersenyum sambil memberikan nomor meja. Setelah itu ia kembali fokus pada Arion yang kebingungan sendiri.

"Balik sana udah. Daripada lo nggak fokus di sini."

"Apa?" Cowok itu justru mengangkat alisnya.

"Gelagat lo keliatan, bro." Andra mulai memanaskan minyak goreng. "Beneran naksir kayaknya."

"Si Aura daritadi nggak bisa—"

"Iya, udah sana pulang. Kafe biar gue yang nanganin. Palingan Zana udah selesai kontrol." Andra menahan senyum. Dia tau semenjak Vino membawa Zana pergi, sahabatnya terlihat berbeda.

Tiba-tiba Gery muncul sambil membawa nota pesanan. "Yon, itu ada yang minta dilayanin sama lo—mmmph."

"Udah sana balik. Biar gue yang urus semua."

Gery mencoba melepaskan tangan Andra dari mulutnya. Dia melotot pada cowok itu.

Arion menghela napas berat.  Mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kafe. "Gue duluan."

Dia mencoba mengubungi nomor Aura lagi. Adiknya itu terlalu sering menghabiskan waktu bermain sampai lupa amanatnya untuk menjaga Zana jika perempuan itu sendirian di rumah. Apalagi gadis itu sempat pergi bersama Vino, yang tak tau apa-apa mengenai masalah yang dialami Zana.

Hal buruk bisa saja terjadi bukan?

Akhirnya Aura mengangkat panggilan Arion. Cowok itu mendengus karena kesal.

"Halo, Bang?"

"Kamu dimana?"

"Ini lagi di rumahnya Tika, Bang. Kenapa?"

"Daritadi ngapain aja sih? Telfon nggak diangkat!"

"Loh loh, Aura lagi nonton drakor sama Tika. Nggak ada masalah kan?" Di seberang sana terdengar suara Tika yang bertanya ada apa.

"Besok lagi kalo mau main ngabarin dulu! Lupa abang ngasih tugas apa sama kamu?"

"Aku kira Kak Zana jadi pergi sama abang..."

Arion berdecak. Mematikan sambungan begitu saja. Dia menyalakan mesin mobil dan memecah jalanan yang ramai sore ini. Setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit akhirnya dia sampai. Dengan berlari kecil, cowok berkemeja itu membuka pintu rumah.

Betapa tertegunnya Arion melihat Zana terlelap di sofa dengan tangan memeluk bantal kecil.

Helaan lega keluar begitu saja. Firasat buruknya tidak terjadi.

"Zana." panggilnya pelan.

Dalam sekali senggolan Zana terbangun. Wajah khas bangun tidur gadis itu terlihat meski tak mengurangi wajah cantiknya. Dia mengucek matanya berulang kali, memastikan pandangan di hadapannya.

"Arion?"

"Gimana tadi?" Arion duduk di samping gadis itu.

"Apanya?" tanyanya dengan suara serak.

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang