Kumainkan pulpen yg ada di tanganku, sembari memandangi jam dinding yg mengiring waktu menuju pulang kantor.
Satu Minggu.
Satu Minggu aku tidak bertemu dengan Jonathan maupun Bayu setelah aku bertemu dengannya malam itu.
Entah apa yg membuat mereka, dua teman baruku ini tiba tiba menghilang tanpa kabar, terlebih Bayu yg kadang mengirimiku pesan singkat tidak penting tentang lalu lintas atau apapun yg menyangkut keselamatan berkendara setiap pagi.
Juga Jonathan yg mendadak bisu setelah aku mentertawakannya usai dia menanyakan bagaimana jika aku yg menjadi tokoh utama dalam ceritanya yg penuh teka teki waktu itu.
Cukup aneh jika menanggapi pertanyaan Jonathan secara serius, karena bagiku mustahil teman Jonathan adalah seseorang yg mengenalku, tidak mungkin Alfa kan teman lamanya yg dimaksud ??
Jika iya mungkin aku akan terjun ke sungai Bengawan solo yg kini tengah penuh limbah, meratapi nasibnya betapa sempitnya dunia ini, tapi tetap saja itu tidak mungkin.
"Ngelamun Bae ... Kagak mau pulang Lo !!" Suara Jaka yg medok dan sok gaul mengejutkanku, dan baru kusadari jika jam pulang bahkan sudah lewat.
"Untung diingetin kalo nggak mungkin aku nginep disini" kataku sambil membereskan ponsel dan laptopku.
Lagi dan lagi, rutinitas kantor yg menjemukan, berangkat pagi dan pulang sore, mungkin benar apa yg dikatakan Tasya tempo hari, jika terus menerus seperti ini aku benar benar menjadi perawan tua, ternyata wajah cantik dan body sexy lebih menjamin hidup masa depan daripada hanya aku yg tampang pas-pasan dan syukur syukur masih dikasih otak pintar.
Mungkin karena ini pula Alfa memilih mundur dariku, aku terlalu kurang menarik untuk diperjuangkan.
Langkahku terasa lunglai saat berjalan menuju keluar kantor, kukeluarkan kaca mungilku dari dalam tas, sekali lagi, mengamati bayanganku yg tampak mengenaskan disore hari ini, rambut terurai awut awutan, wajah pucat dengan blush on dan lipstik yg mulai pudar, aku tampak mengerikan.
Terlalu fokus dengan bayanganku sendiri didalam cermin membuatku tidak melihat seseorang yg berdiri didepan pintu keluar. Membuat hidungku yg terlalu panjang menghantam dadanya.
Aku mendongak, sembari mengelus hidungku ini, dan tidak kusangka, didepanku, Jonathan berdiri menatapku dengan geli, membuatku bertanya tanya apa yg dilakukannya sekarang ini di kantor ku, lengkap dengan seragam dinas lapangannya yg mengundang binar binar penasaran para karyawan saat melihatnya.
Apa Jonathan tidak sadar jika laki laki berseragam sedang laris manis sekarang ini.
"Ternyata nggak cuma mobil yg kamu seruduk, orang Segede ini juga kamu tabrak !!"
Aku merengut, kenapa masalah mobil begitu diingatnya, inikah sapaannya padaku saat bertemu," lalu ... Apa yg kamu lakuin disini coba .. "kutarik kerahnya yg berhias dua balok dengan garis merah, dia masih Komandan peleton rupanya, kek Abang Sam dong." Kamu lagi nggak tebar pesona disini kan Jo .." tunjukku padanya, aku memincing curiga,seminggu tidak terdengar kabarnya,ujug ujug dia nongol didepan kantorku dengan penampilannya yg kontras terlihat di tengah para pekerja kantoran dengan setelannya.