Bagian 22

1.2K 207 2
                                    

Seungri sudah kembali ke Seoul sore hari ini, sedang Jiyong justru masih sibuk mengantar Lisa ke rumah barunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seungri sudah kembali ke Seoul sore hari ini, sedang Jiyong justru masih sibuk mengantar Lisa ke rumah barunya. Lisa sudah menolak bantuan Jiyong, namun pria itu bersikeras, hingga Lisa tidak punya pilihan lain selain bersedia menerima bantuan itu. “Akan kau apakan barang-barang Rose?” tanya Jiyong setelah ia memasukan koper-koper Lisa ke dalam mobilnya. Jiyong tatap gadis yang tengah berdiri di sebalahnya itu namun gadis itu sama sekali tidak tertarik untuk membalas tatapan Jiyong.

“Membawanya ke rumahku,” jawab Lisa yang lantas memasukan sebuah plastik belanja besar ke kursi belakang mobil itu. Plastik belanja itu berisi barang-barang yang Rose tinggalkan, hanya berupa pakaian kotor dan beberapa alat make up. “Mungkin dia akan membutuhkannya nanti,” gumam Lisa yang dengan santai justru masuk ke dalam mobil itu dan membiarkan si pemilik mobil menyusun barang-barangnya di bagasi. “Kenapa dia justru membuatku merasa seperti seorang supir?”gerutu Jiyong yang tetap saja memasukan koper-koper Lisa ke bagasi kemudian bergegas untuk masuk ke kursi pengemudi di bagian depan mobilnya.

Mulai hari itu, Lisa benar-benar pindah dari kediaman tuan Kwon. Gadis itu membersihkan rumahnya dengan bantuan Jiyong kemudian membiarkan Jiyong menginap untuk satu malam dan dikeesokan harinya semua hal berjalan seperti sedia kala– Lisa sibuk dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Jiyong dan Rose. Setelah memastikan bahwa Lisa bisa tinggal dengan nyaman di rumah itu, Jiyong pergi ke Seoul, mengurus dan menyelesaikan pekerjaannya disana. Sedang Rose berkunjung keesokan harinya, menginap selama dua malam kemudian memutuskan untuk pergi berlibur ke Afrika– Rose ingin menjadi relawan untuk membantu sekelompok orang-orang miskin disana.

Lisa rasa semuanya sudah kembali normal, Rose berhenti membicarakan Jiyong dan mulai sibuk dengan kebahagiaannya sendiri. Begitu juga dengan Jiyong yang mulai kembali muncul di layar kaca. Lisa pikir kini ia tidak punya masalah lagi– namun hari-hari berganti dan ia justru merasa semakin hampa di tiap harinya. Lisa suka menyendiri, ia senang menghabiskan waktu untuk dirinya sendiri, namun akhir-akhir ini, tepatnya 5 bulan setelah terakhir kali ia bertemu dengan Jiyong dan Rose, ia merasa kesepian.

Lisa, si gadis yang terbiasa hidup bersama banyak orang di rumah neneknya, kini merasa sedikit kesulitan karena harus hidup jauh dari orangtuanya. Memang beberapa tahun lalu ia pindah dan tinggal bersama Mino, namun jarak rumah Mino dan rumah keluarganya tidak di batasi sebuah lautan seperti sekarang. Tinggal di pulau yang berbeda dengan keluarganya, dengan teman-temannya, dengan lingkungannya yang familiar membuat Lisa sedikit kesulitan. Belum lagi siksaan rasa rindunya terhadap Mino, jarak membuatnya tidak bisa mengunjungi Mino setiap saat.

“Oppa, tidak bisakah aku kembali bekerja di Seoul?” tanya Lisa, kepada pria yang tengah bicara dengannya di telepon– Kang Seungyoon. Awalnya Seungyoon menelpon Lisa untuk menanyakan perihal Jisoo dan kesibukannya, namun setelah Lisa meyakinkannya kalau tidak akan ada masalah, kini pembicaraan mereka menjalar ke banyak hal. “Sepertinya Jeju tidak cocok untukku,”

“Tapi pekerjaanmu bagus, berkatmu keuntungan di Jeju meningkat,” balas Seungyoon, hendak meyakinkan Lisa untuk tetap berada disana.

“Dimanapun aku bekerja, pekerjaanku akan selalu bagus. Aku suka bekerja disini, karena tidak ada Hoonie oppa yang genit disini… tapi aku mulai merasa sesak diakhir pekan, tidak ada yang bisa ku lakukan disini selain bekerja,” keluh Lisa yang malam ini tengah berjalan dari halte bus menuju rumahnya. Tinggal sendirian di Jeju membuatnya terus saja bekerja lembur, ia membunuh waktu luangnya dengan bekerja dan lama kelamaan hal itu membuatnya lelah. “Aku merindukan Mino oppa, aku merindukan eomma, appaku juga… kakek nenekku, Kwon Jiyong?”

“Kwon Jiyong? Kenapa kau merindukan Kwon Jiyong? Kau dekat dengannya sekarang?”  tanya Seungyoon, sedikit terkejut dengan apa yang Lisa ucapkan. Menyebut nama leader Big Bang itu benar-benar sesuatu yang tidak Seungyoon duga sebelumnya. Sejak tempo hari Lisa memintanya mencarikan nomor telpon Jiyong, gadis itu tidak pernah menyinggung soal G Dragon lagi.

“Ah? Bukan, aku tidak merindukannya. Aku hanya melihatnya lewat di depanku,” jawab Lisa yang kemudian berpamitan dan mematikan panggilan itu. Lisa menyimpan handphonenya di dalam tas jinjing yang ia bawa, ia berjalan mendekati pintu masuk utama di gedung apartemennya, berniat menyapa Jiyong sebelum ia melangkah masuk ke dalam apartemennya. Sudah lima bulan mereka tidak saling menghubungi dan kalau Lisa lihat, tidak ada yang berubah dari Jiyong kecuali warna rambutnya.

“Kenapa kau tidak bisa di hubungi? Aku sudah menunggu disini selama satu jam,” ucap Jiyong, menutup kembali mulut Lisa yang hendak menyapanya. “Siapa yang kau telpon selama hampir 90 menit? Menjengkelkan sekali,” protes Jiyong yang sama sekali tidak Lisa duga sebelumnya. Setelah Jiyong meninggalkan Jeju lima bulan lalu, tidak ada alasan bagi mereka untuk saling menghubungi dan menjadi dekat, namun hari ini Jiyong bersikap seolah Lisa adalah kekasihnya yang terlambat di kencan mereka.

“Apa maksudmu? Kenapa aku harus memberitahumu siapa yang ku telepon?” balas Lisa, seingat gadis itu mereka bukan teman dekat yang biasa saling berbagi rahasia. “Kenapa kau mencariku? Apa aku punya hutang padamu? Atau kau ingin menukar buku lagu Mino oppa?”

“Buka pintunya, kita bicara di dalam,” suruh Jiyong membuat Lisa mendelik heran namun tetap membuka pintu utama gedung apartemennya, kemudian mengajak Jiyong masuk ke dalam apartemennya. Kini apartemen Lisa sudah terlihat seperti rumah sungguhan, pintu kamar tidur dan kamar mandinya tertutup, namun ruang tengah apartemen gadis itu terlihat sangat manis dengan beberapa perabot berwarna pastel dan sebuah pot pohon tomat ceri di dekat jendelanya. “Kenapa kau kesini?” tanya Lisa setelah ia meletakkan tas jinjingnya di atas sofa dan mempersilahkan Jiyong duduk dengan gerakan tangannya. Masih dengan pakaian kerjanya, gadis itu berjalan mendekati lemari es kemudian mengambilkan Jiyong sebotol air mineral– Lisa mengaku hanya punya air mineral di rumah itu.

“Aku harus syuting untuk MV baru dan butuh lokasi,” ucap Jiyong setelah Lisa duduk di sebelahnya, kini mereka duduk bersebelahan di atas sofa yang sama. “kami butuh sebuah minimarket, bisakah kau membantuku?”

“Kau bisa menelpon-“

“Kau tidak menjawab panggilanmu, aku sudah menelponmu sejak tadi,”

“Aku belum selesai bicara, kau bisa menelponku di jam kerja untuk urusan seperti itu. Entah kenapa kehadiranmu tidak membuatku senang,” gerutu Lisa, mengingat kembali wajah kesal Jiyong beberapa menit lalu. “Bisakah kau pulang sekarang? Kita bisa membicarakan urusan pekerjaan besok, dengan suasana yang lebih profesional. Sekarang, ekspresi kesalmu benar-benar mengganggu, kalau ini hanya soal pekerjaan, seharusnya kau menghubungiku di jam kerja, bukan justru datang tanpa pemberitahuan lalu marah karena aku pulang terlambat, siapa yang tahu kau akan datang dan menungguku di depan pintu kalau kau tidak mengabariku lebih dulu? Rasa kesal itu menular, dan kau membuatku ikut kesal sekarang.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
After The Man's DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang