14. Masih pada Malam yang Sama

1.4K 190 34
                                    

Jungkook memuntahkan semua makanan yang masuk dalam tubuhnya hari ini. Sudah satu jam Jungkook harus berdiri dihadapan wastafel dengan keran air yang terus menyala karena dia belum juga bisa menghentikan rasa mual yang terus mengaduk perutnya.

Dengan menarik nafas panjang beberapa kali, Jungkook berharap suara meluahnya tidak sampai didengar oleh kakaknya atau yang lain. Semoga mereka masih dalam mimpi indah dan tidak terusik sehingga mereka harus terbangun tengah malam hanya untuk merawatnya yang kembali sakit.

Jungkook masih belum berani meninggalkan kamar mandi. Dia masih berjaga-jaga disana kalau-kalau akan memuntahkan makanan atau apapun yang berasal dari perutnya.

Belum juga mualnya sembuh, kepalanya sudah sangat sakit dan begitu menyiksanya. Salah satu tangannya Jungkook gunakan untuk memukul kepala sakit kepunyaanya. Jungkook juga bodoh karena meninggalkan obat dikamar dan itu artinya dia harus berjalan kembali mencari, iya kalau dia masuk ke kamar yang benar. Jika dia salah masuk kamar Yoongi maka bisa dipastikan malam ini juga mereka akan pulang ke rumah.

Lalu malam ini, Jungkook putuskan untuk menahan kesakitannya saja sampai sakitnya mereda.

Kita Jungkook. Kita akan menemui Ayah bersama-sama.

Hari ini, impian yang juga diaminkan oleh Jungkook terucap dengan jelas oleh Yoongi dan mampu dia dengar dengan jelas. Jungkook ingin merasakan pelukan ayahnya sebelum kedua tangannya lumpuh atau..

Kedua kakinya tiba-tiba melemas dan membuatnya jatuh tersungkur dilantai kamar mandi. Baru saja dia memikirkan kejadian buruk dan kini terjadi. Tiba-tiba terjatuh begitu saja dan sekarang Jungkook tidak bisa merasakan kakinya. Kepalanya menggeleng cepat dengan kedua bibir yang bergetar kuat sampai pada seluruh tubuhnya. Kedua tangannya yang juga gemetar dia gunakan untuk mengusap lutut atau telapak kakinya.

"Tidak, tidak!" terus bergumam seperti itu. Jungkook ingin menolak kebenaran. Dia tidak mau kehilangan kedua kakinya dulu. Dia tidak mau waktu lebih cepat dari pada cita-citanya untuk mendapatkan pelukan dari ayah ibunya.

Lalu dengan tangan kanannya yang dia gigit, Jungkook mencoba untuk menyembunyikan teriakan atau isakannya. Dia benar-benar pemuda menyedihkan yang cacat dari sisi mana pun.

Tangan kirinya tidak menganggur. Jungkook menggunakannya untuk memukul kedua kakinya beberapa kali dan dia tidak merasakannya.

Kaki sialan!

Umpatan itu keluar dari dalam hatinya. Fikirannya melayang pada penderitaan yang tidak kuasa untuk Jungkook bayangkan. Kehilangan kedua kakinya berarti Jungkook akan selalu bergantung pada Yoongi dala segala hal. Maka Jungkook akan menjadi seorang adik yang sangat sangat sangat tidak berguna.

"Argh!" teriakannya masih tersembunyi dibalik gigitan pada lengan kanannya. Jungkook masih tidak mau membiarkan semua orang menyadari bahwa saat ini dunia sedang runtuh menimpanya.

Kepalanya berkali-kali ia pukulkan pada tembok. Masih sakit, pusing dan pening memenuhi semua sisi kepalanya. Belum lagi rasa mual yang kembali menyerang. Agaknya setelah ini Jungkook harus mengurangi porsi makan atau tidak makan sama sekali.

"Kak Yoongi, maaf.." suaranya sudah sangat berantakan dan hanya terdengar seperti gumaman karena Jungkook masih menutup mulutnya dengan lengan tangan. "Aku tidak berguna..", meski pun senyuman selalu Jungkook tunjukan pada semua orang tapi itu semua palsu. Siapa yang bisa tegar saat dia harus dibayang-bayangi oleh kematian atau setidaknya kelumpuhan saraf?

Lalu setelah dia mulai bisa mengendalikan semua rasa sakitnya, Jungkook putuskan untuk keluar dari kamar mandi dan menyeret kaki lumpuhnya ke kamar. Dia harus meminum obatnya lalu kembali terlihat sedang tertidur.

Jungkook melipat tongkat lalu menyeret kakinya. Dia sekarang sudah tidak bisa berjalan lagi. Semoga kedua tangannya juga tidak ikut melemas setelah ini karena Jungkook masih sangat ingin memeluk kedua orang tua dan kakaknya.

Dengan perjuangan panjang dan berat Jungkook berhasil sampai pada pintu kamar yang terbuka. Itu pasti miliknya, Jungkook yakin itu kamarnya. Jungkook meraba permukaan lantai, dia dapati kaki meja, dia dapati ujung lemari dengan koper yang dia rasa itu adalah miliknya.

Jungkook meraba isi koper itu. Kembali kepastian ia dapati bahwa kamar itu menjadi miliknya, ada obat dalam koper yang sering sekali dia pegang. Jungkook yakin koper itu miliknya. 

Jungkook menelan beberapa butir obatnya tanpa air minum. Setelah mendiamkan tubuhnya dan membiarkan obat itu bekerja pada tubuhnya, Jungkook kembali meraba kedua kakinya yang masih lumpuh. Mimpi buruknya malam ini, hari ini.

"Bergeraklah! Kaki sialan!" desisnya pelan dengan suara yang serak akibat isakan yang terus dia tahan.

Karena tidak mendapati apa yang dia inginkan, Jungkook harus memukul beberapa kali kedua lututnya. Dia tidak merasakan sakit, dia tidak bisa merasakan kedua kakinya.

"Tidak! Tuhan aku mohon kembalikan kakiku.." kini Jungkook tidak lagi mengeluarkan teriakan. Jungkook sedang berlirih dan berusaha tawar menawar pada Tuhan untuk mengembalikan kakinya.

Jungkook mencoba berdiri. Kedua tangannya ia gunakan untuk berpegangan pada pinggir tempat tidur. Namun tidak bisa.

Tidak bisa.

Jungkook tidak bisa menggunakan kedua kakinya lagi.

"Tidak!! Kau kakiku, kan?! Maka turuti aku!! Aku minta kau berdiri sekarang juga! Berdiri..!!" teriak Jungkook sambil berkali-kali memukul keras kakinya sendiri.

Jungkook masih berusaha untuk berdiri dan menolak kenyataan. Tapi karena sering terjatuh dan berakhir dilantai. Jungkook tidak bisa menahan luapan emosinya lagi. Jungkook cacat secacat-cacatnya.

"AAARRGGGHH!!" jeritannya menggema. Jungkook tidak bisa menolak takdir. Dia mulai putus asa. Jungkook menunduk dalam sambil menjambak rambutnya sendiri sesekali dia pukul kepalanya keras dengan kepalan tangan. Pita suaranya bahkan sudah sangat serak saat menangis atau sesekali terisak keras.

Yoongi adalah orang yang pertama kali melihat kondisi Jungkook dan menghampirinya.

"Jungkook, ini kakak. Jungkook ada apa?"

Adiknya itu tidak menjawab. Justru Jungkook makin keras memukul kepala dan juga melukai diri sendiri dengan kuku jarinya. Pergerakan Jungkook yang sangat acak membuat Yoongi juga berkali-kali harus menerima tamparan. 

Kedatangan Yoongi disusul dengan Namjoon dan Hopie yang juga ikut terkejut mendengar jeritan Jungkook. Jimin harus melihat dari kejauhan karena Jihwan yang tidak boleh mendekat. 

"Jungkook, ini Kakak.."

Setelah usaha yang cukup berat Yoongi berhasil memegang kedua pergelangan tangan Jungkook dan menarik anak itu dalam pelukannya. Barulah Jungkook berhenti memberontak dan histeris seperti tadi.

Namun justru dibalik kesunyian ini, dalam jarak sedekat ini, Yoongi berhasil dibawa dalam palung kesedihan didasar laut yang gelap dan paling dalam.

"Siapapun tolong..."

Lirihan Jungkook cukup mengoyak hatinya.

"Tolong kembalikan..."

Hatinya sudah sangat hancur hanya dengan melihat keadaan Jungkook yang seperti ini.

"Kembalikan kakiku..."

Jiwa Yoongi seakan keluar dari raga dengan cara yang teramat sakit.

"Aku lumpuh.."

Yoongi melemas. Seakan ada senjata yang begitu tajam yang saat ini sedang menghancurkannya. Membawa Yoongi pada remuk redam tak berbentuk dengan luka menganga yang sulit sembuh.

Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang