PERGI!!
Yoongi langsung tersentak saat mendengar teriakan Jungkook dan beberapa suara benda yang terbanting setelahnya. "Kau tetap bersama Jihwan" setelah mengatakan itu dengan satu helaan nafas, Yoongi memaksa kaki untuk berlari menghampiri adiknya. Dia tidak tau adiknya bisa berteriak lagi setelah sekian lama tak seperti itu. Jungkook yang sedang memukul kepalanya sendiri atau bermaksud menutup kedua telinganya. Seakan dia mendengar sesuatu yang begitu dia hindari. Tangisannya menyakitkan untuk didengar. Yoongi benci ini, dia sangat benci.
"Jungkook, Dek. Kakak disini, ini kakak" suara Yoongi sudah bergetar tapi Jungkook tak memperdulikan. Yoongi yang sudah dekat dengan Jungkook mencoba untuk menghentikan kedua tangan adiknya yang masih dia gunakan untuk memukul kepalanya sendiri. "Jungkook.." Yoongi berharap suaranya bisa menenangkan Jungkook yang kini makin memberontak. Terkadang Yoongi terkena tamparan-tamparan kecil yang tak sengaja dari pergerakan acak Jungkook. "Kakak mohon. Jangan pukul dirimu lagi. Ini Kak Yoongi.."
Jungkook tak juga berhenti, dia beralih untuk memukul meja dan menyembunyikan wajahnya. Jungkook total menunduk. Bahu bergetar miliknya makin ketara dilihat. "Pergi...hiks..hikss"
Yoongi mendongakkan kepalanya. Ternyata dia masih harus mendengar suara isakan Jungkook lagi. Padahal selama ini Yoongi berusaha sekali agar adiknya tak menangis. Yoongi menghela nafas namun disaat yang persamaan air matanya juga mengalir membasahi pipi pucatnya. Kedua tangannya yang gemetar membelai kepala belakang adiknya. Pelan, begitu pelan dan lembut, seperti tengah mengusap kepala bayi. Begitu lama mereka tetap dalam posisi itu, Yoongi menunggu Jungkook lebih tenang dan puas menangis terserah sampai dia lelah atau sampai kapan.
Jungkook yang semakin lama terdiam merasakan seseorang sedang membelai kepalanya. Belaian itu seperti belaian ibunya. Dia merasakan ibunya ada disini. "Ibu..." lirihan ini hanya Jungkook saja yang bisa mendengar. Lalu Jungkook tersadar selain ibunya, dia juga memiliki satu orang yang sangat berarti. Seseorang yang juga memiliki kasih dan bisa memberikan ketenangan setiap dia merasa ketakutan. "Kakak.." Jungkook berlirih kembali. Kini ia tegakkan tubuhnya, menoleh kekanan dan kekiri sambil meraba apapun didepannya.
"Disini, Dek" Yoongi meraih kedua tangan Jungkook yang mencoba mencarinya. Jungkook kemudian meniti wajah yang ada didepannya. Pipi, kedua mata, dahi, benar ini kakaknya. Dia tak akan lupa bentuk wajah Yoongi meski gelap yang nenyertainya selama ini. "Kakak..." nafas Jungkook yang masih terengah karena takut itu membuat Yoongi merasa nyeri didalam hatinya. "Iya, kakak bersamamu. Kita pulang sekarang? Hari ini biar Dokter Kai yang datang kerumah, ya"
Yoongi tidak menunggu jawaban dari Jungkook yang masih linglung. Dia langsung melipat tongkat Jungkook yang tergeletak dilantai dan merapikan barang-barangnya. Yoongi sempat untuk mengusap singkat air matanya sendir sebelum menuntun Jungkook melangkah.
Haruskah dia kembali keawal? Enam bulan yang lalu saat Jungkook masih sangat trauma.
Hopie dan Jihwan sudah menunggu didepan lembaga. Hopie juga sepakat untuk mengantar Jihwan pulang. Diluar rumah sudah sangat tidak aman bagi mereka berdua. Hopie membantu Jihwan, sementara Yoongi bersama Jungkook duduk dikursi penumpang tepatnya dibelakang.
"Jihwan kau akan kami antar pulang" ucap Hopie yang tengah mengemudi. "Kak Jimin dan Kak Namjoon sedang ke rumah Kak Yoongi dan Jungkook, aku rasa aku akan menyusulnya saja. Biar nanti aku pulang bersama Kak Jimin"
Selama perjalanan tak ada suara setelah itu. Semua fokus pada apa yang mereka fikirkan masing-masing.
***
Jungkook masih menyembunyikan dirinya dalam pelukan Yoongi. Seokjin dan kedua orang tuanya sudah menunggu kepulangan mereka. Seokjin ingin menanyakan beberapa hal tapi saat mendapat gelengan kepala dari Yoongi dia urung. Yoongi dan Jungkook sudah masuk dalam kamar Jungkook. Tepat setelah itu Jimin dan Namjoon membuka pintu depan rumah Seokjin.
"Jihwan, kau baik-baik saja?" Jimin mendekat pada adiknya dan meraba setiap sisi tubuh Jihwan. "Aku baik. Tadi sepertinya Hanbin ada di lembaga dan menganggu Jungkook, Kak"
"Hopie apa yang terjadi?" Namjoon bertanya pada Hopie. Setidaknya saat ini hanya dia yang bisa ditanyai. "Aku, Jihwan, dan Yoongi sedang berbicara diluar. Aku tidak tau kenapa, tiba-tiba kami mendengar Jungkook berteriak lalu beginilah.." jawab Hopie.
"Sebelumnya Jungkook baik-baik saja, Kak. Dia bahkan sempat tertawa denganku. Kami juga berbicara banyak" Jihwan menambahkan.
"Hanbin! Kurasa fokusnya bukan dendamnya padaku lagi. Jungkook yang menjadi incarannya" analisis Namjoon membuat semua orang turut prihatin. "Bahkan Jihwan yang tak tau masalahnya ikut menjadi korban" tambah Namjoon.
"Apa kau tidak bisa menangkapnya lagi, Namjoon?" tanya Seokjin. "Kami sedang berusaha, tentulah aku sangat ingin menangkapnya segera" tekat Namjoon.
"Perlukah Jungkook dan Yoongi pindah? Aku ada rumah lain yang cukup aman untuk mereka berdua, aku yakin Hanbin tak akan mengetahuinya" usul Paman Kim yang terlihat begitu prihatin dengan keselamatan kedua keponakannya.
"Paman, maaf jika aku lancang. Bukankah seharusnya Jungkook dan Yoongi harus tetap berada disini. Karena Hanbin sekarang bersama..ayah mereka" Jihwan memberikan saran. Dia selaku orang yang sudah menjadi korban dirasa perlu untuk memberikan pendapat.
"Jihwan benar paman. Kurasa Yoongi dan Jungkook akan aman jika mereka bersama-sama. Kak Namjoon bilang dia akan menambah keamanan disekitar mereka. Paman dan bibi juga harus berhati-hati. Aku tak ingin kejadian Jihwan harus terulang lagi" ini Jimin yang sedang mengusap pelan kedua lengan Jihwan. Dia baik, kebaikan sudah diajarkan oleh keluarganya sejak dulu. Ungkapan Jimin ini diberikan anggukan kepala oleh Namjoon yang melaluinya dia ingin memberikan keyakinan bahwa Jungkook dan Yoongi tak perlu pergi jauh demi kata selamat.
***
"Jungkook kau minum dulu ya, Dek" bujukan ini sudah beberapa kali Jungkook dengar. Minum, makan, tenang, dan yang lainnya. Tapi sedikitpun Jungkook tak mengindahkan. Dia justru makin mempertahankan rengkuhannya pada Yoongi. "Tidak akan terjadi apapun, Dek. Kakak bersamamu"
Jungkook menghembuskan nafasnya dalam lalu perlahan dia melepaskan rengkuhan itu. "Kak.."
"Eum. Adiknya kakak butuh apa?"
"A-ku ingin bertemu Kak Namjoon. Aku ingin memberitahu soal Ha-han-bin" menyebutkan namanya saja sudah membuat Jungkook gemetar ketakutan. Yoongi tak bodoh untuk membawa Jungkook keluar dan menjelaskan pada semuanya apa yang baru saja dia alami.
"Dek. Kami bisa mengatasinya. Kamu tidak perlu keluar bertemu Kak Namjoon"
"Tidak Kak. Aku tak mau jadi sosok lemah terus. Aku yang diincar jadi aku yang harus melawan"
"Jungkook, kau tau kau akan berhadapan dengan siapa. Kakak tidak ingin terjadi sesuatu lagi" lebih tepatnya Yoongi yang lebih takut dari pada Jungkook, mungkin begitu.
"Aku harus bisa kak. Kumohon.."
"Jungkook, kakak tidak akan membuat kamu bertemu dengannya lagi"
Jungkook jadi berfikir Yoongi mengekangnya. Jungkook tau ini demi kebaikannya tapi Jungkook juga ingin menyelamatkan nyawanya sendiri. Jungkook juga tidak ingin hanya Yoongi saja yang akan berhadapan dengan Hanbin. Jungkook tau benar orang itu seperti apa.
"Jungkook, kau tidak perlu memikirkan apapun. Kakak janji semuanya akan baik-baik saja"
Kakaknya selalu menepati janji. Sehingga Jungkook langsung mengangguk. Saat Yoongi berucap kata janji, dalam hal apapun janji itu terlontar. *
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
FanfictionKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest