OLIVIA | 28

126 9 0
                                    

Berani macam-macam?

~~~

Setelah semalaman uring-uringan sambil melamun tak jelas, alhasil mata panda Olivia kini jadi sorotan. Tidak parah juga sih, cuman keliatan banget kalau habis begadang. Pertama, pulang dari taman ia langsung chatan dengan Kevan sambil di kirimi fotonya. Kedua, ia mengerjakan daftar tugas yang dj tulis Rina untuknya karena masih banyak yang bolong sebab kejadian masuk di rumah sakitnya.

Ia kerjakan tugas itu sampai tengah malam, capek dia ketiduran dengan punggung yang bersandar pada kepala tempat tidur dan laptop di pangkuan yang masih menyala. Sekelebat mimpi masa lalu berdatangan dalam bunga tidurnya.

"Olivia, lo mau temenin gue gak?" ujar gadis di hadapan Olivia yang tengah duduk bersila sambil memangku buku bacaan yang tadi di bacanya.

"Temenin kemana?" Olivia menjawab.

"Masih lama sih 12 hari lagi, nanti kalau ulang tahun kita bertiga yang ke 16." ujar gadis berbaju hijau lumut itu. Olivia tersenyum.

"Kok ajaknya sama gue doang? Gea gak? Kan ultahnya kita bertiga."

Gadis itu berpikir sesaat. "Besok deh gue ngasih taunya, yang penting lo dulu yang gue kasih tahu."

Senyum Olivia mengembang. "Oke, terserah lo!"

"Eh, ada yang gue mau bilang!"

Kening Olivia berkerut. Gadis di hadapannya berujar lagi. "Kalau lo punya beban pikiran jangan diam, cerita sama gue atau Ayah sama Kak David juga bisa. Asal jangan sama Gea, nanti di aduin sama Bunda. Jangan merasa sendiri, lo ingetkan ada gue?"

Olivia mengangguk, "Makasih, Sherin. Gue bakalan inget terus perkataan lo dan bakal usahain melakukannya."

Sherin maju lebih dekat lagi dengan Olivia sambil mengacungkan jari kelingkingnya. "Janji?"

"Hm, janji!" jemari kelingking Olivia dan Sherin saling bertaut. Rona kebahagiaan menjadi atmosfer mereka saat itu.

"Hey, kok ngelamun?"

Olivia tersentak, ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ternyata ia berada di perpustakaan. Olivia memijat pelipisnya sebentar, rupa-rupanya bayangan momennya bersama Sherin berhasil menguasai dirinya.

"Mata lo kelihatan banget habis begadang, kenapa?"

"Iya, begadang ngerjain beberapa tugas yang ketinggalan. Lo sendiri ngapain ke sini?" Olivia balik bertanya.

"Kalau gue bilang mau ketemu lo, percaya?" Kevan tersenyum jahil.

Mata Olivia membelalak dengan posisi menunduk sedang menulis. Dag-dig-dug jantungnya. Bahkan debarannya Olivia rasa bunyinya terlalu keras. Bahkan ia berdoa semoga Kevan tidak mendengarkan.

"Lo ngerjain apa? Mau gue bantu gak? Gini-gini gue pinter!" Kevan membusungkan dadanya bangga. Akhirnya suasana tegang kembali mencair. Olivia mengembuskan nafasnya banyak-banyak. Merasa bersyukur dengan ucapan narsistik Kevan.

"Pulang sekolah mau jalan sama gue lagi nggak? Ketagihan nih gue."

Lagi, Kevan berhasil membuat Olivia mematung dalam diam. Hobi sekali dia membuat Olivia deg-degan. Baru saja tadi mencairkan suasana, mulut licinya kembali menegangkan atmosfer sekitar.

OLIVIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang