Bagian 9

1.3K 221 3
                                    

Lisa berbalik ketika Jiyong mengutarakan pertanyaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lisa berbalik ketika Jiyong mengutarakan pertanyaannya. Gadis itu tidak benar-benar mengerti maksud pertanyaan Jiyong yang tiba-tiba. "Siapa aku? Aku Lalisa Kim, perlu ku tunjukan kartu identitasku? Lalu apa kita pernah bertemu sebelumnya? Kurasa tidak, aku tidak pernah datang ke konser ataupun acaramu, tapi kalau secara tidak sengaja berpapasan di suatu tempat itu mungkin saja terjadi, bukan begitu?" jawab Lisa membuat rasa sesak yang sebelumnya Jiyong rasakan berangsur-angsur berkurang.



"Ah... mungkin kita memang pernah berpapasan di suatu tempat, aku hanya merasa kau terlihat lebih familiar dibanding kemarin, aku khawatir mungkin kau seseorang yang ku kenal dan aku tidak mengingatmu," jawab Jiyong setelahnya, ia ulas senyum terbaiknya, demi mencegah rasa curiga yang mungkin Lisa rasakan. Dengan langkahnya yang lebar, Jiyong menghampiri Lisa, mengajak gadis itu untuk segera menyelesaikan rencananya. "Siapa pria tadi? Temanmu?" tanya Jiyong, di saat mereka berdua berjalan menyebrangi tempat parkir untuk mendekati pintu apartemen itu, hendak mencari susunan nomor telpon yang mungkin bisa mereka hubungi.



"Hm... dia temanku, kami pernah bekerja bersama, dulu aku kerja sambilan di perpustakaan kampus, dan kami bertemu disana,"



"Kau bekerja di perusahaan saat siang, kuliah saat malam dan masih kerja sambilan juga? Wah... luar biasa, kau manusia atau robot?" tanya Jiyong dan Lisa terkekeh mendengarnya. Kini mereka sudah berdiri di depan pintu masuk apartemen itu, Lisa mencatat nomor telepon makelar rumah yang ada di sudut pintunya, sembari berucap, "ada banyak orang yang bekerja lebih keras dibanding denganku. Untuk ukuran seseorang yang saat itu hidup miskin, hidupku masih sangat nyaman. Aku tinggal di rumah besar bersama kakek dan nenekku, dan orangtuaku juga punya sebuah restoran BBQ, aku bisa makan BBQ setiap hari, tidak seberapa enak tapi tetap saja itu daging,"



Obrolan mereka kembali berlanjut setelah Lisa selesai menelpon makelar rumahnya. Sang makelar bilang dia akan datang kesana dalam 30 menit dan meminta Lisa untuk menunggu. Sembari duduk bersebelahan di anak-anak tangga depan gedung apartemen itu, Lisa tersenyum sembari menatap lurus ke celah gelap di antara dua mobil, ia melihat Mino berdiri disana, menatapnya dengan sebuah senyum mempesona. "Kau tidak merindukan kekasihmu?" tanya Lisa, bukan pada Jiyong, namun karena hanya ada Jiyong disana, Jiyong pikir Lisa tengah bicara padanya.



"Aku sangat merindukanmu," jawab Mino, dengan kata-kata yang sangat ingin Lisa dengar.



"Apa maksudmu? Kenapa aku merindukannya? Aku baru saja bertemu dengannya beberapa jam lalu," ucap Jiyong, menanggapi pertanyaan Lisa yang sangat tiba-tiba itu.



"Kalau kau merindukanku, kenapa kau tidak menelponku? Aku sangat sibuk karena ini minggu pertamaku bekerja, aku menyukainya tapi aku sedih karena kau tidak menelponku," ucap Lisa yang kemudian merubah senyumnya menjadi sebuah lengkungan lesu. Dan disaat itulah Jiyong tahu kalau Lisa sedang tidak bicara padanya. Jiyong tidak pernah peduli pada keadaan satupun teman Rose. Tidak ada satupun teman Rose yang perlu Jiyong khawatirkan.

After The Man's DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang