Sudah ini jalannya hati.
~~~
Bunyi ketukan pintu yang memburu membuat perbincangan Olivia, Nia dan Eyang Oma berhenti.
"Biar Olivia yang buka, Bunda!" usul Olivia lalu berjalan menuju pintu masuk. Ia lalu membukanya, namun ia terkejut saat melihat siapa di samping Gea.
"Liv, lo lama banget sih bukanya!" dumel Gea lalu memberikan beberapa papper bag belanjaannya yang sekitar 7 itu pada Olivia. Dan langsung masuk tanpa menghiraukan Kevan. Sepertinya anak itu terlampau capek jadi lupa sama Kevan.
Di ambang pintu Olivia memegang belanjaan Gea kewalahan sampai satu suara lembut menggetarkan hatinya.
"Sini biar gue bantu!" ujar Kevan lalu mengambil 4 belanjaan Gea. Olivia hanya tersenyum tipis saja lalu mempersilahkan Kevan masuk. Lalu mereka berdua menyimpan belanjaan Gea di atas meja ruang tamu. Gea sedang terduduk dengan kepala bersandar di bahu Nia.
"Eh maaf, Van! Aku lupa kamu tadi. Capek soalnya." ujar Gea saat Kevan memasuki ruang tamu. Olivia dan Kevan berdiri bersampingan. Canggung melanda Olivia.
"Belanjaan kamu banyak banget, Ge?" Nia melihat papper bag Gea takjub. Sementara Eyang Oma geleng-geleng kepala, ia tidak suka sifat boros Gea.
"Kenapa kamu belanja banyak seperti ini?" Eyang Oma bertanya pada Gea. Lalu melihat Kevan.
"Eh, kamu. Duduk. Olivia bikinin minum ya!" titah Eyang Oma gantian pada Kevan lalu Olivia. Kevan lalu duduk sementara Olivia kini berkelana di dapur.
"Kamu temannya Gea?" tanya Nia ramah. Tanpa sadar, Gea sudah tertidur karena kecapekan di bahu Nia.
Eyang Oma langsung melirik sinis Gea. Dasar anak gak sopan, untung dia bukan keturunan darah biru.
Kevan tersenyum. "Iya, tante. Teman sekelas juga." jelasnya.
Lalu Olivia datang membawa nampan berisi sirup jeruk dingin. Eyang Oma lalu kembali bercerita dengan Nia karena sudah ada Olivia.
Olivia lalu merunduk dan menurunkan gelas sirup itu tapi tanpa sengaja tangan Kevan mengenai tangannya. Mata mereka bertemu sesaat, seolah sama-sama menyalurkan rindu. Olivia memutus tatapan mereka lalu segera meletakkan gelas minuman Kevan dan berdiri di samping sofa Eyang Oma.
"Yah, Gea ketiduran. Maaf ya, kayaknya dia kelelahan banget habis belanja gini. Makasih ya udah anterin Gea. Maaf sekali lagi!" Nia tersenyum pada Kevan.
"Gak apa-apa, tante. Saya pamit pulang dulu. Keburu malam." pamit Kevan bangkit lalu menyalami tangan Eyang Oma dan Nia.
"Liv, antar temannya Gea sampe depan ya." ujar Nia pada Olivia. Olivia mengangguk.
Kevan dan Olivia lalu berjalan beriringan hingga ke halaman rumah Olivia tempat motor Kevan terparkir. Kevan lalu menunggangi motornya dan memakai helmnya. Kacanya ia naikkan.
Saat Olivia hendak berbalik tangannya di cekal. "Yang gue bilang di koridor tadi untuk lo!" Kevan berucap sambil memandang mata Olivia.
Olivia tidak menolak sedikit pun, ia juga ikut menatap mata Kevan yang teduh. Tatapan yang selama seminggu ini hilang untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA (Selesai)
Teen FictionCOMPLETED, SUDAH DI REVISI Di sini bukan hanya kisah Olivia yang di rangkai. Kisah orang terdekat Olivia juga yakni ; teman, sahabat, saudara, keluarga, bahkan cinta pertama. Ini kisah Olivia dan orang terdekatnya. Memperjuangkan cinta mereka serta...