Yoongi tidak tau bahwa ia akan terpisah dengan jarak yang teramat jauh dengannya. Tapi tidak benar-benar jauh. Yoongi selalu mengatakan bahwa Jungkook adalah bintang kecil kepunyaannya dan Jungkook juga berjanji sebelum ia menutup mata, ia akan selalu bersinar untuk Yoongi.
Setiap malam yang Yoongi lihat hanyalah angkasa dengan beribu bintangnya. Yang paling bersinar pasti itu adalah dia. Dongeng masa kecil yang indah dan juga kekonyolan yang membuatnya selalu bahagia.
Cukuplah Yoongi menangis. Dia tidak ingin. Jungkook membenci tangisannya, Jungkook tidak suka air matanya.
"Jadi bagaimana disana Jungkook?"
Yoongi berbicara dengan bintang setiap malam. Ia juga tidak habis untuk mendoakan Jungkook agar anak itu bahagia.
"Kakak bahagia jika kau juga bahagia. Awasi kakak disini siapa tau kakak melenceng"
Yoongi terkekeh membayangkan wajah manis kepunyaan adiknya. Yoongi menatap dalam ribuan bintang diatas kepalanya. Ia ingin memutar waktu tapi entah kenapa hatinya sangat meluas saat menbayangkan adiknya saat ini.
Hatinya bilang, Jungkook bahagia sekarang. Tidak ada lagi yang anak itu inginkan.
"Sekali lagi. Kakak merindukanmu. Tapi tidak sakit seperti dulu, Dek. Kakak begitu tenang saat mengetahui sekarang ini kau ada ditempat terindah"
Yoongi tersenyum begitu cerah. Jika Jungkook mampu melihatnya maka Yoongi yakin Jungkook akan langsung memeluknya.
"Kau berhasil, Dek. Kakak tidak menangis saat membawamu untuk dikremasi. Kakak hanya menangis saat memelukmu untuk terakhir kali. Tapi pelukan itu masih bisa kakak rasakan sampai saat ini. Senyuman yang selalu kau berikan pada kakak saat kau mendapatkan rasa sakit itu...mengobati semuanya"
Yoongi mengangkat tangan kanannya. Seakan ia bisa meraih bintang yang paling terang yang sedari tadi ia ajak bicara.
"Kakak ingin meraihmu dengan hati kakak. Kakak merasakan pelukanmu, Dek. Sungguh..."
***
Yoongi bertolak menuju Daegu. Ia berencana memulai hidup baru bersama ibunya yang perlahan membaik dan menjauh dari ayahnya. Ingat, mereka sudah sepakat untuk saling melupakan.
Jihwan datang dengan Jimin. Ia menyerahkan sebuah handicam kepada Yoongi. "Aku tertarik dengan film dan fotografi. Aku sudah lama sekali merekam Jungkook saat ia belajar dilembaga. Aku ingin memberikannya pada Kak Yoongi sebagai rasa terima kasihku"
Yoongi menurunkan tubuhnya dan menerima handicam itu. "Justru aku yang harus berterima kasih padamu, Jihwan"
"Ada banyak sekali video yang mungkin bisa mengobati kerinduan Kak Yoongi padanya"
Yoongi mengangguk sambil mengusap kepala Jihwan perlahan. Ia menegakan tubuhnya dan melempar senyum pada Jimin, Hopie, dan Namjoon yang ikut mengantarnya sampai stasiun.
"Hati-hati" singkat Namjoon lalu mereka saling memberikan pelukan.
Waktu untuk Yoongi berangkat sudah tiba. Dengan melambaikan tangan dan juga menatap semua orang Yoongi dan Ibunya masuk kereta dan membiarkan kereta itu mengantar mereka sampai tujuan.
Yoongi langsung membuka handicam Jihwan dan melihat satu-satu video Jungkook.
Jungkook membaca dengan tenang dan senyuman. Anak itu meraba buku dengan tulisan Braillenya. Jungkook sangat bahagia terlihat dari ekspresi dan senyum tipis Jungkook yang tiada habis diukirnya.
Jungkook melangkah dengan tongkatnya dari pintu keluar dan menghitung langkah agar sampai di halte. Saat dirasa sampai Jungkook berdiri tenang dan tetap tersenyum. Senyuman Jungkook makin melebar saat Yoongi datang memeluknya.
Jungkook menulis sesuatu. Keningnya berlipat dan kedua alisnya menukik. Bibirnya mengerucut.
Jungkook duduk tenang ditaman. Rautnya tenang tapi lagi-lagi senyuman itu ia lengkungkan.
Jungkook melambaikan tangan saat mendengar seseorang menyapanya. Meski terkadang lambaiannya tidak pada seseorang yang tepat.
Jungkook tertawa...
Jungkook membaca...
Jungkook menulis....
Jungkook meraba setiap boneka dan barang yang ia sentuh...
Rambut Jungkook yang terkibas angin saat menunggu Yoongi menjemputnya...
Jungkook melahap makan siang dengan kedua pipi yang menggembung...
Jungkook yang mencari tasnya untuk dibawa pulang...
Jungkook yang mengemasi buku...
Senyumannya...
Candanya...
Nakalnya...
Yoongi menumpukan kepala pada tumpuan kursi penumpang yang ia sediakan. Kedua matanya mulai banjir tali ia tahan dengan menutup mata.
"Adiknya Yoongi. Kau tidak mau bercerita tentang kakakmu"
Yoongi seketika membuka kedua mata dan fokus lagi pada handicam Jihwan.
"Aku dan Kak Yoongi tidak banyak memiliki kenangan bersama, Jihwan. Tapi Kak Yoongi itu adalah bintang yang sesungguhnya untukku. Dia tetap berusaha sebaik yang ia bisa untuk membahagiakanku. Aku harap aku juga bisa membahagiakannya"
Yoongi mengusap wajah Jungkook dengan senyuman yang teramat manis. "Kau sudah berhasil melakukannya, Jungkook. Kakak bahagia sekarang"
Yoongi mengalihkan pandangan pada jendela kereta. Ia tatap semua objek disana dengan tatapan teduh menenangkan.
Ia yakin, kebahagiaan tidak selalu harus diukur dengan kebersamaan. Untuk Yoongi, terpisah dari Jungkook memang berat namun Yoongi tidak bersedih. Dia menerima dengan lapang dada.
Jungkook berhasil menyembuhkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
FanfictionKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest