"Mana mungkin aku merebut sesuatu yang bukan milikku?"--Olivia
"Pagi, Bund!" sapaku pada Bunda. Di meja makam itu ada Kak David juga. Tapi aku tak menghiraukannya. Toh, dia juga tidak meminta maaf padaku soal kemarin. Dasar Kakak laknat!
"Lo gak nyapa gue, Liv?" tanya Kak David jahil yang kini selesai sarapan. Ciri-ciri tinggalin aku nih.
Aku menatapnya jengah. Bundaku lalu memasukkan beberapa sandwich di kotak bekal bening berwarna hijau.
"Udah ah, gak usah berantem. Olivia sarapan dulu ya? Ini bekalnya Bunda siapin!" aku tersenyum lebar pada Bundaku. Kemudian Bunda bangkit dan pergi ke kamarnya.
"Ada yang nungguin lo tuh di depan!" ujar Kak David mengikat tali sepatunya.
Siapa juga memang yang menungguku? Aneh, Rina? Mana mungkin. Bahkan sekarang dia sudah di sekolah duluan.
"Gue duluan! Bye!"
Uhuk! Aku tersedak saat Kak David pamit. Benarkan dia mau meninggalkanku!? Aku cepat-cepat meminum susu dan menenteng satu sandwich sambil ku kunyah. Ku saut tasku dan berlari mengejar Kakakku.
"Kak jangan tinggalin lah!" teriakku masih mengejarnya.
"Hai!"
Deg! Langkahku terhenti tepat di ruang tamu. Aku kemudian menoleh, seketika aku tersentak melihat sosok yang duduk di kursi ruang tamuku. Ini yang Kak David bilang orang yang menungguku?
"Lo ngapain di sini?" sarkasku. Aku sangat sebal melihat mukanya.
"Liv, kok tamu di gituin sih. Gini-gini dia kakak kelas kamu. Maaf ya Reza!" ujar Bunda lembut pada Kak Reza. Aku mendengus sebal, apa yang dia lakukan di pagi buta begini?
Namun, menyadari sesuatu aku langsung heboh. "Bun, Kak David ninggalin!" teriakku.
"Bareng gue aja!" Kak Reza menyahut dan di angguki oleh Bundaku.
Aku tak menghiraukannya. Bodo amat dengan Kak Reza. "Kamu sama Reza aja. Dia juga tadi emang niat jemput kamu. Katanya tebus kesalahan!"
Bunda tahu? Kalau sudah tahu salah kenapa Bunda izinkan menjemputku?"Emang kesalahan apa?" ujar Bundaku lagi. Aku mengernyit heran. Ah, sudahlah aku sedang malas menjelaskan.
Setelah itu, akhirnya aku naik di mobil Kak Reza. Bagaimana lagi? Sepedaku kemarin saja tertinggal di sekolah. Aku lupa jika kemarin memakai sepeda.
"Ngapain jemput gue segala?" ketusku saat mobil Kak Reza kini mulai membelah jalan kota."Kan gue udah bilang bakal buat kejutan lo kan? Dan gue bakal bujuk lo supaya gak marah sama gue!" Kak Reza menyunggingkan senyum tipis. Aku memalingkan wajahku ke sebelah kiri. Sangat sebal dengannya.
"Gue bukannya gak tanggung jawab dengan kesalahan. Cuman, kemarin gue buru-buru karena mau ketemu sama kepala sekolah. Tapi liat lo marah gini, gue jadi gak tegaan. Nah makanya gue berniat bujuk lo supaya gak marah!" jelasnya lagi membuatku menatap wajahnya.
"Sorry banget soal yang di kantin! Di tiga hari kedepan gue bakal jemput lo kalau berangkat sekolah. Itung-itung tebus kesalahan."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA (Selesai)
Teen FictionCOMPLETED, SUDAH DI REVISI Di sini bukan hanya kisah Olivia yang di rangkai. Kisah orang terdekat Olivia juga yakni ; teman, sahabat, saudara, keluarga, bahkan cinta pertama. Ini kisah Olivia dan orang terdekatnya. Memperjuangkan cinta mereka serta...