Bayi besaar....
-
Jungkook berdiri dengan tenang serta tatapan kosongnya didepan lembaga belajar, tempat orang-orang sepertinya menimba ilmu. Meski kehilangan penglihatan sorot matanya begitu hangat dan juga lembut, dengan tongkat yang dia putar pelan sambil menunggu Yoongi yang sudah dalam perjalanan menjemputnya. Sedikit banyak Jungkook sudah bisa menghafal dimana dia harus berdiri, kalau tidak salah, sepuluh langkah kedepan, maka itu sudah jalan raya. Yoongi tidak memperbolehkannya.
Untuk berpakaian Yoongi sudah mengenalkan Jungkook, warna, model, corak. Semua Yoongi tulis dalam catatan kecil yang dipesan khusus olehnya ditempat orang bisa menulis huruf yang bisa Jungkook baca. Braille..
Semua aktifitasnya sehari-hari dibantu oleh kakaknya. Jungkook tidak tau jika tak ada Yoongi, maka Jungkook pasti tidak bisa berbuat apa-apa.
Pemuda manis yang buta, panggilannya kini. Tapi Jungkook tidak peduli. Masa lalunya sudah dia buang begitu jauh. Jungkook tidak akan membiarkan fikiran-fikiran buruk kembali menguasainya. Meskipun beberapa bekas luka dari perlakuan kasar yang diterimanya masih jelas ketara. Luka dibagian tangan dan kepalanya masih terlihat jika seseorang memperhatikannya lebih dalam.
Yang Jungkook tunggu datang, Yoongi menepuk bahu kanannya. "Menunggu lama?" Jungkook hanya tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau mau kemana hari ini?"
Jungkook kembali menggeleng perlahan, "Aku tidak ingin pergi kemana pun"
Yoongi mengangguk kecil lalu menggandeng salah satu tangan Jungkook. Keduanya kini berjalan pelan sambil menikmati sore. Sunyi masih mendominasi keduanya. Hal-hal yang tidak terlalu berat mulai memasuki benak mereka. Angin sore membuat kedua rambut mereka melambai-lambai. Ketika melihat kedai es krim langkah Yoongi terhenti.
"Dek, es krim?" Jungkook mengangguk saja lalu mengikuti langkah cepat Yoongi yang membawanya entah kemana. Sampai pada duduk dikursi dan juga pelayan yang membawakan pesanan kakaknya, barulah Jungkook tau kalau Yoongi sungguh-sungguh membelikannya es krim.
"Dek, kakak pesan eskrim coklat dan vanila. Dulu kau suka sekali. Topingnya biskuit ada coklat parutnya juga, letaknya disini kau bisa menyendoknya dengan mudah"
Jungkook berucap terimakasih dalam hati untuk kesekian kalinya.
"Kak, hari ini apa kita akan mengunjungi ibu?"
Yoongi berfikir sejenak, "Entah sudah terlalu sore, Dek. Lagipula kemarin kan sudah?"
"Baiklah, aku hanya merindukan ibu saja, Kak"
Yoongi tau, dia pun sama. Tidak akan ada seorang anak yang tidak merindukan ibunya. Yoongi mengusap eskrim yang mengotori bibir adiknya sambil memastikan, "Kita bertemu ibu sekarang?" tapi jawaban yang Yoongi dengar justru lain, "Tidak kak. Besok-besok saja tidak apa, kakak juga pasti sedang lelah"
Yoongi tidak memiliki lelah jika bersama adiknya. Masa kecil mereka sudah terenggut oleh keadaan. Yoongi tidak pernah mengasuh adiknya selama bertahun-tahun. Yoongi ingin menebusnya.
Bohong jika dia tidak pernah menangisi takdir. Yoongi terkadang menjatuhkan air mata saat berbicara dengan adiknya, tentu tanpa sepengetahuan Jungkook. Kedua mata bulat yang jernih itu seharusnya bisa melihatnya, menatapnya dengan tatapan yang manis. Yoongi tidak ingin melihat tatapan kosong dan juga putus asa seperti saat ini.
"Kau belajar sesuatu hari ini?" seorang kakak yang perhatian seperti Yoongi, setiap hari selalu menanyakan ini.
"Hanya tentang kepercayaan diri saja, Kak. Tidak ada yang istimewa dari lembaga belajar seperti itu"
"Semua baik-baik saja?" tanya Yoongi sambil membawa eskrim untuk masuk kedalam mulutnya. Lalu, Jungkook menggeleng saja untuk menjawab.
"Kau bisa ambil tongkatmu, kakak ingin membelikanmu minuman sebentar sebelum pulang"
Jungkook tentu saja bisa melakukannya. Tanpa menyenggol apapun. Menunggu tangan Yoongi untuk mengisaratkan padanya untuk melangkah.
"Kak Yoongi, dulu sebelum ada aku, kakak seperti apa?"
"Heumm.. Tiba-tiba kau menanyakan itu?"
Jungkook mengangkat kedua bahunya. Dia sesungguhnya hanya iseng saja menanyakan itu, sekedar penasaran karena mereka terpisah dengan jarak waktu yang cukup lama.
"Yoongi, Yoongi, Min Yoongi, yang kehilangan adiknya serta kasih sayang dari kedua orang tuanya. Kau penasaran dengan kehidupan kakak yang seperti itu?"
Jungkook hanya tersenyum tipis saja, "Jungkook, Jungkook, Min Jungkook, yang merindukan kakaknya setiap malam, menjerit meminta tolong dan menyimpan rindu itu rapat-rapat.."
Kedua tangan Jungkook beralih untuk merangkul kakaknya dari samping, "Sampai dia bisa memeluk kakaknya seperti sekarang"
Yoongi dan Jungkook melepaskan tawa mereka, masih dengan berjalan pelan ditrotoar. Membuat semua orang yang memandang mereka merasa iri dengan kasih dari persaudaraan yang mereka tunjukan.
"Jadi ini, kau minta kakak memelukmu dipinggir jalan seperti ini? Kau tidak malu?" Yoongi menepuk pelan lengan putih Jungkook yang bertengger melingkari kedua bahunya. Bukannya melonggar, pelukan itu justru makin erat sampai bahu Yoongi harus terarah pada Jungkook. "Jungkook jika kau memeluk kakak terus, maka kakak akan menggendongmu"
Tidak juga melonggar pelukan itu, Jungkook malah bersandar nyaman dibahu kiri kakaknya.
"Bayi besaaarr.."
Entah kenapa, Jungkook jadi ingin menangis rasanya. Begitu nyaman bisa memeluk kakaknya seperti ini. Superhero yang selalu berjuang untuknya, dalam keadaan apapun menerima kondisi Jungkook. Dengan senang hati memberikan kasih sayang tanpa pamrih.
Selama puluhan menit tetap seperti itu, membuat Yoongi merasa ada yang aneh. Jungkook yang makin menyembunyikan wajahnya, ditambah deru nafas Jungkook yang tersendat dengan hawa panas disetiap hembusannya.
"Dek, menangis?"
"Tidak" jawab Jungkook. Tentulah dia terlalu naif jika bisa membodohi kakaknya. Suara itu sudah sangat bergetar.
"Serindu itu pada kakak? Padahal kakak selalu disampingmu"
"Kak Yoongi.. Terimakasih"
Yoongi menghentikan langkahnya, membuat Jungkook juga ikut menghentikan kakinya. Perlahan, Yoongi membalas pelukan Jungkook dengan benar. Adiknya bisa menangis dengan nyaman dalam rangkulannya. Tanpa perlu malu pada orang yang berlalu lalang.
"Ini kakakmu, Jungkook. Untuk apa berterimakasih. Sekarang kau punya kakak, kau bisa memanfaatkannya kapan pun kau mau"
Jungkook langsung menepuk bahu kakaknya keras. "Kakak ini, apa-apaan?"
"Hehe.. Berhentilah bersikap manis seperti ini. Kakak juga akan ikut menangis karena ternyata kakak masih punya bayi besar yang butuh popok"
"Kakaak~"
Yoongi langsung menangkup pipi Jungkook, saat Jungkook melepas pelukan. "Kakak apa? Hm? Bayi!"
Saat Jungkook akan melayangkan pukulan kembali, Yoongi mencegahnya dengan lebih dulu mengetuk kening Jungkook dengan jari telunjuknya.
"Jika Jungkooknya kakak menangis karena saking rindunya seperti ini. Lalu bagaimana dengan kakak dulu saat setengah mati melawan sakit karena merindukanmu juga Jungkook"
Jungkook terdiam dengan raut wajah yang nampak lucu untuk ditertawakan oleh Yoongi.
"Seperti itulah, sakitnya seorang kakak yang merindukan adiknya. Sama seperti Jungkook yang merindukan kakak"
Jungkook dengan kasar menghapus air mata dipipinya. "Maaf Kak, aku terlalu terbawa perasaan"
"Baper?"
Kalau saja Jungkook bisa melihat, maka Jungkook ingin sekali mencubit pipi Yoongi sampai pipi itu memerah.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
FanfictionKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest