OLIVIA | 30

130 7 0
                                    

Kamu kembali menyemat bimbang hati.

~~~

Pagi-pagi sekali rumah Olivia sudah ramai tak seperti biasanya. Eyang Oma sedang memasak di dapur, Nia sibuk bertelponan dengan para pekerja di butiknya, David sedang bermain game di ponselnya meunggu sarapan, Gea yang sibuk memilah buku mana yang bagus akan dia pakai hari ini. Olivia? Dia hanya duduk diam di meja makan sambil berbincang dengan Eyang Oma yang sedang memasak.

"Bunda, Gea pakai sepatu yang mana? Ini apa, ini?" Gea mengangkat dua pasang sepatu yang berbeda warna dan model. Ia bingung memakai yang mana, keduanya sama-sama bagus. Hari ini Gea sudah masuk sekolah dan tentu saja di sekolah David dan Olivia tempati. Kemarin, Nia ke sekolah untuk mendaftarkan Gea.

Nia antusias melayani anak gadis kesayangannya. Tak bisa di pungkiri, kasih sayang Nia lebih ke Gea di banding Olivia, kalau dengan David tentu saja sayangnya Nia akan sama dengan Gea juga. Apalagi jika anak bungsunya itu masih ada. Sherin.

Olivia kehilangan perhatian Nia mulai kelas 6 SD. Saat di mana ia di vonis terkena penyakit katup jantung. Otomatis Ayah mereka menyayangi Olivia dengan penuh perhatian. Sebenarnya Adrian-Ayah mereka-tidak membeda-bedakan perhatiannya pada keempat anaknya. Hanya saja Nia menilai tetap saja beda, karena Gea yang paling cerdas dan memiliki nilai akademik baik ia menjadi anak kesayangan Nia. Gea termakan hasutan Nia jikalau Adrian memberi Olivia perhatian yang lebih.

Dari situlah mulut Gea terlihat lebih pandai dan licin dalam menyentil relung hati siapapun. Saat kelas 3 SMP Olivia di nyatakan sehat setelah melakukan pengobatan panjang dan beberapa kali operasi. Tapi tetap saja Nia tak berubah.

"Olivia, ini Eyang bawain bekal. Jangan lupa di makan ya!" Eyang Oma menyodorkan kotak bekal berwarna biru muda. Olivia tersenyum dan segera memasukkannya dalam tas.

Mereka bertiga akhirnya berangkat menggunakan mobil. Berhubung hari ini Nia tidak ke butik. Menghargai kedatangan mertuanya.

Di perjalanan David banyak cerita dengan Gea. Olivia sesekali saja bersuara jika di ajak. Ia memilih bungkam dengan pandangan keluar jendela. Sentilan halus dari Gea semalam membuatnya tidak bisa tidur. Bayangan suram itu menghantui dirinya.

Satu tepukan di bahunya, menyadarkannya dari lamunan jika mereka sudah sampai di sekolah. Mereka bertiga turun, langsung saja di serbu dengan pandangan terkejut dari para warga sekolah.

"Liv, lo anter Gea ke kelasnya ya? Gue ada urusan penting. Bye!" pamit David dan meninggalkan Olivia serta Gea.

"Kata Bunda lo di tempatin kelas yang mana?" Olivia bertanya di sela perjalanan mereka menuju koridor kelas sebelas. Tatapan heran para siswa-siswi yang lalu lalang di koridor Olivia campakkan. Mereka terheran dengan sosok di samping Olivia yang memikiki kemiripan dengannya walau tak begitu identik.

"Kelas XI-5 MIPA. Kalau lo kelas berapa?" ujar Gea.

Kelas XI-5 MIPA? Kelasnya Kevan dong.

"Gue kelas XI-4 MIPA, tetanggan kelas kita." Olivia tersenyum di balas edikkan bahu acuh oleh Gea.

"Oliviaa!" teriak Rina menggelegar saat Olivia dan Gea kini di depan kelas XI-3 MIPA. Rina mendadak bungkam, terkejut dengan apa yang di lihatnya.

Olivia tersenyum canggung. "Gea, lo masih inget sahabat SMP gue? Ini dia, namanya Rina!" ujarnya memperkenalkan keduanya.

Gea tersenyum tipis, aura angkuhnya mulai keluar. Rina menjulurkan tangannya dan di sambut Gea. "Gue Rina, lo Gea kan?" ujar Rina tersenyum lebar.

OLIVIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang