Yoongi membolak balik tubuhnya didepan kaca lemari. Memilih model jas mana yang pantas dipakai untuk wisudanya. Ini adalah acara penting sekaligus berarti karena untuk pertama kali dia, ibu, dan Jungkook bisa berkumpul. Ibunya akan dijemput nanti sore, perawat disana mengatakan bahwa ibunya sudah tidak sabar untuk segera pulang lalu tak disangka kebahagiaan juga bertambah saat Jungkook beransur sembuh dengan keadaan yang lebih baik.
Sembuh? Jungkook?
Salah. Salah besar.
Anak itu kini memuntahkan cairan yang entah bagaimana rupanya. Jungkook tak bisa melihatnya. Yang dia rasakan hanya kepalanya yang seperti dipukul dan juga perut yang diaduk-aduk.
Jungkook tau dia akan semakin tidak bisa mengendalikan rasa sakitnya seiring berjalannya waktu. Mungkin saat ini kedua matanya yang rusak besok-besok mungkin kedua kaki atau bahkan kelumpuhan otak sampai meninggal yang akan dia dapatkan.
Dia seperti hanya menunda waktu kematiannya saja tapi meski begitu dia masih punya waktu bersama keluarga sebelum semuanya terjadi.
Jungkook membersihkan mulutnya dan juga menyalakan air pada wastafel. Dia berharap tidak ada sisa muntahan yang tertinggal disana.
"Jungkook kau jadi menjemput ibu?"
Suara Yoongi. Kakaknya mengetuk pintu kamar mandi. Jungkook sekalian mencuci wajahnya dan menunjukan gelagat seakan dia baru selesai mandi. Sampai pada batas akhir tubuhnya Yoongi tidak boleh tau soal ini.
Jungkook membuka pintu kamar tepat menghadap pada Yoongi.
"Kau butuh kakak untuk memilih baju untukmu?"
Jungkook hanya mengangguk kecil tapi Yoongi tau apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Yoongi berjalan mengambil baju untuk Jungkook sementara yang lebih muda hanya berjalan menuju kasurnya.
Jungkook masih merasa mual dan pusing tapi hatinya saat ini sedang berandai-andai. Dia mengimpikan bisa melihat kakaknya yang sedang memilihkan pakaian untuknya atau menyuapkan makanan atau memeluknya. Jungkook ingin melihat wajah Yoongi. Bisakah? Sebelum racun itu mengambil alih tubuhnya suatu saat nanti?
"Kok adiknya kakak nangis?"
Yoongi kembali menggantungkan jaket yang tadinya akan dia letakan dikasur. Dia lalu berjongkok didepan adiknya. Dia mengusap air mata Jungkook. Dalam fikirnya adiknya ini terlalu sering menangis. Apa dia tidak lelah? Apa kelopaknya itu tidak berat?
"Aku tidak percaya ibu akan bersama kita kak. Bagaimana jika ibu tidak ingin melihatku karena kondisiku seperti ini?"
"Dek, tidak mungkin seperti itu. Ibu sangat merindukanmu. Dia pasti sangat ingin memelukmu"
"Apa ibu juga akan ikut wisudanya kakak?"
Yoongi harus berkedip cepat karena berfikir. Kebiasaan saat mempertimbangkan sesuatu.
"Kakak ingin tapi kakak takut ibu kelelahan"
Jungkook mencari jemari Yoongi untuk digenggamnya lagi. "Aku tau kakak akan mempertimbangkannya dengan baik"
Yoongi lalu merengkuh anak itu. Namun ada hal yang janggal disana. Punggung Jungkook basah. Tidak bukan mandi. Semacam keringat dingin dan juga ada suara deru nafas sesak yang dia rasakan diceruk lehernya.
"Jungkook baik-baik saja?"
"Iya kak. Aku baik"
***
Yoongi dan Jungkook sampai didepan rumah sakit jiwa. Kakak beradik itu berjalan bersama menuju ruang rawat ibunya. Mungkin jika Jungkook tak buta dia bisa berlari agar segera sampai.
Sang ibu tak berubah. Dia masih duduk dikursi roda tapi sorot matanya lebih berisi. Sosok seorang ibu yang Yoongi rindukan sudah kembali pada pelukan mereka.
"Ibu.." suara lembut si sulung mengalun ketika dia sudah pada jarak yang begitu dekat dengan ibunya. Berbeda dengan si bungsu yang masih nampak ragu. Si bungsu masih memutar kecil tongkatnya dan terkadang juga merematnya kuat.
"Ibu merindukanmu, Nak" Ibu Min membuka kedua tangannya lalu seketika Yoongi menerima pelukan itu. Ibu Min mengalihkan fokus pada bungsunya. Dia melepas rengkuhan pada Yoongi lalu mengenggam kedua tangan Jungkook yang masih meremat tongkatnya.
"Apa Jungkook takut pada Ibu?" pertanyaan yang begitu lembut Jungkook sampai tak tega untuk menjawabnya. "Ibu merindukan Jungkook. Putra ibu dulunya akan berlari kearah ibu saat ibu pulang dari suatu tempat. Sekarang putra ibu pemalu sekali, hm?" melihat Jungkook yang tidak merespon apa-apa membuat Ibu Min harus melanjutkan, "Peluk Ibu, Nak"
Apakah pantas seorang ibu harus memohon hanya untuk sebuah pelukan dari anaknya?
Jungkook masih waras. Dia langsung memeluk Ibu Min dengan erat seakan hanya ada dia dan ibunya sendiri disana. Sudah sangat lama Jungkook tak merasakan pelukan ini. Jungkook mendapatkannya setelah melalui perjuangan yang panjang dan kesakitan yang berkelanjutan. Ini adalah hadiah terbaik dari usahanya untuk melawan sakit.
"Maafkan aku ibu.." lirih Jungkook. "Aku sangat merindukan ibu" lanjutnya.
***
Malam ini hanya ada bahagia yang dirasakan oleh Yoongi dan Jungkook. Mereka bertiga duduk disofa ruang keluarga sambil bercerita lucu, ya tentang apa saja.
"Ibu setelah wisuda nanti aku akan mendapat pekerjaan dan aku akan segera membeli rumah yang tidak besar tapi setidaknya kita bisa menghabiskan waktu bertiga"
Ibu Min sangat bersyukur memiliki putra yang impiannya hanya untuk membahagiakan keluarga. "Yoongi jangan hanya bekerja keras, kau juga harus memperhatikan dirimu sendiri. Suatu saat kan Yoongi harus menikah dan punya kehidupan sendiri"
"Ibu itu masih lama~" Yoongi berubah menjadi anak kecil ketika bersama ibunya. Dia merajuk.
"Katakan ada tidak wanita yang sudah menaklukan hati putra es ibu ini?" goda Ibu Min.
"Ibu sudah~" meski mengatakan 'sudah' tapi Yoongi ingin ibunya tetap menggoda dia. Tawa mereka berdua begitu merdu untuk beberapa saat sampai pada detik yang entah kesekian perhatian mereka kembali pada Jungkook yang hanya terdiam dengan raut tenang dan mata kosongnya.
Diamnya Jungkook membuat Ibu Min dan Yoongi terheran. Lebih kepada khawatir.
"Jungkook"
Tidak ada jawaban.
"Dek"
Tidak juga menjawab.
"Jungkook"
Meski Ibu Min sudah turut memanggilnya.
"Dek!"
Kini Yoongi mulai panik.
"Jungkook"
Ibu Min meraba bahu kiri Jungkook dan anak itu hanya menolehkan sedikit kepalanya tak menjawab, hanya diam.
"Jungkook!"
Kini Yoongi menaikan suaranya setengah oktaf. Tak membuat Jungkook menggerakan anggota badan meski hanya sedikit. Sampai pada Ibu Min yang menepuk bahu bungsunya.
"Apa ini ibu? Ibu masih disampingku dengan Kak Yoongi?"
"Dek, Jungkook sejak tadi kami tak pergi kemana pun!"
"Ibu.."
Yoongi menurunkan badannya dihadapan Jungkook. Yoongi juga menangkup kedua pipi adiknya dan meniti wajah itu. Lebih dalam, lebih lama. Kemudian Yoongi temukan kebingungan yang nampak dalam kedua sorot mata Jungkook.
"Ini Kak Yoongi? Apa ini Kak Yoongi?" tanya Jungkook dengan suara yang bergetar sambil menggenggam kedua tangan yang ada dikedua pipinya.
Ibu Min juga tidak ingin tinggal diam. Beliau mengusap surai Jungkook yang halus itu perlahan. Nafas Yoongi dan Ibu Min terpotong saat melihat Jungkook tertawa dengan suara yang menyedihkan disertai dengan kedua tangan yang menutup kedua telinganya.
"Aku tuli?"
Inilah keganjalan yang Yoongi dan Ibu Min fikirkan sejak tadi. Mereka tak pernah tau bahwa mendapatkan kebahagiaan menjadi sesulit ini.*
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Of Me [Mikrokosmos pt.2] || END
Fiksi PenggemarKami berkumpul kembali setelah terpisah dengan berbagai hal buruk yang berhasil kami hadapi. -Yoongi Aku berusaha dengan keterbatasanku untuk membahagiakan kakak dan ibuku -Jungkook @2019 semua gambar dari printerest