Gelap datang padaku, kosong menghampiri telingaku. Segalanya terjadi sebelum aku benar-benar bisa membahagian kakak dan ibuku
***
Sekarang apa yang bisa mereka lakukan?
Yoongi terus meremat jemari ditangan kanan Jungkook semenjak anak itu dibawa ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Disana kejujuran terungkap didukung kebenaran. Mereka datang kesana tanpa Ibu Min. Sangat beresiko dan juga bukan situasi yang tepat. Pada hari sebelum wisudanya, Yoongi harus menghadapi situasi yang teramat rumit.
Kepanikan bukan hanya dia yang merasakan tapi juga ibunya. Jungkook terus menangis dan ibunya yang terisak. Pada saat ketakutan dan perasaan marah pada takdir menjadi satu, apa yang bisa mereka rasakan selain hanya menjadi lebih kuat? Berusaha lebih kuat.
Saat ini Jungkook sedang duduk dengan sekujur tubuh yang gemetar untuk itulah Yoongi tak beranjak sedikit pun, dia tetap disamping adiknya yang sedang diperiksa dan juga langsung disarankan untuk memakai alat bantu dengar dalam satu waktu.
Kerusakan pada saraf matanya disebabkan oleh trauma karena pukulan berkali-kali dan untuk kali ini diperburuk dengan adanya zat racun yang sempat mengalir dalam aliran darah adik anda dan tidak ditangani dengan cepat. Seharusnya racun itu harus dibuang dari tubuh selama kurang dari 24 jam jika tidak dilakukan akan menyebabkan meningitis atau radang selaput otak yang berdasarkan pemeriksaan MRI dan CT Scan Jungkook juga mengidapnya. Saat ini saraf mendengarnya sudah mengalami infeksi begitu juga dengan kematian jaringan atau infark batang otak sebagai komplikasi dari meningitisnya.
Biasanya Yoongi akan mengatakan pada Jungkook 'tidak apa-apa' atau 'semua baik-baik saja' tapi kini dia dipaksa membisu dan hanya bisa memeluk Jungkook saat diagnosa dari Dokter Ahli Saraf tertuju pada Jungkook.
Yoongi hanya menatap adiknya dengan tatapan penuh kehancuran tak berbeda jauh dengan Jungkook yang kini terlihat semakin mengosong.
Anak itu tidak menangis pun teriak atau menjerit. Dia langsung mengosong dan kata terakhir yang dia ucapkan setelah mengajukan pertanyaan menyedihkan pada dirinya sendiri adalah ahh iya aku tuli, pasti.
Lalu diam. Sampai sekarang.
Anak itu tak protes saat Yoongi membawanya kemana pun yang kakaknya inginkan. Jungkook kini semakin yakin bahwa dia hanya menunda waktu kematiannya saja. Jika semua sarafnya rusak otomatis dia akan sangat menyusahkan Yoongi. Hidup sebagai seseorang yang menyusahkan keluarga seumur hidup. Jungkook akan menjadi seseorang yang teramat menyedihkan.
Belum lagi satu hal yang menganggu fikiran anak itu. Keberadaan Hanbin dan Ayahnya masih belum jelas.
Kini..
Dia..
Tak bisa melindungi kakak dan ibunya dari mereka karena kondisi tubuh yang semakin rumit. Kini dia bukan pemuda manis yang buta tapi juga tuli. Setelah suara mengi yang melengking kuat dia tak bisa mendengar apa-apa lagi.
Setelah ini apa?
Jungkook rasa dia hanya bisa pasrah. Apalagi saat merasakan ada alat terpasang pada kedua telinganya. Lalu ada pantulan suara yang bisa dia dengar lagi.
"Jungkook apa kau bisa mendengar saya?"
Pertanyaan itu berasal dari Dokternya dan hanya dibalas anggukan kepala lemah. Suara Jungkook masih tertahan ditenggorokan akibat kesedihannya. Alat itu pasti membuatnya terlihat lemah dan juga menderita.
Dokter itu memberikan kode pada Yoongi untuk memanggil Jungkook.
"Jungkook, ini Kak Yoongi. Kamu juga bisa mendengar kakak kan?"
Jungkook mengangguk sekali lagi dengan air mata yang kembali menggenang dipelupuk matanya.
Yoongi kemudian diarahkan untuk mundur satu langkah dan mengetes alat bantu dengar Jungkook. Semuanya baik-baik saja Jungkook bisa mendengar dan mengangguk sampai pada langkah keenam yang Yoongi ambil Jungkook tak memberikan respon apa-apa. Walau dia sudah mengeraskan suaranya.
"Dengan alat bantu dengar seseorang akan bisa mendengar melalui pantulan suara. Dalam jarak tertentu terkadang alat bantu dengar ini hanya membuat gema yang tidak jelas. Bukan Jungkook tidak bisa mendengar dia hanya tidak paham dengan apa yang baru saja kau katakan"
Penjelasan yang Yoongi dengar ini bagaikan sinar pada gelap dalam hatinya. Adiknya bisa mendengar lagi. Itu sangat membuatnya bersyukur.
***
"Jungkook" panggilan yang teramat lirih ini langsung menyapa mereka berdua setelah membuka pintu rumah. Sudah ada Paman dan Bibi Min dengan Ibunya di ruang tamu. Yoongi sendiri bingung harus membawa kabar baik atau kabar buruk. Kejadian ini telak memukul mereka dan menjadikan Jungkook makin tak berdaya.
Masalah infeksi didalam kepala adiknya. Siapa yang menyangka jika Jungkook bisa menyembunyikan itu dengan baik sampai pada akhirnya tubuhnya sendiri yang berbicara?
Jungkook hanya memberikan senyuman yang semua orang tau itu sudut bibir itu begitu berat untuk dilengkungkan.
Jungkook melangkah setelahnya dan meninggalkan semua keluarganya dengan hati yang masih belum bisa dia tata. Terlalu lama disana juga tidak baik. Jungkook juga tak munafik untuk berpura-pura tegar dan kuat seperti biasanya.
"Argh!" pada langkah ketujuh Jungkook menjauh Yoongi baru bisa mengeluarkan isakan dan teriakannya. Paman Min merangkul keponakannya sementara Bibi Min memeluk Ibu Min yang tak kalah menderita.
"Kenapa harus seperti ini paman? Jungkook tak pernah berbuat kesalahan pada siapapun! Dia anak yang baik. Iya kan paman?" selaan Yoongi dalam isakannya sendiri.
"Aku tidak akan memaafkan ayah dan Hanbin yang sudah membuat adikku seperti ini! Tak akan aku maafkan paman, tak akan!"
Lebih kepada ucapan yang penuh emosi. Memang. Tapi Yoongi juga tak bisa disalahkan untuk beberapa hal.
Lalu belum sempat waktu menunjukan malam hari dan belum sempat juga mereka merasakan kelegaan untuk mencairkan sesak dalam hati mereka. Keluarga itu datangi oleh tamu yang tidak terduga dengan pertanyaan yang membuat kemarahan Yoongi makin menyulut.
Apa yang terjadi pada Jungkook?
Ayahnya datang setelah menghancurkan segalanya *
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
FanfictionKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest