2. Kebodohan

2.6K 249 10
                                    

Bagiku, semuanya tetap sama. Aku tetap adik yang tidak berguna...

-

Seokjin sudah selesai menyiapkan sarapan dipagi yang cukup cerah dengan sinar matahari yang tidak terlalu terik. Yang pertama kali Seokjin lakukan setelahnya adalah membuka kamar Jungkook, dan inilah yang dia dapati, sampai dia sudah terlampau jenuh. Seokjin harus melihat Jungkook yang tertidur dimeja belajarnya dengan posisi duduk yang tidak nyaman. Punggung anak itu bisa bengkok sebelum waktunya.

"Jungkook, apa kau begadang lagi? Perlukah Yoongi turun tangan untuk memperingatkanmu?"

Jungkook hanya menegakkan kepalanya dengan kedua mata yang belum bisa terbuka dengan benar. Jungkook masih sangat mengantuk.

"Kalau begini terus bisa-bisa aku juga kena semprot dari kakakmu, Jungkook"

"Kak Seokjin, apa aku tidak bisa menerima pekerjaan di restoranmu atau ditempat manapun?" tanya Jungkook dengan suara paraunya.

Seokjin merapikan buku-buku Jungkook yang terbuka tak beraturan. "Jungkook kau tidak perlu bekerja.."

"Apa karena kondisiku?" ini pertanyaan bodoh yang Jungkook ajukan sekaligus membawa kesan bahwa Seokjin meragukannya. Tapi memang benar, Seokjin tidak mau terlalu mengambil resiko. "Aku sudah sangat merepotkan orang banyak dan yang bisa aku lakukan hanyalah belajar dan juga selalu berusaha menerima keadaanku. Tapi aku juga ingin membantu Kak Yoongi"

Seokjin menurunkan tubuhnya untuk menyamakan tingginya dengan Jungkook yang duduk dikursi belajar. "Jungkook kita sudah sering membicarakan ini bahkan berulang kali. Kami hanya tidak ingin hal yang tidak menyenangkan menimpamu lagi. Jungkook ingin membahagiakan Kak Yoongi kan?" lalu diamnya membuat Seokjin mengerti Jungkook telah memberikan jawaban. "Kalau begitu Jungkook harus menjaga diri Jungkook sendiri. Kami tak apa jika harus merawatmu. Kami menyayangimu"

"Kak Seokjin tidak mungkin terus direpotkan oleh kami, Kak Yoongi juga tidak akan bisa bekerja terus-terusan demi aku. Suatu hari Kak Yoongi harus menikah dan punya keluarga. Aku ingin sebelum itu terjadi aku sudah mandiri, Kak"

"Sstt... Jungkook kita tidak perlu memikirkan yang tidak-tidak. Pemikiranmu itu hanya karena rasa takut saja. Kita ini keluarga, kau dan Yoongi bisa tinggal disini selama kalian mau. Paman, Bibi, Kak Seokjin tidak masalah. Kita keluarga Jungkook"

Bagi Jungkook tetap saja rasa khawatir itu muncul. Jungkook tetap tidak akan tega membiarkan Yoongi merawatnya terus menerus. Jauh dalam lubuk hatinya ada keinginan untuk hidup mandiri dan juga bisa membantu Yoongi. Apalah dayanya dia yang hanya penyandang gelam pada penglihatnya.

Ceklek!

"Jungkook kau--... Eh Kak Seokjin disini?" Yoongi yang datang dengan membawa segelas susu coklat terheran karena Seokjin yang dia kira sedang mandi. "Ada apa Kak? Kalian membicarakan apa?"

Jungkook meremat ujung kaos Seokjin, dia berharap Seokjin tau maksudnya. Jungkook tidak ingin Yoongi tau tentang pembicaraan yang barusan. Jungkook tidak mau kakaknya khawatir dan berujung pada makin menentang Jungkook melakukan sesuatu.

"Tidak Yoongi. Kami tidak membicarakan apa-apa" Jungkook menghembuskan nafasnya lega. Yoongi hanya mengangguk saja untuk membalas.

"Jungkook. Hari ini kau les jam berapa? Biar kakak mengantarmu"

Alis Jungkook berkerut heran, "Kak Yoongi tidak ke kampus hari ini?"

Seokjin yang masih pada posisinya mengusap lengan Jungkook, "Kakakmu akan wisuda minggu ini, mana mungkin dia akan ke kampus? Kau kira dia masih mengerjakan proposal Jungkook?"

Wisuda?

Acara yang megah dengan kebahagiaan yang luar biasa. Bukan hanya keluarga yang akan datang tapi juga semua teman-teman Yoongi dan juga kerabat. Apa Jungkook pantas untuk berada disana?

"Jungkook, kenapa jadi melamun, Dek?" Yoongi mendekat pada Jungkook dan menyisir rambut hitam lebat kepunyaan Jungkook. Saat Yoongi meletakan segelas susu diatas meja, Seokjin undur diri. Seokjin harus segera bersiap-siap bekerja, lagipula ini urusan kakak adik milik Yoongi dan Jungkook, Seokjin tidak mau ikut campur.

"Kak Yoongi sepertinya membawa sesuatu?"

"O-oh iya kakak membawakan susu untukmu. Kau harus segera bersiap. Kau mau kakak memilihkan baju untukmu?"

Jungkook menggeleng sambil tersenyum manis, "Aku bisa sendiri Kak". Jawaban itu membuat Yoongi gemas, ia langsung mengusap beberapa kali pipi tembam Jungkook. "Iya, kakak tau adiknya kakak ini sangat mandiri dan bisa melakukan semuanya sendiri. Kakak akan menunggumu untuk sarapan, jangan lama-lama"

Setelah mendengar suara pintu tertutup, Jungkook meraba permukaan meja dengan kesepuluh jemarinya. Ia temukan gelas berisi susu yang dimaksud oleh Yoongi. Namun Jungkook tak langsung meminumnya. Ia justru mencoba untuk melangkah cepat menuju kamar mandi, membuang susu itu diwastafel dan yang terakhir menyalakan keran air agar tidak ada yang tau Jungkook membuangnya.

Posisi kamar untuk seseorang sepertinya tidak akan berubah, barang-barang disana juga sedikit sehingga kecil kemungkinan bagi Jungkook untuk tersandung atau memecahkan barang.

Memecahkan barang, berbeda dengan sengaja dipecahkan.

Gelas yang sudah kosong itu dilempar keras oleh Jungkook kelantai. Menimbulkan suara? Iya, tapi tak akan didengar oleh siapapun. Kamar Jungkook memiliki kamar mandi didalamnya. Hanya kamar Jungkook yang seperti itu. Jungkook makin mudah untuk bersembunyi saat sedang menangis. Seperti saat ini.

"Aku sudah coba mencintai diriku sendiri, tapi kenapa? Kenapa begitu sulit?! Kenapa aku hanya bisa menyusahkan semua orang? Apa yang harus aku cintai dari diriku ini, Tuhan? Apaa..?"

Jungkook kembali terisak. Semalaman suntuk dia memikirkan segala aspek positif yang ada dalam dirinya tapi tak dia temukan sedikit pun. Justru rasanya hatinya makin berteriak memaki diri bahwa dia adalah manusia paling menyedihkan di dunia.

Sakiit

Kepalanya seperti dipukul dengan palu yang besar. Tubuhnya serasa lumpuh saat nyeri itu menjalar pada seluruh sisi kepalanya. Tulang tengkoraknya seperti retak dan terbelah menjadi dua.

Selama hampir setengah tahun Jungkook berkutat dengan psikiater sekaligus dokter kejiwaan, Dokter Kai . Dokter itu awalnya hanya menanyakan apa saja yang membuat Jungkook trauma dan kejadian yang dia alami, melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya.

Jungkook menceritakan semua. Saat konsultasi dia selalu bersama Yoongi. Hanya satu hal yang terlewat, Jungkook diminta untuk CT Scan di kepala. Tau hasilnya? Ingat bahwa sebelum Tuan Kim meninggal dia pernah menyuntikan cairan yang dia klaim adalah narkotika? Itu bukan. Bukan, bukan obat seperti itu. Jika itu narkotika maka Jungkook tidak akan semenderita ini.

Dokter Kai menyebut itu adalah Botulisme. Sejenis racun yang berakibat pada kerusakan saraf dan juga kematian dalam jangka waktu yang lama.

Jungkook ada kalanya kau harus menceritakan semua hasil pemeriksaanmu pada keluarga. Kau tidak akan bisa melawannya sendiri. Ini baru meningitis, tolong fikirkan kembali untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.

Jungkook makin memukul kuat kepalanya yang terasa semakin sakit ketika mengingat kemungkinan-kemungkinan buruk tentang kesehatannya. Tidak. Jungkook tidak mau menyusahkan banyak orang lagi.

Kalau memang takdirnya harus mati. Maka biarlah....*

Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang