Bagian 31

1.2K 229 25
                                    

Sepulang kerja, Lisa membuka handphonenya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepulang kerja, Lisa membuka handphonenya. Jiyong mengiriminya sebuah video tadi siang, namun Lisa tidak mau membuka video itu di tempat kerjanya. Bagaimana kalau isi videonya ternyata video ungkapan perasaan atau video konyol lainnya? Lisa pasti akan sangat malu kalau melihat video itu di tempat kerja. Apa yang ada di kepalanya adalah video romantis yang Jiyong kirim pasti akan membuatnya salah tingkah.

Jadi, setelah ia sampai di rumahnya, barulah Lisa membuka video itu. Lisa berbaring di atas ranjang, masih dengan pakaian kerjanya. "Ah ini rekaman acara waktu itu," gumam Lisa, masih sembari menonton video yang Jiyong kirimkan itu. Kini gadis itu justru terkekeh, menertawakan dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia berfikir Jiyong akan mengiriminya sebuah video romantis? Ia pasti sudah mulai berharap. "Tentu saja dia tidak akan mengirim video seperti itu, jangan mengharapkan hal-hal bodoh Lisa," tegurnya kepada dirinya sendiri.

Awalnya Lisa masih tersenyum menonton rekaman di kelab malam itu. Melihat Jennie bernyanyi, melihat Seunghyun yang mabuk dan meminta maaf pada Seungri, kemudian melihat Seungri berucap, "sekarang, aku akan menunjukan padamu gadis yang Jiyong hyung incar. Jiyong hyung menyukainya, namanya Lisa."

Perlahan kamera mulai merekam Lisa yang tengah bicara pada Jiyong, namun begitu kamera perlahan mendekat Lisa justru melihat dirinya sendiri tengah bicara pada angin. Lisa tidak dapat mendengar kata-kata yang diucapkannya, namun melihat gerak-geriknya, melihat lengkungan senyumannya, melihat tawanya kepada angin membuat dada Lisa terasa sangat sesak. Seolah ada sebuah batu besar yang menimpa dadanya, gadis itu meneteskan beberapa bulir air matanya ketika melihat dirinya sendiri.

"Dengan siapa aku bicara?" gumam Lisa sembari menghapus air matanya kemudian menonton video itu dari awal– sekali lagi, ia terus mengulang-ulang video itu berkali-kali hanya demi meyakinkan dirinya sendiri kalau apa yang ia lihat tidaklah benar. "Tidak mungkin aku bicara sendiri. Aku tidak gila, tidak mungkin, ini mustahil, aku-" ucap Lisa kepada dirinya sendiri.

Ucapan Lisa terhenti, gadis itu bergegas bangkit dari baringannya kemudian duduk bersila di atas ranjangnya, menatap pada meja belajar dimana Mino duduk disana.

"Bagaimana harimu? Kau tampak lelah," tanya Mino, ia tersenyum dengan lembut menatap Lisa

"Kau hanya satu bagian dari ingatanku, iya kan?" tanya Lisa dan sosok Mino yang berdiri di hadapannya itu hanya diam, masih tersenyum seolah ia adalah patung yang memang didisain untuk berada disana. "Aku tahu, kau tidak ada di sini," ucap Lisa yang lantas memejamkan matanya. Untuk beberapa menit, gadis itu tetap terpejam, mengingat-ingat Mino, memikirkan wajah pria itu dan semua hal yang pernah mereka lakukan bersama.

Perlahan, Lisa membuka matanya dan Mino tidak ada di depannya. Hanya ada beberapa bingkai foto mereka di atas meja belajarnya– tanpa Mino disana. Dengan dada yang masih sesak, Lisa berjalan keluar dari kamarnya. Gadis itu melangkah menuruni tangga di rumahnya kemudian berdiri di depan ruang tengah– menatap nyonya dan tuan Kim dengan wajah yang sangat sedih. Lisa menangis, Lisa bersedih, namun ia tidak pernah melakukannya di rumah itu. Gadis itu enggan menunjukkan rasa sakitnya kepada kedua orangtuanya, ia tidak ingin kedua orangtuanya khawatir, ia tidak ingin kedua orangtuanya ikut sedih sepertinya.

"Aku kesulitan," ucap Lisa di tengah ruang tengah, menatap tuan dan nyonya Kim dengan wajah tertekan khas seorang gadis yang depresi. Bahkan di hati pemakaman Mino waktu itu, Lisa tidak terlihat sedepresi ini. "Aku kesulitan, aku sedih, peluk aku, aku sedang bicara pada kalian," pinta Lisa membuat nyonya Kim bergegas bangkit kemudian memeluk putri satu-satunya itu.

Ada rasa syukur yang luar biasa dalam hati Jihyun. Pada akhirnya, ia merasa menjadi seorang ibu yang sebenarnya. Nyonya Kim bersyukur karena putri cantiknya malam ini bersedia mengakui rasa sesak yang sebelumnya disembunyikan. Tidak lama setelah nyonya Kim memeluk Lisa, tuan Kim juga menyusul. "Terimakasih, putri appa," bisik tuan Kim sembari memeluk dua wanita yang paling ia cintai.

Setelah menunggu selama hampir lima tahun, ini adalah kali pertama Lisa benar-benar terlihat depresi di depan kedua orangtuanya. Bahkan saat bisnis keluarga mereka hancur, disaat tuan Kim harus kehilangan semua uangnya, disaat Lisa harus melepaskan mimpinya, disaat Lisa harus belajar menyesuaikan diri dengan keadaan baru mereka Lisa tidak pernah terlihat sehancur sekarang. Bukan karena Lisa tidak hancur, bagaimana bisa seorang putri yang sebelumnya hidup serba kecukupan tidak hancur saat hidupnya tiba-tiba berubah seratus delapan puluh derajat? Tentu saja saat itu Lisa sudah hancur, namun ia masih berusaha menutupi rasa kecewanya demi menyamankan kedua orangtuanya.

"Terimakasih karena sudah mengatakan kalau kau kesulitan, sayang," bisik nyonya Kim masih sembari memeluk putrinya yang bergetar karena tangis.

Sedang itu, di tempat lain, tepatnya di apartemen mewah milik G Dragon, Jiyong tengah berjalan mengelilingi rumahnya. Pria itu terus berjalan, kesana kemari seperti mesin penyedot debu otomatis. Jiyong gugup, ia menunggu Lisa membalas pesannya namun gadis itu bahkan tidak membaca pesan yang ia kirim. Sudahkah Lisa melihat video yang ia kirimkan? Jiyong benar-benar penasaran.

"Haruskah aku kesana saja?" tanya Jiyong, kepada seekor kucing yang tengah berbaring di atas sofa. "Tidak? Sudah ada orangtuanya disana? Tapi kalau dia tidak bisa menangis di depan orangtuanya bagaimana? Dia akan menangis sendiri," lanjut Jiyong seolah kucing yang ia pelihara itu dapat menjawab pertanyaannya.

Dan setelah banyak menimbang-nimbang, pada akhirnya Jiyong tetap berangkat menuju tempat tinggal Lisa. Ia tidak bisa bertahan sampai besok pagi saking khawatirnya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku liat ini di twitter dan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku liat ini di twitter dan.... Wah... Makasih ya kalian ga komen kaya gitu di sini... Aku merasa bersyukur sekali karena ga ada yang komen sampai sejahat ini. Tapi kalo cerita aku perlu di perbaiki, komen aja gapapa. Aku siap dikritik tapi aku belum siap dinilai sampai kaya gini hehe... Apalagi di bercandain melenceng sama orang tidak di kenal hehe

After The Man's DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang