12. Dibalik Senyumannya

1.4K 177 10
                                    

Paman Min duduk bersama dengan Jungkook dikursi untuk tamu undangan diacara wisuda tahunan universitas milik kakaknya. Jungkook sangat tenang dengan senyuman tipis yang tak pernah luntur dari wajahnya. Paman Min dibuat kagum sejak semalam karena ketegaran keponakan bungsunya itu. Kini dia tak menundukan kepalanya lagi dan dengan senyumannya dia seolah berkata 'aku menerima kondisiku' pada semua orang yang terkadang melirik kearah mereka.

Terkadang ada yang menatap iba, ada yang kagum dengan wajah imut Jungkook, dan ada pula yang memastikan bahwa Jungkook benar-benar memakai alat bantu dengar. Semuanya itu dijawab oleh paman Min dengan anggukan kepala perlahan dan tersenyum saja.

Min Yoongi menerima ijazahnya lalu melangkah perlahan untuk kembali ke tempat duduknya. Dia sempatkan untuk menanyakan Jungkook pada pamannya dengan hanya menggerakan kedua belah bibirnya dari kejauhan "Jungkook baik-baik saja?" Pamannya langsung mengangguk dan membuat hati keponakannya lebih tenang.

Jungkook memang tak bisa melihat dia naik podium menerima ijasah atau bahkan mendengarkan namanya saat dipanggil. Tapi Yoongi tau adiknya kini tengah merasakan bahagia dan bangga sama sepertinya.

Saat acara selesai Min Yoongi yang masih mengenakan toga langsung menghampiri paman dan juga adiknya. Yoongi melakukan yang dia ingin sedari tadi. Yoongi memeluk adiknya yang masih duduk tenang.

"Kak Yoongi. Selamat ya kak. Aku bangga sekali"

Bukan Jungkook justru Yoongi yang meneteskan air matanya. Entah menangisi keadaan atau bahagia karena setelah ini dia bisa membahagiakan keluarganya tanpa perlu merepotkan paman dan bibi walau sesungguhnya mereka sangat tidak mengharapkan balasan apapun.

"Selamat ya Nak" ucap Paman sambil memeluk Yoongi yang sudah melepas rengkuhannya pada Jungkook. "Terima kasih paman"

"Yoongi!!" Hopie berteriak memanggil Yoongi dengan Jimin dan Jihwan yang sudah memasuki gedung tempat acara wisuda Yoongi. Mereka menyerahkan buket bunga serta ucapan selamat pada sahabatnya yang harus wisuda dengan waktu yang lebih lambat satu tahun.

"Aku sudah menyusul kalian jadi jangan panggil aku mahasiswa lagi" jahil Yoongi pada Hopie dan Jimin. Lalu dibalas dengan tepukan satu kali dengan kekuatan yang lumayan oleh Hopie, "Aku tidak berani lagi padamu tidak perlu mengancamku"

Yoongi menurunkan badannya pada Jihwan, "Terima kasih Jihwan" yang diajak bicara hanya menggeleng dengan mengukir senyuman yang tulus. "Aku senang bisa membantu Kak Yoongi dan Jungkook, dan..." Jihwan menyentuh telinganya sendiri yang membuat Yoongi langsung paham bahwa mereka juga butuh penjelasan.

"Jungkook sempat disuntik racun yang dapat merusak sarafnya dalam jangka panjang. Awalnya itu hanya meningitis tapi kini sudah ada kematian sel saraf pada telinga dan kedua matanya. Setelah ini...aku tidak tau lagi. Penanganannya sudah sangat terlambat"

Hopie seketika memeluk Yoongi untuk dia berikan kekuatan sedangkan Jimin menatap nanar Jungkook yang masih dengan raut wajah tenangnya yang menurut Jimin justru menyakitkan. Jihwan sendiri sudah menundukan kepala karena tak bisa menatap raut tenang Jungkook.

"Aku. Entah aku bisa membahagiakannya dan ibuku atau tidak. Karena sekarang ibuku tengah mengalami depresi lagi meski ringan" Hopie makin mengeratkan pelukannya. Lebih kepada hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Seandainya dia bisa melakukan apapun untuk meringankan beban Yoongi maka dia akan melakukannya.

"Sudah Yoongi. Jangan bersedih dihari wisudamu. Kau harus lihat Jungkook. Sedari tadi dia tak pernah melunturkan senyumannya. Kau berhasil membahagiakannya. Bersyukurlah untuk hal-hal kecil yang masih kau dapati sampai sekarang" nasehat itu langsung diangguki beberapa kali oleh Yoongi.

"Jungkook hanya akan bisa mendengar pada jarak yang dekat. Jika pada jarak ini dia hanya bisa mendengar gemanya saja. Aku harap kalian bisa mengerti jika berbicara dengannya" jelas Yoongi lagi mengenai kondisi Jungkook pada sahabat-sahabatnya.

"Kami mengerti Yoongi. Ayo sapa dia"

Mereka melangkah untuk lebih dekat. "Jungkook" sapa Jihwan pertama kali. Jungkook tak percaya tapi dia tak mungkin melupakan suara dari orang pertama yang menyapa dia saat masih belajar di lembaga khusus orang dengan kebutuhan spesial. "Jihwan kau kah?" Jungkook mencoba mencari dimana Jihwan lalu sesaat kemudian kedua tangannya digenggam oleh seseorang yang lebih rendah darinya. Jihwan dan kursi rodanya.

"Semuanya merindukanmu di lembaga"

Jungkook tersipu lalu membalas genggaman Jihwan tak kalah erat. "Aku pun aku akan segera kembali jika kondisiku memungkinkan" Jungkook paham keterbatasannya dia tak akan berusaha untuk melampauinya.

"Paman sepertinya harus pergi menemui Seokjin di restoran. Jika kalian masih ingin meluangkan waktu bersama paman minta maaf karena tak bisa menemani"

Yoongi membungkuk singkat pada pamannya, "Terima kasih untuk segalanya paman"

"Paman akan pergi?" tanya Jungkook dengan sedikit menyerongkan kepalanya. "Iya sepertinya kau akan bersenang-senang dengan Kak Yoongi dan yang lainnya. Paman harus mengurus restoran dengan Kak Seokjin. Kami tunggu kepulangan kalian saat makan malam"

"Yang lainnya?" ulang Jungkook. Ya, semua orang harus bisa maklum pada kondisinya yang sekarang.

"Ada Kak Hopie dan Kak Jimin juga Jungkook. Tak mungkin Jihwan datang sendirian kemari" jawab Paman dengan sabar dan gemas pada keponakan bungsunya. 

"Benarkah? Aku tak bisa mencium bau mereka paman. Sejak kapan mereka disini?"

"Ya! Apa selama ini kami bau?" kesal Hopie  lalu dia mengusak rambut hitam tipis Jungkook dengan cepat. Awalnya mereka bahagia karena Jungkook bisa bercanda, menggoda mereka, tertawa jahil dan menunjukan keceriaannya.

Tapi saat Hopie mengangkat jemarinya dari kepala Jungkook mereka kini menyadari bahwa tipisnya rambut anak itu akibat kerontokan yang entah sejak kapan. Hopie langsung menoleh cepat pada Yoongi yang mematung dengan kedua mata yang sudah berkaca.

Jimin dan Jihwan tak kalah terkejut sementara Jungkook yang tidak tau apa-apa juga tak bisa merasakan bahwa semua orang disekitarnya sedang ketakutan akan kondisi tubuhnya.

Dalam hati Yoongi berlirih,
Bisakah kebahagiaan memeluk kami?*

Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang