Kini mereka dalam perjalanan pulang. Jungkook sedari tadi tidak pernah menunjukan wajahnya. Poni rambutnya yang sudah panjang makin membuat rautnya tidak terlihat. Topi hodie yang dia sematkan juga makin membuat semua keluarganya tidak mampu menahan kesedihan.
Jungkook seakan bersembunyi dalam gelap atau setidaknya mencari tempat untuk sendirian dalam kesedihannya. Jimin dan Jihwan langsung pulang menuju rumah mereka setelah memberikan semangat pada Yoongi yang terlihat sangat putus asa.
Hopie tidak pergi kemana pun. Pemuda itu memutuskan untuk mengurus segala sesuatunya untuk kepindahan dia di Jeju. Lalu tinggal lah Namjoon yang harus mengantar mereka menuju kantor polisi. Namjoon akan mengantar keluarga itu untuk bertemu dengan anggota keluarganya yang lain.
Jungkook tidak mau memakai alat bantu dengarnya, dia tinggalkan tongkat yang biasa membantunya melangkah. Jungkook sudah merasa sangat menyedihkan dengan kursi roda yang nantinya akan dia duduki.
Jungkook juga tidak pernah membalas genggaman tangan Yoongi. Adik kecilnya kini berubah menjadi sosok yang dingin, ketus, dan tidak mau berbicara dengan siapa pun. Berbeda dengan yang kemarin. Jungkook masih mau mengenggam tangannya tapi kali ini anak itu seolah menjauh dari semua yang menyayangi dirinya.
Suasana kemudian menjadi makin menyedihkan saat mereka sampai ditempat tujuan. Jungkook yang harus dipapah Yoongi untuk turun dari mobil dan duduk dikursi rodanya. Tepat setelah Jungkook duduk disana suara isakan Jungkook menyakiti hati Yoongi.
Yoongi tau Jungkook sangat membenci dirinya sendiri.
"Apa yang harus kakak katakan padamu agar kau merasa lebih baik, Jungkook?" tanya Yoongi sambil mengusap wajah dan sisi kepala Jungkook yang berusaha ditutupi. Jungkook bahkan beringsut mundur saat merasakan sentuhan dengan sarat kasih sayang dari kakaknya sendiri.
Yoongi mengusap wajahnya kasar lalu mengambil kedua pegangan kursi roda Jungkook untuk ia dorong. Bersama Namjoon, mereka membawa kaki dengan kehancuran hati untuk bertemu sang ayah.
Sang ayah yang sangat Yoongi benci sebenarnya. Yang sudah terlanjur membuat Yoongi muak kini justru adiknya merindukan ayah mereka. Yoongi tidak tau harus bersikap bagaimana. Mereka tidak pernah memiliki kenangan baik sebagai ayah dan anak. Diantara mereka hanya ada kebencian.
Yang mereka tunggu, datang lah. Tuan Min berdiri didepan mereka dengan baju tahanan dan raut wajah yang mulai menua dan lebih sendu. Seketika Yoongi menatapnya tajam begitu juga Tuan Min yang terkejut dengan kedatangan Yoongi dan...seseorang yang duduk dikursi roda.
"Aku akan memberikan waktu selama yang kalian mau" jelas Namjoon lalu dia membiarkan mereka untuk berbicara meski dengan kaca pembatas diantara mereka.
Tuan Min masih menatap Yoongi dengan kerinduan. Lain hal dengan putra sulungnya yang menatapnya marah. Tidak apa, Tuan Min sangat mengerti kesalahannya tak termaafkan. Dan Tuan Min makin merasa dirinya begitu berdosa saat Yoongi harus menyentuh sebentar bahu milik pemuda yang sedari tadi menunduk dalam sehingga kini Tuan Min dapat melihat wajahnya.
Wajah berantakan milik Jungkook. Kedua netranya begitu kosong. "Jungkook, Nak..". Tidak ada yang menjawab panggilan lirih darinya. "Jungkook", sebenarnya Tuan Min sudah menaikan nada suaranya. Tapi sungguh putra bungsunya tidak memberikan respon apapun. Sangat berbeda dengan terakhir kali mereka bertemu. "Jungkook!!", meski Tuan Min sudah berteriak Jungkook masih tetap diam dan menatapnya kosong.
Yoongi yang sudah mulai jengah. Kemudian kedua tangannya ia gunakan untuk melepas topi hodie milik Jungkook. Lalu dengan suara yang memelan dan nada ketus Yoongi menjelaskan, "Jungkook tidak bisa mendengar!"
Tuan Min yang sedari tadi fokus melihat wajah Jungkook menolehkan wajahnya pada Yoongi setelah mendengar hal yang tidak pernah dia duga selama ini.
"Ini. Akibat. Perbuatan. Ayah!"
Tuan Min mengalihkan lagi penglihatannya pada Jungkook yang tetap diam.
"Adikku. Dia buta karena sering disiksa oleh ayah kandungnya, lalu harus menderita infeksi selaput batang otak karena perbuatannya. Lalu akibat dari itu semua dia sekarang mulai perlahan kehilangan fungsi sarafnya"
Tuan Min berkali-kali menggumamkan kata 'tidak' sambil menggelengkan kepala cepat.
"Kau benar-benar luar biasa! Uang yang kau dapatkan dari hasil menjual anakmu sendiri! APA KAU SANGAT PUAS SEKARANG!!"
Biarkan. Biarkan Yoongi berteriak pada ayahnya sendiri bahkan kini Yoongi sangat ingin membuat wajah itu hancur dengan tangannya. Tangis dan permintaan maaf dari Tuan Min tidak akan pernah bisa membayar apa yang sudah mereka alami.
"Ayah..." panggil Jungkook dengan begitu lirih. "Jika sekarang ayah sudah berada didepanku aku ingin berbicara banyak pada ayah tapi aku tidak bisa mendengar apapun yang ayah katakan. Maaf karena aku harus secacat ini, ayah. Tapi aku harap ayah tidak malu memiliki aku sebagai bungsu ayah"
Tuan Min memukul kaca didepannya berkali-kali seakan dia ingin menghancurkan lalu segera memeluk putranya.
"Kalau aku tidak salah, kita baru bertemu mungkin sekitar seminggu yang lalu kan, Ayah? Saat itu pendengaranku masih baik, kakiku masih bisa berjalan dan aku masih bisa memeluk ayah.."
Yoongi dan Tuan Min harus terisak. Mereka terlalu bingung harus bersikap. Meminta Jungkook berhenti saja tidak mampu. Tuan Min kini hanya bisa menatap putra bungsunya dengan penyesalan sambil kedua bibirnya membentuk kalimat tanpa suara 'maafkan ayah'.
"Kau bisa melihat sekarang kondisiku, ayah. Tapi ini bukan salah ayah. Ini adalah takdirku. Aku tau ayah sangat menyayangiku dan Kak Yoongi. Ayah, aku memiliki permohonan untukmu. Aku mohon berjanjilah untuk tidak menaruh benci pada Kak Yoongi. Kak Yoongi hanya memiliki ayah dan ibu. Kakak dan ayah tidak boleh saling membenci"
Permintaan yang sangat tidak bisa diterima oleh Yoongi. Tidak mungkin dia akan menyayangi ayahnya setelah semua yang dia lakukan. Begitu juga yang dirasakan Tuan Min. Dia merasa tidak akan mungkin mendapat tempat dihati putra sulungnya. Jungkook sangat naif sekali namun juga tidak bisa disalahkan.
"Aku menyayangi ayah. Aku akan pulang sekarang dan memeriksakan diriku. Jaga diri ayah"
Jungkook menurunkan kembali wajahnya lalu menutup kepala dengan topi hodie hitamnya yang terlepas. Yoongi yang sudah merasa muak sejak tadi memutuskan untuk langsung pergi tanpa memberikan senyum atau bahkan tatapan.
Yoongi membiarkan ayahnya hidup dengan penyesalan. Yoongi tidak akan pernah memberikan tempat untuk ayahnya lagi. Tidak akan pernah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
Fiksi PenggemarKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest