Bantingan map yg cukup keras membuat ku berjengit kaget, didepanku Daniel bukan hanya marah bahkan sudah murka, tatapan matanya yang tajam seakan ingin menelanku bulat bulat.
Aku mengambil nafas dalam dalam, tapi seakan akan oksigen disekitar ku menipis hanya karena kemarahan Daniel yg menguar. Dapat kulihat teman teman yg lain melirikku iba, merekapun tidak akan punya nyali untuk bertatap muka dengan Daniel jika sudah seperti ini.
"Bening ... Kenapa kerjaan kamu ini ngaco semua, 3hari kamu cuti dan sekalinya kerja hari ini, kerjaan mu amburadul seperti ini ??"
Berulangkali aku mendapat kemarahan Daniel tapi baru kali ini aku melihatnya emosi, dia tidak hanya marah karena pekerjaan ku yg salah tapi juga ada kemarahan lain yg menjadikanku sasaran kemarahannya itu.
Aku meraih map itu, membukanya kembali dan melihat semuanya, memang ada kekeliruan tapi bukan kesalahan fatal yg mengharuskan dia memarahiku sekeras ini, fix, dia hanya meluapkan kemarahannya itu padaku .
"Akan saya perbaiki, Sir !"jawabku datar, aku kembali fokus kepekerjaanku yg baru saja dipermasalahkan nya," silahkan Anda tunggu diruangan Anda, bawahan Anda ini akan memperbaiki masalah ini"
Tak kupedulikan lagi, entah dia mau pergi atau menungguiku, aku mencoba membutakan mata dan menulikan telinga akan atasanku yg sedang senewen ini, tapi bantingan pintu diujung ruangan membuatku tahu jika laki laki Bule itu masuk Keruangan.
Fajri, Roby, Mila, Shinta dan Indra langsung menyerbu mejaku, dapat dilihat dari wajah mereka, mereka pasti bau bau gosip.
"Kalian nggak musti tanya kenapa kan, udah tahu si Bos ngomel kenapa !!" Jawabku ketus. Mataku tidak lepas dari layar, sesegera mungkin aku ingin menyelesaikan pekerjaan ku ini dan melempar kan file ini kewajah songong Daniel.
"Tuh Bule kenapa sih ?? Sewot bener " Indra bergumam, aku mengangkat bahuku acuh.
"Dari kapan hari semenjak Lo cuti Ning, Pak Boss mode sangar, ibarat kata preman dikampung gue senggol bacok "
Aku menatap Fajri horor, bisakah dia memakai perumpamaan yg wajar wajar saja, tidak kah itu terlalu berlebih-lebihan. Tapi sepertinya yg lain tidak sepemikiran denganku, mereka justru mengangguk setuju, bersahutan saling mengaminkan kalimat Fajri.
"Efek si Boss mau Pepet si Bening gagal !!"
Kupukul lengan Indra, kenapa laki laki di tempatku ini bermulut lemes, tidak tahukah dia jika kata kata asalnya itu bisa menjadi biang gosip jika didengar orang lain.
"Nggak usah bikin gosip kalian ini, apa kalian nggak tahu, si Pak Boss itu beda kasta sama kita," aku teringat penampilan saat terakhir kalinya bertemu dengan Daniel dimalam Minggu yg harus berakhir denganku yg berlarian mengikuti Alfa." Dia makan malam sama keluarganya aja rapi banget, kemeja, celana bahan, sebelas dua belas kek dia mo meeting, lha kita, sarapan aja iler masih pada nempel !!"