{ 12 } Petunjuk lagi

156K 11.3K 627
                                    

* Kalo mau bisa harus bikin prinsip kamu bakal bisa. Jangan ada hambatan kecil langsung pesimis! —— Arion.

Happy Reading!


Aura mengulas senyum tipis melihat Zana duduk gelisah sambil menunggu Dokter datang. Karena harus ada janji mereka terpaksa menunggu sampai Dokter —yang merawat Zana waktu itu — selesai urusannya dengan pasien lain.

Aura menyentuh punggung tangan Zana membuat gadis berambut panjang itu menoleh. "Calm down,"

Zana memaksakan senyum. Dia perlahan menganggukan kepala. "Makasih, ya. Aku beruntung banget ketemu kamu di sini," katanya sepenuh hati.

"Aku yang beruntung bisa ketemu kakak lagi."

"Waktu nggak sengaja denger suster bilang kalo keluarga aku nggak ada yang jenguk selama ini, aku takut banget. Aku ngerasa udah nggak ada harapan lagi," Zana menghapus air matanya. "Aku ngerasa nggak punya tujuan hidup."

Zana bingung harus melakukan apa. Dia sempat berfikir akan jadi gelandangan karena tidak memiliki tempat tinggal, uang maupun keluarga. Hanya kecil kemungkinan dia bisa menemukan Papah, Mamah dan Zia.

"Kakak masih punya banyak kesempatan. Nggak ada yang mustahil asal kita yakin kalo yang kita lakuin sekarang pasti akan berhasil. Keluarga kakak bakal ketemu," Aura mengusap bahu Zana, "jangan berfikiran kakak nggak akan berhasil nemuiin mereka."

Zana terkekeh. "Diajarin siapa sih bijak banget."

Aura mengulum senyum. "Bang Arion sering bilang, jangan ngomong 'nggak bisa' sebelum gerak dan usaha. Kak Zana juga harus gitu, jangan bilang nggak sebelum usaha buat cari. Kalo mau bisa harus punya prinsip kita bakal bisa."

"Arion ngajarin kamu gitu?" tanyanya.

Aura tersenyum ketika ingatannya jatuh pada kejadian saat dirinya SMP dulu.

———
Aura menatap nanar seorang gadis di hadapannya yang sedang ditolong beberapa orang setelah jatuh dari motor. Dia melirik takut Arion.

"Aku nggak mau belajar motor, Bang." gadis itu menekuk bibirnya.

Arion memutar bola matanya. Dia menoyor pelan dahi Aura. "Dasar penakut."

Mata bulat Aura melotot lebar. Dia menginjak sepatu Arion dengan kasar. "Aku bukan penakut!"

"Ra, ini sepatu abang baru! Rese amat,"

"Abang yang rese."

Arion menghela napasnya. Dia membawa motor baru milik Aura untuk menepi. Setelahnya menarik tangan adiknya untuk duduk di bawah pohon. Padahal pagi tadi Aura sangat semangat ketika mengajak Arion untuk belajar menggunakan motor, tapi baru melihat orang jatuh dari motor langsung takut.

"Kenapa nggak mau belajar motor? Dikira abang mau direpotin nganter ke mall atau beli makan?"

"Abang nggak mau nganter Aura ke mall lagi?"

"Nggak."

"Kok gitu?"

"Capek lah, abang lagi fokus sama ujian sekolah jadi nggak selalu ada buat nganter kamu."

Aura menundukkan kepalanya. Tangannya mencabuti beberapa rumput dengan wajah murung. Sengaja agar Arion luluh.

"Ayo."

Gadis itu mengangkat kepalanya sehingga bertemu tatap dengan Arion yang sudah berdiri. "Ayo apa?"

"Kamu baru belajar nyalaiin motor, sekarang belajar gunaiin."

Self Injurlove ( terbit )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang