Bagian 11

1.2K 216 4
                                    

Di Kamis pagi yang cerah ini, Lisa berpamitan pada Rose untuk pergi ke kantor seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di Kamis pagi yang cerah ini, Lisa berpamitan pada Rose untuk pergi ke kantor seperti biasanya. Seolah tidak terjadi apapun sebelumnya, Lisa meminta Rose untuk tenang ketika wanita itu mengeluhkan kekasihnya yang menghilang sejak kemarin. “Apa menurutmu aku harus mencarinya ke Seoul? Seharusnya dia di sini selama satu minggu, desain cafenya harus selesai dalam satu minggu,” tanya Rose, khawatir pada pria yang sama sekali tidak menjawab panggilannya sejak Rabu pagi.

“Kenapa kau tidak menunggunya saja? Mungkin dia punya pekerjaan lain yang tidak bisa ia tinggalkan,” jawab Lisa, ia tidak berada di posisi bisa mendengarkan keluhan Rose namun menjelaskan masalah lukanya pada Rose juga bukan pilihan yang baik. Lisa tidak ingin mengatakan apapun pada Rose, mengenai lukanya, mengenai ucapan Jiyong kemarin– bukan karena Lisa takut Rose akan salah paham, ia menahan dirinya untuk tidak bercerita bukan demi Rose, namun rasanya tetap saja menyesakan.

Lisa berusaha melindungi dirinya sendiri, memilih tidak mengatakan apapun agar ia tidak perlu mendengar Rose membela kekasihnya, tapi usaha perlindungan diri itu justru membuatnya sangat lelah.

“Aku berangkat dulu, mungkin aku akan pulang terlambat nanti malam, ada banyak sekali pekerjaan di kantor,” ucap Lisa sebelum kemudian ia meninggalkan Rose sendirian di rumah itu.

Lisa tiba di kantor setelah terlambat beberapa menit. Gadis itu berjalan dengan lesu menuju lift di kantornya sampai suara seorang wanita yang familiar memasuki telinganya– Kim Jisoo. “Maaf, aku sedikit terlambat hari ini,” ucap Lisa begitu Jisoo berdiri tepat di depannya, di depan lift yang masih tertutup.

“Tidak apa-apa, tapi dimana kau tinggal sekarang? Kalau kau belum punya tempat tinggal, bagaimana kalau kau menginap di rumahku?” tanya Jisoo, semalam, usai melihat Lisa menangis sendirian di kantor, Jisoo menghubungi Seungyoon dan Seungyoon meminta Jisoo untuk menjaga Lisa– suami Jisoo itu begitu memperhatikan Lisa seolah Seungyoon pernah berhutang sesuatu yang penting pada gadis itu.

“Ah, tidak perlu, aku sudah punya tempat tinggal sekarang, datanglah ke rumahku akhir pekan ini, aku akan mengadakan pesta pindah rumah,” jawab Lisa, ia tersenyum namun sama sekali tidak terlihat bahagia. “Tapi… eonni, boleh aku mengambil cuti hari ini?”

“Cuti? Kau harus melakukan sesuatu di tempat lain? Tentu saja! Kau boleh cuti hari ini, pergilah berlibur mumpung kau baru tinggal di Jeju. Berapa hari kau ingin cuti? Tiga hari? Satu minggu? Aku akan mengizinkannya,”

“Dua hari? Minggu depan sudah pembukaan cabang baru, aku hanya ingin beristirahat selama dua hari,” ucap Lisa dan Jisoo langsung mengizinkannya tanpa bertanya apa yang akan Lisa lakukan selama dua hari itu.

Hari itu, setelah mendapat izin dari Jisoo, Lisa bergegas pergi ke bandara. Ada sebuah tempat yang sangat ingin Lisa datangi– makam Mino. Jam terus berputar sampai akhirnya setelah lewat jam makan siang, Lisa tiba di tempat tujuannya. Gadis itu berdiri di depan sederetan rak dengan pintu kaca dan guci-guci marmer di baliknya. Dengan sebuket bunga krisan putih di pelukannya, Lisa menatap kosong pada foto kekasihnya di salah satu rak, “aku tahu kau sudah mati, tapi jangan meninggalkanku. Aku tidak akan mencoba menyusulmu lagi, jadi jangan meninggalkanku,” ucap Lisa sembari membayangkan wajah Mino yang sedang mengiyakan permintaannya.

“Sebelum kepergianmu, kau sempat sangat marah karena sebuah lagu. Kau bilang itu lagumu, tapi tidak ada namamu dalam lagu itu. Selama ini aku tidak mengingatnya, tapi kemarin tiba-tiba saja ingatan itu muncul. Aku akan mendapatkan lagu itu lagi untukmu, aku sudah tahu siapa orang yang mencuri lagumu, jadi jangan khawatir, aku akan membalasnya, untukmu,” lanjut Lisa dengan kesepuluh jemari tangannya yang meremas kuat buket bunga di pegangannya.

Akan tetapi sosok Mino yang di proyeksikan oleh otak Lisa itu justru menggelengkan kepalanya, “jangan, jangan menyakitinya. Orang itu sudah sangat tersiksa karenaku,” ucap Mino masih dengan senyum yang mengembang di wajahnya. “Kenapa oppa sangat menyukai G Dragon? Dia yang sudah membunuh mimpimu, dia juga yang mencuri lagumu,” ucap Lisa isi kepalanya seolah tengah bertarung demi memenangkan sebuah ingatan yang terpecah-belah usai kecelakaan 18 bulan lalu.

“Kau tidak ingat? Aku berhenti dari agensi bukan karenanya. Ada banyak alasan yang saat itu membuatku harus berhenti. Lagi pula… aku tidak mungkin bertemu denganmu kalau aku tidak berhenti saat itu. Di banding menghancurkan mimpiku, kurasa orang itu justru merubah mimpiku menjadi lebih baik, kau, Lisa… mimpiku adalah melihatmu bahagia,”

“Kau benar-benar jahat,” keluh Lisa kepada bayangan Song Mino yang berdiri di hadapannya. “Bagaimana aku bisa bahagia kalau kau mati secepat ini? Aku merindukanmu, aku kesulitan tanpamu.”

Sudah berjam-jam Lisa berdiri di depan foto Mino, sudah berjam-jam juga ia bicara seorang diri disana– seolah tengah berbincang dengan Mino walaup sebenarnya tidak ada siapapun disana. Kini gadis itu meletakan karangan bunga yang dibawanya, lantas berpamitan dan berbalik untuk keluar dari rumah penyimpanan abu itu. Di luar, gerimis mulai turun dan itu membuat Lisa enggan untuk melangkah pulang. Sembari menunggu gerimis di depannya berhenti atau justru semakin deras, Lisa meraih handphonenya yang tengah dalam mode diam. Ada beberapa panggilan disana, dan salah satunya dari Seungyoon.

“Ya! Dimana kau sekarang?!” seru Seungyoon begitu ia menjawab panggilan dari Lisa, setelah tiga kali ia berusaha menelpon Lisa, akhirnya gadis itu balas menelponnya.

“Menemui Mino oppa, ada apa? Istrimu mengizinkanku cuti dua hari,” jawab Lisa masih sembari memandangi tetesan air yang jatuh.

“Tetaplah disana, aku akan-“

“Bisakah kau mencarikan nomor telpon seseorang untukku?” potong Lisa yang sekarang mulai menimbang-nimbang untuk berlari menerobos hujan atau tetap menunggu hujan itu reda. “G Dragon, tolong carikan nomor telponnya untukku,” pinta Lisa setelah Seungyoon bertanya siapa yang sedang Lisa cari.

“Kenapa kau mencarinya?”

“Aku tahu tempat tinggalnya di Jeju, tapi dia tidak disana. Mino oppa meninggalkan sesuatu untuknya,”

“Apa katamu?!”

“Mino oppa meninggalkan sesuatu untuknya, dia menitipkan pesan untuk G Dragon kepadaku,”

“Kau mengingatnya?”

“Hm… baru saja,”

 Mino oppa meninggalkan sesuatu untuknya,”
“Apa katamu?!”
“Mino oppa meninggalkan sesuatu untuknya, dia menitipkan pesan untuk G Dragon kepadaku,”
“Kau mengingatnya?”
“Hm… baru saja,”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


After The Man's DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang