Bismillah....
Honeymoon. Mungkin liburan kali ini bisa disebut dengan honeymoon. Mungkin kalian mengira jika Fadhil akan mengajak Ais ke Korea, Jepang, Singapura atau negara lain yang sering di jadikan sasaran honeymoon.
Istanbul. Kota penuh sejarah, sejarah cinta mereka lebih tepatnya. Di kota ini, Fadhil melamar Ais. Lelaki kedua yang dekat dengannya, selain Reyhan tentunya. Lelaki pertamanya adalah orang yang istimewa. Tapi semuanya sudah berlalu.
" Gus Fadhil ayo bangun, jalan-jalan, aku ingin makan kebab sama eskrim " Ais mengguncangkan tubuh Fadhil
" Sebentar sayang, kamu ga capek? Emang ga sakit semalem?" Tanya Fadhil masih dengan mata tertutup
" Enggak capek, pokoknya mau Sekarang, ayooooo " Ais merengek terus pada Fadhil. Fadhil malah menarik Ais agar tidur lagi.
" Yaudah aku pergi sendiri, ga usah nyari, Assalamualaikum"
" Hmm, wa'alaikumussalam"
Sesuai perkataannya, Ais pergi sendiri. Toh ia sudah bilang pada Fadhil. Masalah ia tahu jalan atau tidak sepertinya tidak terlalu penting. Karena sekarang yang lebih penting adalah ia mau kebab.
" Sedang mencari sesuatu?" Tanya seseorang yang tiba-tiba sudah ada didepannya
" Iya aku....... Sepertinya kita pernah bertemu " Ais mengamati lelaki didepannya, wajah yang sangat familiar
" Melupakan ku hmm? Aku Fatih "
Ais masih diam. Nama dan wajah yang familiar, tapi dimana ia pernah bertemu dengan laki-laki ini. Wajahnya terlihat seperti
" Al " senyumnya mengembang saat berhasil menemukan jawabannya
" Masih mengingatku ternyata, walau kau berpikir lama "
Laki-laki itu, Fatih. Fatih Muhammad Al Kharqi, teman masa kecil Ais dulu, putra kedua Zadun. Pantas saja ia familiar karena kemiripan Zadun, Fatih, Adri, dan Akfi.
Pikiran Fatih menebak-nebak bagaimana bisa Ais disini dan jawabannya sepertinya sifatnya tak berubah, tidak sabaran.
" Jadi? Kenapa bisa sampai sini?" Tanya Fatih.
Ais menceritakan kronologi dari awal sampai akhir hingga dia bisa ada disini. Fatih tersenyum, benar bukan, wanita tak sabaran.
" Suamimu pasti mencari mu"
" Biarkan saja dia tidur, yang terpenting aku mau kebab. Tapi karena aku bersama dengan tuan Al Kharqi yang terhormat aku harus mencari restoran mahal kalau perlu chef-nya harus yang terkenal"
Oke, fiks. Rasa malunya sudah hilang jika menyangkut soal makanan. Tak peduli siapa yang ia mintai, masa bodoh dengan jaga image, yang penting ia kenyang.
" Aku sudah berbaik hati bukan, private room, makan sepuasmu dan bertemu chef terkenal, aku harus pergi karena sudah terlambat. Satu lagi, suamimu akan kesini jadi jangan coba-coba untuk pergi" ucap Fatih
Ais mengangguk sambil memakan makanannya, jangan pernah menyia-nyiakan rezeki seperti ini bukan?. Sedangkan Fatih hanya bisa terkekeh geli melihat Ais. Hobi makannya tidak berubah, tidak punya rasa kenyang.
" Sudah menunggu lama?" Tanya orang itu
" Tidak juga " jawab pria itu
Orang itu memberikan amplop putih panjang. Ia meminta pria itu untuk tidak membukanya sampai ia tiba di rumah. Orang itu juga berpesan untuk tidak memberi tahu siapapun jika sudah tahu isi amplop itu.
" لست طويلا، هنا. اوعدني، اعتن بنفسك و لا توذيه "
☃️❄️☃️❄️☃️
Waktu berjalan begitu cepat. Lima hari ini terasa begitu indah. Fadhil yang terus bermanja padanya, merayunya dan menurut padanya. Oke, masalah merayu itu, Ais yang meminta. Tiba-tiba saja ia ingin mendengar Fadhil mengatakan hal-hal manis.
Bosphorus. Tempat yang menjadi tujuan terakhirnya. Entah sudah berapa lama mereka berada diatas kapal menikmati suasana yang ada, dengan Fadhil yang memeluk Ais dari belakang. Jujur saja Fadhil cemburu karena banyak pria yang menatap istrinya dengan tatapan terpesona.
" Gus Fadhil kenapa sih, nempel mulu?" Tanya Ais membalikkan badannya. Posisinya sekarang ia menghadap Fadhil.Ais menatap sekelilingnya, banyak pasang mata yang menatap kearah mereka dan ia benci itu. Bukan karena diperhatikan tapi karena wanita disana yang menatapnya aneh. Sepertinya ada yang salah dengan dirinya.
" Sayang " panggilan Fadhil membuat Ais sadar. Posisinya sekarang mungkin yang membuat orang-orang itu menatapnya. Fadhil yang memeluk pinggangnya dan tangannya? Sejak kapan tangannya melingkar di leher Fadhil?
" Jangan dilepas " ucap Fadhil menyadari Ais ingin melepaskan diri darinya.
" Gus, malu tau dilihatin banyak orang "
" Biarin. Jangan senyum lagi, aku cemburu kamu ditatap seperti itu " ucap Fadhil mengikis jarak diantara mereka
" Harusnya aku yang cemburu, karena wanita disini menatap ku aneh. Sepertinya mereka tidak suka denganku karena mu" ucap Ais sambil mengusap pelan pipi Fadhil.
" Biarkan saja mereka melihat. Mereka iri padamu, mereka ingin diposisimu, seperti ini. Karena mereka menganggap kau wanita paling bahagia"
Ucapan Fadhil sukses membuat Ais merona. Ais sudah tak bisa menahan senyumnya.
" Apa aku sudah mengatakannya?"
" Apa?"
" Aku mencintaimu, sangat mencintai mu"
" Kan udah sering ngomong"
" Tapi aku belum pernah mendengar jawabannya "
Ais terdiam, ia memang belum pernah mengatakan hal yang sama pada Fadhil. Apa Fadhil meragukannya?. Kalimat itu mengganggu Ais. Ia memeluk Fadhil erat, ia tak mau kehilangan Fadhil. Fadhil adalah kebahagiaannya, bukan Reyhan. Reyhan tidak akan selamanya disampingnya, Reyhan punya kehidupannya sendiri. Sudah cukup selama ini ia selalu merepotkan Reyhan.
Saat memutuskan menikah dengan Fadhil, ia sudah berjanji akan merubah sikap kekanakan dan manjanya saat bersama Reyhan. Namun nyatanya sulit, Reyhan dulu terlalu memanjakannya dan selalu berpikir kedepan untuk Ais. Reyhan begitu perhatian padanya, kadang Ais berpikir mengapa Reyhan lahir setelahnya? Mengapa Reyhan tak menjadi kakaknya saja?
" Hey, jangan menangis, jangan terlalu serius sayang "
" Aku ingin tanya, tapi Gus Fadhil harus jawab sungguh-sungguh" ucap Ais yang masih dalam pelukan Fadhil. Fadhil mengangguk, ia tak ingin yang terjadi di bulan-bulan lalu terulang.
" Kenapa Gus Fadhil menikahi ku? Kan banyak wanita yang lebih sempurna dari aku, lebih segalanya dari aku kayak Sania misalnya?"
Fadhil tersenyum, istrinya itu terlalu merendah dan hobi membandingkan dirinya dengan orang lain, Sania.
" Karena pasangan itu saling melengkapi, jika aku menikahi yang sempurna apa yang harus dilengkapi? Dan ya, tidak ada yang sempurna baik itu kamu ataupun Sania, aku juga nggak sesempurna itu hingga begitu tinggi di matamu, tapi kamu yang selalu merendah. Kalo kamu nggak Sempurna, aku yang akan melengkapi mu, mengubah kekurangan mu menjadi kelebihan. Semua butuh proses bukan " Fadhil tersenyum diakhir kalimatnya
Ais tersenyum lebar, ia mendapatkan jawaban dengan kepastian. Fadhil mengubah kekurangannya dengan kelebihan. Perlahan tapi pasti, tanpa ia sadari.
" Seni çok seviyourum, canım " Bisik Ais lalu mencium pipi Fadhil dengan cepat dan tersenyum, malu.
" Ben de seni çok seviyorum, canım benim "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah
Ga mau banyak omong
Voment jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Future Love
RomanceJangan lupa follow sebelum baca😊😊@aisylws " Senı çok seviyorum, canım " " Ben de seni çok seviyorum, canım benim" penasaran???? cuzz baca😀