16 ~ Fadhil sakit

23 3 0
                                    

Bismillah.....

Setelah kepulangan mereka dari Turki, Tubuh Fadhil seketika panas. Ais sendiri sudah panik suaminya tepar sampai dirumah. Fadhil bahkan tak membiarkannya beranjak sedikit pun dari tempat tidur. Dan itu membuatnya bosan.

Saat dirumah Abinya ia memang jarang keluar kamar, tapi bukan berarti ia hanya rebahan di kasur seperti saat ini. Ia bisa berlatih bela diri dan olahraga ringan supaya tubuhnya berkeringat.

Tapi kali ini benar-benar tidak bisa. Fadhil sangat manja kepadanya. Makan harus disuapi, tidur harus dielus-elus. Fadhil bahkan tak membiarkan siapapun merebut Ais darinya, sekalipun itu putri kecilnya, Lucia.

" Gus Fadhil, keluar yuk biar kena sinar matahari. Kalo dikamar terus nanti tambah sakit"

" Boleh, tapi peluk "

Ais mengajak Fadhil duduk di bangku taman belakang rumah. Walau kegiatannya tak berbeda jauh saat dikamar setidaknya Fadhil mau keluar. Seperti saat ini, Fadhil menidurkan kepalanya di paha Ais dan Ais yang mengelus-elus jambang tipis Fadhil, hal yang paling ia suka dari Fadhil.

" Gus Fadhil "

" Apa sayang? "

" Tiba-tiba aku jadi kangen Haidar " ucap Ais. Fadhil menyerngitkan dahinya. Ia hanya kenal satu Haidar yang juga dikenal Ais. Si mata tajam itukah?

" Kapan-kapan ke Dubai lagi yuk, kalo enggak suruh aja dia kesini. Tapi kalo dia gak mau gimana ya ?" Ais menatap Fadhil dengan wajah memelasnya. Ia sangat ingin merepotkan Haidar lagi.

" Nanti kalo aku udah baikan kita kesana, kalo kamu pengen Haidar yang kesini gampang "

" Caranya?" Tanya Ais bingung

" Kamu ngomong sama Om Zadun, bilang aja lagi hamil, terus pengen ketemu Haidar, pasti Om Zad nyuruh Haidar kesini karena kamu lagi ngidam pengen ketemu Haidar. Yakin si Haidar ga bakal nolak" Fadhil begitu enteng saat mengucapkan kalimat itu, seperti tanpa beban

" Ihhh, Gus Fadhil gimana sih, kok istrinya diajarin boong. Tapi boleh juga sarannya. Tapi....." Ais menggantung kalimatnya menatap wajah Fadhil dalam

" Tapi kenapa lagi, hmm?"

" Gus Fadhil emang gak apa-apa kalo aku ketemu Haidar, terus apa Gus Fadhil gak cemburu. Apa jangan-jangan Gus Fadhil gak suka ya sama aku makanya tanggapannya biasa aja " Ais sudah berkaca-kaca saat mengatakan kalimat itu. Ia memikirkan kemungkinan-kemungkinan kenapa Fadhil meresponnya dengan begitu enteng, tak ada ekspresi yang menampilkan marah atau cemburu.

Fadhil membenarkan posisinya menjadi duduk disamping Ais, ia menatap istrinya yang sudah menangis dengan menundukkan itu.

" Enggak gitu sayang, bukannya aku gak suka kamu, atau aku gak cemburu. Jangan berpikiran macam-macam, okey?" Ucap Fadhil mencoba menenangkan istrinya.

Ais mengusap air matanya, ia memang cengeng tapi tidak dihadapan semua orang. " Jalan-jalan yuk, biar lebih enakan badannya. Kalo tiduran terus bukannya jadi sehat tapi tambah sakit " ucap Ais. Kalimat itu adalah kalimat penyemangat dari Reyhan saat ia sedang sakit.

" Boleh, tapi ganti baju dulu ya, ga elit aku olahraga pake sarung " ucap Fadhil lalu beranjak dari duduknya

" Kan gpp, gada undang-undang yang ngelarang juga " Ais cekikikan sendiri membayangkan Fadhil yang olahraga pake sarung

💎💎💎

" Sayang kamu udah ada tanda-tanda hamil belum?" Tanya Fadhil saat mereka sampai dirumah

Future Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang