3. Terima Kasih

2K 211 5
                                    

"Jungkook, nanti sore kau mulai terapi lagi. Kalau kau merasa sudah lebih baik. Kita bisa berhenti. Kakak yakin kau tidak perlu psikiater lagi"

Dokter Kai bukan hanya psikiater tapi juga melaluinya Jungkook jadi paham bahwa kepalanya terserang penyakit. "Menurut Kak Yoongi bagaimana?" tanya Jungkook dengan santai sekali. Tak memikirkan raut bingung kakaknya yang terpatri disana. "Kenapa jadi kakak? Kakak merasa tidak ada yang perlu kau konsulkan lagi. Semuanya baik-baik saja"

"Kakak yakin semuanya baik-baik saja?" Jungkook makin membuat Yoongi bingung. Saat semuanya sudah baik, terlampau baik menurut Yoongi, justru Jungkook mempertanyakannya. "Jungkook, kenapa kau memutar pertanyaan kakak?"

"Aku sayang Kak Yoongi"

"Jungkook, kau makin membuat kakak takut!"

Yoongi lalu berhenti dan memaksa Jungkook untuk berhadapan dengannya. "Ada apa?" tanya Yoongi lembut.

"Kak Yoongi yakin tentang wisuda kakak. Apa aku memang harus ada disana?"

Yoongi dipaksa untuk memberikan semangat lagi untuk Jungkook. Pernah Yoongi menginginkan Jungkook untuk mengerti hatinya. Terkadang Yoongi juga lelah harus membujuk Jungkook agar lebih tabah dan berhenti untuk merendahkan dirinya sendiri.

"Sekali lagi, adiknya kakak terjebak dalam labirin ketidakpercayaan diri"

Yoongi mendaratkan kedua telapak tangannya pada kedua bahu Jungkook. Helaan nafas pelan dan tenang dia ambil terlebih dahulu. Ia tatap sejenak raut adiknya yang nampak tenang. Hatinya sebagai seorang kakak kembali menjerit saat melihat bola mata kosong itu.

Kerusakan saraf, tak bisa disembuhkan, Jungkook buta permanen.

Kalimat-kalimat masa lalu yang terus membuat Yoongi mengutuk takdir dan menyalahkan ayahnya.

"Jungkook, ingat bahwa setelah ini kita akan bahagia? Kau masih percaya kita bisa menggapainya kan?"

Jungkook mengangguk tiga kali. Jungkook meraba permukaan wajah kakaknya. Setelah mendapati kedua pipi kakaknya, telapak tangan Jungkook berhenti disana.

"Aku tau Kak Yoongi akan memperjuangkan kebahagiaanku dan ibu. Tapi Kak, bolehkah aku membantu? Hanya sedikit"

Jungkook sebenarnya sudah melakukan banyak hal. Membaca, belajar, semua itu sudah dia lakukan dengan baik sampai rasa lelah tak dia pedulikan. Tapi untuk apa? Jika Yoongi nyatanya tetap berjuang sendiri.

Yoongi menangkup kedua tangan Jungkook yang masih diwajahnya. Memberikan senyumannya. Jungkook juga bisa merasakan pipi kakaknya yang menggembung tanda kakaknya sedang tersenyum.

"Jungkook memang ada rencana apa?"

Yang ditanya justru diam. Rencana, rencana? Jungkook tidak tau kalau dia membutuhkannya.

"Jungkook. Kalau kau ingin bekerja, maka kakak bisa mencarikan pekerjaan untukmu. Tapi kakak tidak mau kau mengalami hal buruk. Kakak masih belum bisa, kau mau mengerti kakak dulu sebentar? Kakak janji tidak akan lama. Maafkan kakak karena terlalu membatasimu"

"Apa aku terlalu merepotkan Kak Yoongi?"

"Tidak, tentu tidak Jungkook. Justru kakak yang sepertinya terlalu mengekangmu. Maafkan kakak karena setakut ini untuk melepasmu pergi"

"Hehe... Apa kakak akan konsultasi dengan Dokter Kai juga? Perlukah?"

Ejekan dari Jungkook langsung dibalas Yoongi dengan cubitan pada kedua pipinya. "Nah, tersenyum seperti itu. Barulah namanya Jungkook bayi besar kakak"

"Terimakasih Kak"

"Terima kasih banyak untuk semuanya"

"Kak Yoongi harus selalu bahagia. Harus"

Yoongi merangkul Jungkook dengan lembut. Membiarkan adiknya kembali bersandar nyaman pada bahu kanannya.

"Bukan hanya kakak. Tapi kau, Ibu, dan kakak. Kita bertiga"

Sejenak Yoongi dan Jungkook bertahan pada posisi itu selama belasan detik. Lalu pelukan itu terlepas dan mereka melanjutkan pembicaraan.

"Ingat sore ini ke tempat Dokter Kai. Kakak akan menjemputmu dijam biasa. Kau masih ingat berapa langkah yang harus kau ambil kan?" Jungkook mengangguk lucu. Membuat Yoongi makin ingin meledakkan kepalanya saking gemas. "Semangat adiknya kakak! Fighting!"

Terakhir Yoongi mengusap kening adiknya sebentar dan mengecupnya singkat. Lalu pamit.

Yoongi hanya mengambil lima langkah menjauh lalu membalikan badannya untuk melihat Jungkook yang berjalan dengan tongkatnya sebagai petunjuk.

"Kakak ingin kau bahagia, Dek"
.

Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang