Ais mengunjungi toko buku bersama Sania. Ia mencari buku referensi untuk skripsinya, akhir-akhir ini ia sedang disibukkan dengan skripsinya yang sudah dua kali ditolak dosen pembimbingnya. Ais mengambil buku dan membacanya sambil berjalan, tanpa sengaja ia menabrak orang. Ia mengambil bukunya dan meminta maaf pada orang yang ia tabrak
"Santai aja" jawab laki-laki itu
Ais sejenak tertegun mendengar suara yang tak asing, suara yang akhir- akhir ini terngiang di telinganya. Ais terkejut mendapati sosok didepannya, laki-laki yang tak sengaja bertemu dengannya beberapa saat lalu, Fadhil. Ais meminta maaf pada Fadhil dan bilang kalau ia tak sengaja. Fadhil memakluminya ia melihat sepertinya Ais sedang banyak pikiran, mungkin karena itu ia jadi tidak fokus. Ais kembali mencari buku, ditemani Fadhil. Mereka mencari buku sambil berbincang-bincang cukup lama .
" Ai" panggil Sania dari kejauhan
" Udah selesai?" Tanya Ais
Sania mengangguk lalu melenggang pergi. Ais pamit pada Fadhil tak lupa ia juga berterima kasih karena Fadhil mau membantunya mencari buku juga memberinya nasehat.
Perjalanan pulang terasa menyenangkan, Ais tersenyum-senyum sendiri mengisi harinya dengan Fadhil. Sania yang melihat pun curiga, pasti ada hubungannya dengan laki-laki yang ia temui di toko tadi.
" Siapa emangnya?" Tanya Sania
" Siapa apanya?"
" Cowok tadi, loh"
" Bukan siapa-siapa" jawab Ais asal
" Ehm...ada yang lagi kasmaran nih" ejek Sania
" Udah diem napa" jawab Ais mencoba mengalihkan pertanyaaan
Hari mulai sore, Ais sebenarnya ingin mampir makan, tapi Sania bilang jika tadi Umi berpesan supaya malam malam dirumah, katanya ada tamu spesial. Mereka langsung menuju meja makan saat sampai, Ais duduk disamping Abinya sedangkan Sania disebelah kiri Uminya. " Ini Sasa ya? Makin cantik ya" ucap pria paruh baya yang duduk diseberangnya. Ais hanya tersenyum, ia tak tahu siapa laki-laki itu.
" Ini Zadun, Abinya Al. Kamu lupa?" Ucap Abinya
Ais mencoba mengingat-ingat, ah ya Al, dia ingat. Teman masa kecilnya dulu yang tiba-tiba pergi tanpa pamit. Makan malam kali ini terasa beda, suasana meja makan terasa hangat oleh cerita masa lalu. Ais menjadi mengingat Al, apa Al sudah melupakannya? Mungkin saja ia lupa pada Ais,sudah lama mereka tak bertemu hampir sepuluh tahun. Ia masih ingat saat ia merajuk karena Al pergi tanpa pamit padanya. Ia menangis semalam dan sakit selama satu Minggu karena telat makan. Saat itu, Adri kakaknya Al yang membujuknya dan mencoba menenangkannya. Tak jarang ia mendapat pesan email dari Al, tapi ia tak pernah membacanya juga ada sebuah surat yang masih tertutup rapi di bukunya, Ia tak mau membaca surat itu hingga saat ini. Ais ingin tertawa sendiri mengingat masa kecilnya. Mungkin jika ia bertemu Al lagi, ia akan memarahinya tapi sepertinya itu takkan terjadi, Al tak ikut kemari,mungkin ia sudah melupakan gadis kecil yang sering bermanja-manja padanya.🌿🌿🌿🌿🌿
" Ai, kamu gak kuliah?" Tanya Sania sambil membuka tirai jendela.
Ais tak merespon, Sania menghampirinya Ais dan mengguncangkan badannya tak sengaja tangannya menyentuh tangan Ais.
" Kamu sakit ya, aku panggilin umi ya?"
Ais menggunankan tak jelas sambil menggeleng. Ia saat ini hanya ingin tidur, kepalanya terasa pening sejak subuh tadi. Sania turun ke dapur untuk membuatkan Ais sarapan walau sebenarnya ingin a tak begitu bisa memasang. Beruntung Uminya menghampirinya dan membantunya membuat makanan. Sania membuatkan Ais bubur, biasanya orang sakit akan susah mencerna nasi. Setelah selesai membuat makanan Uminya pamit pergi kerumah anak pertamanya.
" Umi pergi dulu ya, kamu dirumah aja jagain Ais" pesan Uminya sebelum pergi. Sania mengangguk, ia menjabat tangan Uminya dan menciumnya.
Sania menyuapi Ais, ia membujuk Ais agar mau makan, tapi lidahnya tak bisa diajak kompromi, semuanya terasa pahit membuatnya enggan makan. Tapi Ais juga tak tega melihat Sania, ia sudah bersusah payah memasak untuk Ais. Ais akhirnya memakan makanannya hanya beberapa suap saja.
Setelah dari rumah Can, Khilda mampir untuk belanja kebutuhan rumah, ia membawa banyak belanjaan beruntung ada pemuda baik hati yang membantunya membawa belanjaan bahkan mengantar Khilda pulang. Awalnya Khilda menolak, tapi karena menunggu Reyhan pasti lama, akhirnya ia menerima tawaran pemuda itu. Jujur, Khilda kagum pada pemuda yang menolongnya. Jarang sekali ada pemuda sepertinya, Sangat langka dan mungkin hampir punah. Tapi pemuda disamping berbeda, ia begitu santun juga ramah, selera humornya juga lumayan seperti Reyhan putranya. Tetapi Reyhan memiliki selera humor yang tinggi membuat orang-orang rumah jarang percaya pada ucapannya sekalipun ucapannya benar.
" Itu rumah ibu udah kelihatan" ucap Khilda
Pemuda itu menghentikan mobilnya, ia membukakan pintu untuk Khilda dan membantunya menurunkan belanjaannya.
" Biar saya bantu bawa sampai depan" ucap pemuda itu memberikan Khilda semakin kagum
" Makasih ya nak, mau mampir dulu?" Tanya Khilda
" Sama-sama Bu, maaf saya harus kerja lagi" jawab laki-laki itu
" Ya sudah, jangan sungkan untuk main kesini"
Pemuda itu mengangguk. Ia kembali melajukan mobilnya meninggalkan pelataran rumah itu dengan senyum mengembang..
.
.
.
.
Maapp pendek🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Love
RomanceJangan lupa follow sebelum baca😊😊@aisylws " Senı çok seviyorum, canım " " Ben de seni çok seviyorum, canım benim" penasaran???? cuzz baca😀