OLIVIA | 21

139 7 0
                                    

Selalu terkejut dengan sikapnya membuatku menjadi beradaptasi hingga terbiasa.

~~~

Sudah dua hari ini Olivia lebih sering menghabiskan waktu di perpustakaan. Bagaimana tidak? Selama 3 hari di rumah sakit pastilah ia banyak ketinggalan pelajaran. Mengerjakan pelan-pelan tugasnya tapi bertahap. Satu persatu terselesaikan. Tak jarang ada Bayu juga yang membantunya jika sedikit kesusahan.

Makanya, Olivia mengerjakan tugas ini dengan semangatnya. Ada Rina juga yang membantunya kadang, tapi selebihnya Bayu yang suka menolongnya. Mengingat Rina si ratu bucin sedang menikmati rasa bahagianya pacaran dengan Reza.

Olivia tak melarang, toh itu kebahagiaan Rina. Asalkan gadis itu tidak lupa saja dengan Olivia sebagai sahabatnya.

Seperti sekarang ini, Olivia sedang sendiri. Masih berkutat dengan beberapa buku tebal sebagai sumber referensinya. Merasa lehernya tegang, ia sedikit merilekskan kepalanya yang sedari tadi tunduk itu.

Saat mengangkat wajah tak sengaja ia melihat pemandangan mengejutkan di sana. Yola dan Reza. Seperti sedang membincangkan sesuatu yang serius sangat.

Bukannya tadi Kak Reza jalan sama Rina ya?

Di luar perpus itu, Yola dan Reza sedang bercengkerama tenang. Tapi sesuatu yang menyipitkan mata Olivia adalah... Genggaman tangan Yola dan Reza.

Matanya terbuka lebar, berbagai pikiran negatif menyerang kepalanya.

Kak Reza selingkuh? Wah gak bisa di biarin. Hati Rina potek nih.

Tak berselang lama dengan keterkejutannya, dia kembali di kejutkan dengan teriakan seseorang.

"AWASS!"

Olivia menoleh ke kanan, beberapa buku tebal kini siap meluncur ke kepalanya. Refleks badannya tak dapat di gerakkan. Jadi, ia hanya bisa memejamkan mata sambil merapalkan doa.

Bugh!

Hantaman buku itu mampu membuat jantung Olivia mendebar. Tapi mendadak ia jadi heran dengan tubuhnya.

Kenapa gak ada rasa sakit?

"Lo kalau jalan hati-hati!" sahut seseorang tepat di hadapan Olivia. Tapi peringatan itu bukan untuk dia, melainkan untuk pelaku si pembawa celaka.

"Iya kak Maaf!" seru si pelaku.

Masih dengan mata terpejam, Olivia menetralisir degupan jantungnya. Sampai satu suara membelalakkan matanya.

"Lo gak apa-apa?"

Matanya terbuka lebar saat mendapati seseorang yang menyelamatkan dirinya itu. Jarak yang begitu dekat kembali memacu kerja jantung Olivia di percepat. Olivia menahan nafasnya, seakan-akan oksigen kini sudah tak di sediakan lagi di muka bumi.

Mata Kevan dan Olivia saling bersitatap lekat. Ya, Kevan seseorang tadi. Ia tak sengaja menangkap peristiwa tersebut, makanya ia dengan sigap melindungi cewek itu.

Kevan melindungi Olivia dengan tubuhnya. Tangan kananya memegang kursi dan tangan kirinya di tumpukan ke meja. Alhasil posenya seperti sedang memeluk Olivia dari samping. Buku tadi menubruk punggung Kevan.

OLIVIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang