{ 9 } Nihil

152K 12K 557
                                    

Gue minta maaf ya publishnya lama banget, karena draft yang udah gue buat kehapus gitu aja :( gue bener bener ga mood langsung :(

Btw gue seneng banget cara kalian SPAM KOMEN, komennya tuh mengenai cerita yang ada di bab ini 😅 SPAM KOMEN bakal publish besok!!!

HAPPY READING!

Zana telah tiba di depan sebuah toko roti. Dia menghela napas berat. Langkahnya terayun masuk ke dalam. Mamahnya memiliki pekerjaan sebagai pembuat kue di kafe ini, jadi siapa tau dia bisa dapat petunjuk. Mungkin Mamahnya masih bekerja di sini, semoga.

Langkah Zana tertahan saat menyentuh handle pintu. Ingatannya jatuh pada kejadian dimana dia main ke toko untuk menemani mamahnya.

—-
"Mah, buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Kalo Mamah pinter buat roti, kenapa aku enggak?"

Yuna terkekeh. Dia menggandeng tangan mungil Zana menuju meja kerjanya. "Zana mau dibuatin roti apa?"

Zana tersenyum lebar. "Cake Banana!"

"Siap!"

Gadis kecil itu mendekati sang Mamah yang tengah sibuk pada adonan roti. Dia memperhatikkan jeli bagaimana Mamahnya mengaduk adonan atau mencicipi sedikit apakah rasanya sudah pas.

"Kalo kamu udah gede nanti, Mamah ajarin buat roti."

"Kenapa nunggu aku gede dulu? Aku mau buatin temen-temen roti kalo berangkat sekolah."

Yuna hanya tersenyum menanggapi. Adonan roti yang sudah jadi dia masukan ke dalam oven. Matanya melirik putrinya yang sudah berkeliaran di sekitar dapur.

"Pokoknya nanti kalo udah gede, Zana mau jadi kayak Mamah." serunya semangat.

Yuna dibuat tersenyum.
——

"Permisi? Ada yang bisa kami bantu?"

Lamunan Zana terbuyar, mengerjapkan matanya lalu menatap penjaga kasir. Dia tersenyum kikuk. "Sebenernya, saya butuh ketemu sama pemilik toko roti ini."

"Oh, Bu Maya jam segini sudah pulang, Kak. Mungkin bisa dateng besok lagi. Atau ada pesan yang mau disampeein?"

Zana berdecak kecewa. Dia menggeleng sambil memaksakan senyum. "Nggak ada. Makasih."

Wajar saja pemilik toko ini sudah pulang. Jam tujuh malam semua pekerjaan biasa diatasi para pegawai. Bu Maya cukup dekat dengan Mamahnya, maka dari itu Zana mencarinya.

Bersyukur Zana masing ingat jalan rumah Bu Maya karena dulu kerap dibawa mamahnya kesana. Halte adalah tempat pertama yang Zana kunjungi, karena hanya itu transportasinya sekarang. Dia tidak memiliki banyak uang sehingga harus berusaha irit. Uang itupun dapat pinjaman dari Aura.

Ah, iya. Zana jadi teringat pada Aura. Dia tau memutuskan untuk keluar diam-diam rasanya tidak sopan. Tapi mau bagaimana lagi, Zana tak punya pilihan. Cara abang gadis itu bicara padanya sudah menegaskan jika lelaki itu keberatan dengan kehadiran Zana.

Lebih baik dia mengurusi masalahnya tanpa merepotkan orang, walau kenyataannya tak semudah itu.

📌📌📌

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang