OLIVIA | 39

162 8 0
                                    

Kenyataan yang ia terima.

~~~

Sejak dari rumah wajah Gea lesu, datar dan tak seceria biasanya. Ada yang berbeda dengan gadis itu, entah apa. Seperti sarapan sekarang ini, Gea tampak menekan-nekan rotinya acuh.

"Gea, kok sarapannya di mainin gitu? Makanan gak boleh di gituin." tegur Eyang Oma.

Gea berdecak. "Urusan Gea sih, Eyang! Udah ah!" gadis itu bangkit. Meninggalkan meja makan dengan keterkejutan para anggota keluarga yang berada di sana.

Saat berangkat sekolah biasanya gadis itu cerewet dan selalu berbicara panjang lebar dengan David mendadak diam. Suasana mobil hening, Gea terus memandangi pemandangan luar dengan mata yang menerawang kosong.

Melihat keanehan Gea untuk pertama kalinya, Olivia menyentuh bahu Gea pelan tapi malah di singkirkan.

"Gak usah sentuh-sentuh gue!" ketus Gea tanpa menoleh ke arah Olivia. David yang melihat dari spion mobil hanya diam saja.

"Lo ada masalah, Ge? Cerita aja!" Olivia berusaha mengajak Gea berbicara.

Gea berdecak. "Lo bisa diem gak sih?"

Bungkam. David dan Olivia sama-sama terdiam membiarkan Gea dengan kesensitifannya yang luar biasa meningkat.

"Si Gea kenapa?" tanya David saat mobil mereka terparkir dan ia keluar. Tapi Gea sudah meninggalkan Olivia dan David.

"Gak tau kak. Waktu pulangnya Gea, lo kayaknya belum tidur. Jadi lo tahu dong kenapa Gea?" tanya Olivia balik.

David terdiam sebentar seraya berpikir. "Pas dia pulang, mukanya gak selecek sekarang. Gue tanyain semalam dia baik-baik aja."

Puas memikirkan Gea yang tidak ada hentinya, mereka berdua bergegas masuk ke kelas masing-masing.

"Liv, si nona valak kenapa? Lecek banget mukanya kayak cucian numpuk sebulan!" kini Rina ikut heran juga. Biasa Gea itu ceria sangat atau tidak wajahnya sedikit angkuh. Dia tidak pernah se-sensitif itu karena dia pembawaan orang yang tenang, bersenjatakan mulut licin penyentil ego.

"Gue gak tahu. Padahal semalam dia senang banget habis nge-date sama Kevan." celetuk Olivia membuka buku catatan bahasa inggrisnya.

"What!? Seriusan lo? Kevan nge-date sama si nona valak? Gue kira Kevan masih setia sama lo. Kalau cinta mereka bersemi kembali, gimana? Lo rela, Liv? Hati lo nanti gimana?"

Olivia tersenyum dan menepuk bahu Rina. "Kalaupun mereka jadian itu sudah sepantasnya terjadi. Dua tahun gak main-main lho. Gue rela kok asal Gea senang. Dibanding gue, Gea lebih mengerti bagaimana Kevan."

Bukannya mengangguk, Rina malah bertepuk tangan. "Hebat, hati lo mulia banget Liv! Kayak emas murni!"

****

Jam istirahat berkumandang, Rina dan Olivia merapikan bukunya sebentar lalu bangkit sambil bergandengan tangan menjuju koridor kelas. Mereka berdua berbincang ringan sampai tertawa renyah.

"Rina!"

Satu suara yang mampu menghentikan langkah Rina. Hati kecilnya bergetar hebat setelah sekian lama tak mendengar suara bariton itu. Olivia dan Rina berbalik.

OLIVIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang