Perhatiannya berarti ngode gue kan? Dia tahu dong apa yang gue rasain?
~~~
Pikirannya masih berkalut dengan kejadian kemarin. Sebenarnya bukan beban besar juga, cuman ia merasakan keanehan saja dengan sikapnya sendiri. Mulutnya, gelagatnya, dan bahkan kata-katanya refleks begitu saja kemarin.
Tapi ia lupa menanyakan sesuatu kemarin. Sesuatu yang langsung terbesit di pikirannya saat melakukan kesalahan pertama pada gadis itu.
Apa dia kenal Thalia ya?
Tepat di ujung koridor, mata Kevan melihat sosok yang dari tadi ia pikirkan. Olivia. Sedang berjalan bersama sosok yang Kevan kenal.
"Tangan lo udah baikan?"
Hari ini, Olivia sangat merasa senang. Bagaimana tidak? Lihat saja di sampingnya kini ia berjalan berdampingan dengan sosok yang selalu membuatnya tersipu dan dada yang mendebar kencang. Siapa lagi kalau bukan Bayu.
Sikap cowok itu seolah memberi energi besar pada Olivia. Berlebihan mungkin. Bahkan pertanyaan kecil yang terlontar dari mulut Bayu saja mampu membuat Olivia tersenyum bahagia walau kadang pertanyaan absurd. Tapi jika sudah kondisinya begini, pasti apa yang di katakan sosok yang mulai mengisi hatinya apa pun akan terdengar indah bukan?
Begitu juga yang di rasakan Olivia. Bayu dengan perhatiannya membuat Olivia yakin ia tak salah memilih hati. Walau sebenarnya itu asumsinya sendiri, bukan asumsi keduanya. Yang Olivia rasakan, Bayu ikut andil dalam perasaannya. Seolah mereka berdua saling merasakan hal yang sama.
Itu keyakinan Olivia. Tapi kita tidak tahu dengan isi hati Bayu bukan?
"Udah mendingan kok, Kak!"
"Kemarin lo ke rumah Reza ya?" pertanyaan Bayu membuat Olivia tersedak salivanya sendiri.
Kak Bayu tahu? Pasti mulut ember Kak David.
Akhirnya Olivia mengangguk. "Gue baru tahu sih kalau Kevan donorin darah buat lo. Katanya dia sakit ya?"
Dengan senyum, Olivia menjawab. "Iya, aku berasa berutang banget dengan dia. Makanya kemarin aku jengukin. Mukanya pucet gitu. Efek samping donorin darah gitu ya kak?"
Bayu berpikir sejenak. "Enggak juga. Mungkin dia kaget aja. Pertama kali donor darah mungkin?"
Olivia mencerna perkataan Bayu. Ada benarnya juga, mungkin tubuh Kevan kaget saja melakukan pendonoran darah untuk pertama kalinya?
Alih-alih berjalan menuju kelasnya, Olivia di buat bingung saat Bayu masih mengikuti langkahnya.
"Loh, Kak Bayu gak ke kelas? Harusnya setelah naik tangga Kakak belok kanan kan?" ujar Olivia bingung. Bayu langsung tertawa dan tangannya mengacak rambut Olivia pelan. Karena ini, mendadak gelenyar aneh menjalar di dada Olivia
"Gue anterin dulu lo sampai selamat ke kelas. Barulah gue ke kelas. Udah, ayo!" ajak Bayu lalu berjalan duluan.
Perhatian seperti ini membuat tubuh Olivia seolah melayang. Memang hanya Bayu yang bisa membuatnya seperti ini. Dengan cepat ia memburu langkah Bayu.
Di koridor kelas XI ini banyak siswa-siswi yang menyorot Olivia dengan tatapan aneh, dengan beberapa bisikan yang tak jelas terdengar. Tapi Olivia mengabaikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLIVIA (Selesai)
Teen FictionCOMPLETED, SUDAH DI REVISI Di sini bukan hanya kisah Olivia yang di rangkai. Kisah orang terdekat Olivia juga yakni ; teman, sahabat, saudara, keluarga, bahkan cinta pertama. Ini kisah Olivia dan orang terdekatnya. Memperjuangkan cinta mereka serta...