OLIVIA | 9

158 7 0
                                    

Gue pengen berteman dengan lo sebagai tebusan rasa bersalah gue.

~~~

"David, kok bisa gini sih?" histeris Nia-Bunda David&Olivia-yang kini menangis tak karuan. Telepon dari David tadi membuatnya segera ke rumah sakit ini. Rina terduduk di kursi depan ruang UGD saat ini dengan wajah yang di tutup kedua tangannya. David menyenderkan kepalanya di tembok sambil melipatkan tangan depan dada.

Dalam diam, Rina merapal doa agar Olivia baik-baik saja saat ini. David tak henti-hentinya mengusap wajahnya kasar. Kevan juga ada di sini. Sementara Reza dan Bayu di sekolah menuntaskan jejak peristiwa tadi sebelum ada mulut ember yang memberi tahu pada guru atau kepala sekolah.

Kevan tak mengerti dengan dirinya sendiri, ia jadi bingung dengan hatinya. Naluri hatinya kini mengambil alih raganya. Seolah naluri hatinya adalah remote control dirinya sekarang. Ia sempat bingung apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu? Kenapa seolah-olah dia memiliki riwayat depresi masa lalu?

Sangat aneh menurut Kevan. Ia juga memang sempat depresi karena kehilangan sosok yang ia sayangi di hidupnya. Tapi orang tuanya ikut andil dalam pengobatan psikologisnya hingga akhirnya ia kembali normal seperti sebelumnya. Walau kadang, ia sempat berpikiran negatif tentang dirinya sendiri.

Pintu ruangan UGD mendadak terbuka menampilkan seorang dokter lelaki paruh baya yang menangani Olivia saat ini.

"Gimana keadaan adik saya dok?" cecar David.

"Pasien butuh transfusi darah. Karena pendarah luka di tangannya cukup banyak." jelas Dokter itu membuat David semakin was-was.

Rina menyahut, "Kalau gitu transfusi aja dok. Kan di rumah sakit ini pasti ada beberapa kantong darah pendonor rutin kan?"

Dokter itu menghela nafas berat. "Masalahnya golongan darah pasien adalah O. Sementara pasokan darah golongan itu sedang kosong sekarang. Jika tidak segera mendapat pendonor darah bisa jadi pasien akan mengalami koma!"

Tenggorokan David mendadak kering. Golongan darah itu bawaan dari Ayahnya sementara ia dan Nia bergolongan darah AB.

"Saya yang akan mendonorkan darah!"

Sontak, David, Rina dan Nia kompak menoleh ke arah Kevan.

"Golongan darah saya sama dengan pasien!" tukasnya membuat Dokter akhirnya mengangguk setuju.

Kevan kemudian di bawa masuk dalam ruang UGD dan tidur di brangkar yang tak jauh dari Olivia. Transfusi darah akhirnya di laksanakan. Kevan menoleh sebentar menatap wajah Olivia yang pucat pasi itu di balik masker oksigen.

Setidaknya, kesalahannya tadi dapat ia tebus dengan ini. Setelah darah yang di butuhkan cukup, jarum transfusi darah di lepas dari lengan Kevan dan di lap dengan kapas basah alkohol. Kevan di persilahkan untuk baring sebentar ataupun keluar ruangan.

Ia memutuskan untuk keluar, Rina kemudian menyambutnya.

"Makasih ya udah nolong Olivia!" Kevan menatap Rina sebentar dan tersenyum simpul. Kevan mendadak iri dengan gadis itu, Olivia mempunyai sahabat yang sangat menyayanginya sementara dia sendiri tak mempunyai itu.

"Makasih yah nak udah tolong Olivia! Tante sangat bersyukur karena kamu sudah menolong anak saya!" ucap Nia memegang bahu Kevan.

OLIVIA (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang