Bagaimana caranya menjauh jika kamu terus di sisiku?
~~~
"Kalau lo di suruh milih antara pergi dan bertahan, gimana?" Sherin bertanya yang kini sedang menatap Olivia lekat.
"Tergantung hal mendasar yang buat gue milih salah satunya." ungkap Olivia menatap Sherin juga.
"Eum, gini misalnya lo punya buku slot terakhir yang barusan lo beli beberapa menit lalu, tapi tiba-tiba ada orang yang mau apa yang lo punya. Dengan alasan bahwa dia duluan yang lihat buku itu tapi dia gak ada waktu untuk belinya. Jadi gimana? Lo milih sukarela ngasih buku itu tapi dia ganti uang atau tetap bertahan bahwa buku itu udah kepunyaan lo?"
Olivia mengetuk-ngetuk dahinya seraya berpikir. "Ya tetap bertahan bawa buku itulah. Kan gue udah beli, walaupun dia jumpanya awal kenapa gak usahain beli. Setidaknya kan dia udah liat duluan, harusnya gerakannya cepat dong!"
Sherin menganggukan kepalanya paham. "Berarti kalau lo ada masalah dimana harus milih pergi dan bertahan lo bakalan milih bertahan kan?"
"Iya."
Sherin tersenyum. "Beneran ya, awas lo gak nepatin kata-kata lo sendiri. Ingat, jangan langsung pergi aja kalo lo masih punya hak atas apa yang lo punya."
Keduanya tersenyum dan saling menautkan kelingking mereka bersama.
Olivia memijat pelipisnya. Kepalanya pening karena begadang semalaman, akhir-akhir ini begadang selalu memjadi pelampiasannya. Apalagi Sherin selalu mendatangi dirinya lewat bunga tidur ataupun lamunan.
Terlalu banyak janji yang Olivia buat dan tak kunjung ia tepati. Bukan, Olivia bukannya tidak mau menepati hanya saja keadaan membuat dirinya ingkar dengan janjinya. Permasalahan sedikit-demi sedikit mengepung dirinya, apalagi selama kedatangan Gea.
Ia juga tidak bisa menyalahkan kehadiran Gea, tapi masalahnya gadis itu semakin membuat dirinya tak terkendalikan. Mengamuk? Tidak, hanya saja pikiran Olivia semakin liar seiring dengan mulut licin Gea yang selalu menyentil egonya.
"Gue ke kelas duluan. Bye!" pamit David pada Gea dan Olivia. Gea mengangguk lalu berjalan lebih dulu di hadapan Olivia dengan santai dan pembawaan tenangnya.
Sementara Olivia kini semakin gugup dengan keputusan yang akan Gea tanyakan nantinya. Hatinya mungkin akan sakit tapi bagaimana dengan dia yang di sana? Apakah akan percaya dengan perlakuan Olivia padanya?
"Gak usah tegang gitu. Slow aja. Gue bukan anjing liar yang buru lo untuk gigit." ujar Gea saat Olivia kini sudah di sampingnya. Gea tak menatap wajah Olivia sepenuhnya, tapi dari ekor matanya ia bisa melihat ketegangan saudara kembarnya itu.
"Gea!" Olivia berujar saat mereka berdua sampai di depan kelas Olivia. Raut kecemasan terletak jelas di wajah Olivia.
Gea mendekat. "Ya? Ada apa?" tanyanya seolah lupa dengan perjanjian mereka hari ini.
"Bisa kita bicara sebentar? Tapi jangan di sini di lapangan basket aja!" tawar Olivia. Yang di ajak mengangguk, lalu keduanya berputar arah untuk ke lapangan basket. Setelah sampai, mereka duduk bangku pinggirsn taman. Hening masih menyelimuti mereka berdua sejak 10 menit yang lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA (Selesai)
Fiksi RemajaCOMPLETED, SUDAH DI REVISI Di sini bukan hanya kisah Olivia yang di rangkai. Kisah orang terdekat Olivia juga yakni ; teman, sahabat, saudara, keluarga, bahkan cinta pertama. Ini kisah Olivia dan orang terdekatnya. Memperjuangkan cinta mereka serta...