Future love #3

67 14 3
                                    

Ais merasa begitu lega karena sidangnya sudah selesai, usahanya selama ini tak sia-sia. Hari ini ia tak pulang langsung, teman-temannya mengajak makan siang disalah satu restoran ternama di sana. Ais menerima saja, toh ia akan makan gratis karena restoran itu milik ayah temannya, Rinta, yang sudah menjadi miliknya sendiri sejak dua bulan lalu. Sebenarnya Rinta bukan teman satu fakultasnya, tetapi mereka sering pergi bersama. Rinta juga sering bertanya masalah bisnis pada Ais, karena sekalipun Ais bukan anak bisnis tapi otaknya melebihi anak bisnis. Rinta juga punya julukan " Anak Ilang " karena semua gerombolannya tak ada yang dari fakultas bisnis, hanya dia satu-satunya anak bisnis disini.
" Eh habis ini udah pada punya rencana?" Tanya Via
" Aku jelas ngurus ini" jawab Rinta
" Kalo gue sih gantiin papa ngurus sekolah" ucap Lina. Lina ini adalah anak yang paling gaul diantara mereka, papanya pemilik yayasan pendidikan swasta terkenal
" Kamu mau kemana Ai?" Tanya Via
" Ngajar di pesantren kakek mungkin"
" Oh ya lupa, kan Neng" celetuk Lina
Pesantren milik kakeknya itu berbasis Ma'had Aly. Kakeknya juga sudah berpesan agar Ais mengajar di pesantren saja. sebenarnya Reyhan juga sering disana, ia bahkan jarang pulang kerumah. Kakeknya itu ingin Reyhan yang nantinya memegang pesantren itu, tapi pastinya itu tak kan terjadi karena Reyhan pasti akan melanjutkan karier Abinya sebagai pengusaha.
Selesai makan siang mereka berpamitan pada Intan tak lupa berterima kasih atas makan siang gratisnya hari ini. Saat keluar dari restoran, Via melihat mobil kakaknya sudah terparkir disana ia pamit pada juga Lina karena kakaknya sudah menjemputnya. Via masuk ke mobil, ia melihat kakaknya yang sedang sibuk memperhatikan seseorang dan tak sadar jika Via sudah ada didalam. Via berdehem membuat kakaknya tersadar dari fokusnya.
" Pengen dikenalin gak? " Goda Via
" Apa sih dek"
Mobil mereka pun melaju. Via menahan tawa. Ia tahu kakaknya itu sedang memperhatikan salah satu temannya. Ia terus menggoda kakaknya yang membuatnya geli sendiri, sepertinya kakaknya sedang jatuh cinta pada pandangan pertama

🌿🌿🌿🌿

"Aduh, cantik banget anak umi" puji khilda
"Umiiii malu ih"
"Siapa dulu juru make up nya" ucap Sania yang tiba tiba datang
Sebenarnya Ais ingin memakai make-up sendiri, tapi Sania tiba tiba datang ia langsung mengambil alih alat alat make up itu, ia tak ingin Ais tampil seperti biasanya. Sebenarnya selera makeup Ais tak parah juga,tapi Sania bosan dan ingin yang W.O.W, lebih dari biasanya.
" Buruaaan nanti telat loh neng" ucap Sania
" San!!!!"

Sampai di gedung tempatnya akan wisuda, Ais langsung mencari teman temannya. Sania duduk bersama Naja dan Khilda. Via yang baru datang seketika menghebohkan mereka, bagaimana tidak, ia adalah wanita paling anti dengan make up kecuali bedak bayi, celak juga lip tint kali ini datang dengan dandanan yang memukau, Via punya prinsip " sekarang b aja gapapa, karena cantiknya setelah dapet jodoh"
Setelah prosesi wisuda selesai, mereka berfoto ria. Khilda dan Naja yang baru ingin menghampiri putrinya terhenti karena sapaan seseorang.
" Loh, kamu wisuda juga? " Tanya khilda
" Enggak Tante, adik saya yang wisuda"
" Siapa Mi?" Tanya Naja
" Yang umi ceritain waktu itu"
Orang yang menyapa mereka adalah laki laki yang menolong Khilda membawa belanjaan dan mengantarnya sampai rumah waktu itu. Laki laki itu pamit saat melihat adiknya memanggilnya.
" San,Ai, Lin, aku ke abangku dulu ya" pamit Via yang dijawab anggukan. Via kemari bersama kakak dan ibunya, ayahnya tak bisa hadir karena sedang berada di luar negeri. Lina juga pamit pergi karena sudah ditunggu papa mamanya.
" Ai, kok aku kayak lihat orang mirip banget sama yang waktu di toko buku itu" ucap Sania
" Nggak mungkin, ngapain dia kesini" ucap Ais
" Hai" sapa seseorang
Ais dan Sania menoleh ke sumber suara, benar kata Sania, laki laki itu ada disini Fadhil ada disini di depannya. Sania memiliki ide untuk mengerjai Ais. Ia bilang pada Fadhil jika Ais ingin mengajaknya berfoto tapi karena ia tak berani mengutarakan langsung jadi Sania mewakilinya. Ais yang mendengar itu tentu mengelak, Sania mengarang cerita tentu saja, berbanding terbalik dengan Fadhil ia justru menyetujui Sania. Sania memotret mereka dengan menahan tawa ia tahu Ais kikuk dilihat dari ekspresinya.
" Jelek nih, kaku banget sih Ai" celetuk Sania saat mendapati hasil poretnya yang tidak sesuai dengan harapan.
Setelah beberapa pose, Sania melihat hasil potretnya yang lebih bagus dan hampir sesuai dengan harapannya, ada beberapa foto candid juga. Sania mengembalikan ponsel milik Fadhil.
" Makasih ya" ucap Ais sambil tersenyum
" Apapun untuk mu" jawab Fadhil lalu pergi
Jujur, kalau boleh jujur, hati Ais berbunga-bunga jantungnya terasa berdebar lebih cepat saat Fadhil mengucapkan kalimat itu. Tapi ia harus ingat, bisa saja Fadhil mengucapkan seperti itu pada semua wanita bukan hanya dia, ia juga baru mengenal Fadhil tak lama ini, siapa tahu Fadhil sudah memiliki kekasih atau lebih parahnya istri, ia tak ingin menjadi perusak hubungan orang lain, tapi jika Fadhil masih sendiri.......
Ais beristighfar dalam hati, ia harus membentengi hatinya agar imannya tetap kuat dan tak mudah goyah.
" Ya Allah, berdosakah aku yang memikirkan dia yang belum sah untuk ku, bahkan mungkin hanya mimpi atau sebuah harapan saja jika hamba Mu ini bisa memilikinya" batin Ais
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Alhamdulillah bisa nulis lagi😊
Masih butuh banyak masukan
Jangan lupa vote dan comment😁

Future Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang