Aku turun dari Mobil .. Mengamati Batalyon yg ada didepanku sekarang ini, tempat Jonathan bertugas.
Seperti yg dibilang Bayu tadi, aku harus bertanggung jawab untuk me mengantar Jonathan pulang, lucu memang jika dipikir, seharusnya laki laki yg mengantar perempuan, tidak peduli pasangan atau bukan, laah ini malah kebalik."Makasih udah ngajak aku ngopi ke tempat tadi Jo," aku bersandar disisi mobilku, berhadapan dengan Jonathan yg masih ada didepanku.
"Aku cuma bantu kamu buat menuhin janji ... " Kembali tangan besar itu terulur menyerahkan ponselnya," save nomormu ... Aku sudah bilang kan kalo ponselku yg lama hilang, aku pengen bantuin Bayu biar omongannya nggak sekedar janji, dia PD banget mau jadi Tour guide, gak inget kalo dia saja sibuk"
"Perasaan tadi ada yg ngomong kalo aku ceroboh sama pelupa deh " sindirku padanya, masih kuingat dengan jelas olok olokanya tadi, eehhh dia malah lebih parah, bukan hanya kehilangan nomor, tapi juga ponselnya juga, walaupun aku menggerutu tapi aku menerima ponsel itu, mengetikkan nomorku padanya ," katakan pada Pak Pol ganteng itu kalo suruh ajakin aku ketempat yg bagus ... Jangan mau kalah sama kamu"
Jonathan mengangguk sembari menerima ponselnya, tak lama ponselku berdering dan menampilkan profil Jonathan.
"Kamu nggak akan kecewa dengan kota ini ... Lagipula siapa yg mau mengecewakan Cucu Komandan Hamzah di Kandang Beliau??"
Yaaaa, nama besar Kakek benar benar bergaung diKesatuan Hijau Pupus ini, itu menjawab kenapa Pak Kanit atau apa tadi yg ada dikantor polisi Hanya menceramahiku, tidak mengambil tindakan yg berat, padahal aku menabrak mobil mereka.
Entah aku harus bagaimana, bahagia karena selamat dari kesalahan atau miris dengan nepotisme tipis tipis ini ??
"Semua hanya memandang nama besar keluarga ku, apa ini niatmu untuk mengenalku Letnan ??"
Pertanyaan yg tadi tidak kujawab justru kini kukembalikan pada Sang pemberi pertanyaan. Karena jujur saja, semua perlakuan Alfa padaku yg memilih mundur karena Ayah masih begitu membekas melukaiku, aku lebih baik tidak dikenal sebagai seorang Hamzah daripada ada hal lain yg mengikuti dibelakang. Memikirkan jika ada orang yg ingin mengenal dan mendekat padaku karena seorang Hamzah membuatku tidak nyaman.
"Apa aku sepicik itu ??"
Suara Jonathan yg dingin membuatku sedikit takut, matanya menatapku tajam terlihat tidak terima dengan pertanyaan dan pikiranku. Wajahnya terlihat mengeras menahan kesal.
Kenapa dia bisa berubah dalam sekejap, moodnya benar benar tidak bisa di tebak.
Dengan cepat aku menggeleng, berusaha tersenyum walaupun terpaksa, merasa tidak enak telah menyinggung nya." bagaimana bisa aku menilaimu, aku bahkan tidak mengenalmu Letnan, kita hanya dua orang yg tidak sengaja saling mengenal, dan terimakasih untuk kebaikanmu hari ini, aku merasa aku mendapatkan seorang teman ... Kamu dan Bayu, dua orang asing yg berbaik hati padaku, tidak sepatutnya aku berburuk sangka pada mereka yg baik padaku "