Sandara dan Jennie yang tengah menari di tengah lantai dansa seketika membeku. Dentum musik yang sebelumnya mengiringi tarian mereka seolah baru saja dimatikan. Tubuh yang sebelumnya menari-nari setara alunan musik sang DJ mendadak jadi kaku. Bukan tanpa alasan, kedua gadis itu tidak akan tiba-tiba membeku kalau saja seseorang tidak mengejutkan mereka. Jennie terkejut karena tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluknya dan Sandara terkejut karena gadis yang ia sukai baru saja di peluk seorang gadis lain.
"Ya! Gadis nakal! Bisa-bisanya kau kesini tanpa mengabariku!" bisik Lisa, hampir berteriak demi mengalahkan suara musik dari DJ.
Jennie kembali terkejut saat mengenali Lisa, sepupunya. Namun rasa kaget itu lambat laun berubah menjadi sebuah senyuman hangat dan setelah basa-basi singkat di lantai dansa itu, Lisa mengajak Jennie dan temannya untuk menghampiri Jiyong dan teman-temannya di lantai dua. "Ahh... Jadi Kau ke Jeju untuk menghadiri acara temanmu? Kenapa kau tidak mengabariku? Kau tidak akan menemuiku kalau aku tidak menangkapmu disini?" protes Lisa, di saat ia berjalan menuju salah satu ruangan di lantai dua bersama Jennie dan Sandara.
Di lantai dua, ada beberapa ruangan tertutup yang kelihatannya sangat eksklusif. Lorong itu terasa seperti lorong hotel bagi Lisa- kalau gadis itu mengabaikan suara dentum musik yang berisik di lantai satu. Di ujung lorong, ada pintu bertuliskan istilah VIP di atasnya dan Sandara yang membuka pintunya. "Aku ingin ke toilet lebih dulu," tahan Jennie, yang justru menolak masuk ke dalam ruang VIP itu dan mengajak Lisa pergi ke toilet.
Di toilet, Jennie lantas menatap Lisa dengan tatapan memohon. Tanpa memberi peringatan sebelumnya, gadis itu meminta Lisa untuk tidak membahas tentang Jisoo sama sekali. "Kau tidak akan menemui Jisoo? Mumpung sudah disini? Kau kesini hanya untuk gadis itu kan? Kau tidak berencana menemuiku juga,"
"Tidak, bukan begitu. Aku berencana membuat kejutan untuk Jisoo besok. Lalu menemuimu setelahnya. Tapi tadi di bandara aku bertemu dengannya, kami pernah mabuk dan tidak sengaja tidur bersama, lalu semuanya terjadi begitu saja. Aku sudah memberitahunya kalau aku berkencan dengan orang lain, tapi dia bilang dia tidak peduli, katanya dia hanya ingin berteman denganku," jelas Jennie sembari sesekali menoleh ke arah pintu, memastikan tidak ada seorang pun yang masuk atau menguping pembicaraan mereka. "Tapi bagaimana kau bisa mengenalinya?" tanya Jennie setelah ia yakin tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.
"Siapa yang tidak kenal Sandara Park? Dia terkenal, tapi aku kesini bersama temannya. G Dragon,"
"Kau mengenal G Dragon? Bagaimana bisa?"
"Kami bekerja sama, dia menyewa salah satu minimarketku untuk syutingnya," jawab Lisa, enggan menceritakan rentetan masalah yang terjadi beberapa bulan lalu.
Malam itu, Lisa dan Jennie bergabung bersama beberapa bintang layar kaca, mulai dari G Dragon, Sandara Park, sampai beberapa penyanyi dan aktor lainnya. Taehee dan beberapa manager juga ada disana, namun semua orang disana bersikap seolah mereka adalah teman dekat, bukan hanya rekan kerja. Di sebuah ruangan yang mirip ruang karaoke, mereka bersenang-senang, berpesta, minum-minum, bernyanyi, tertawa dan sesekali menari.
Di pojok sofa dekat pintu, Lisa duduk sembari tertawa. Gadis itu tidak bisa berhenti menertawakan lelucon Seunghyun, sedang Jiyong yang duduk di sebelah kirinya tengah sibuk dengan handphonenya. "Apa yang kau lakukan?" tanya Lisa, sembari menyenggol Jiyong yang sibuk mengetik di handphonenya.
"Menulis,"
"Kau dapat ide untuk musikmu dan menulis disini?" tanya Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. Awalnya Jiyong tidak begitu peduli dengan pertanyaan Lisa, pria itu tengah berusaha memfokuskan seluruh pikirannya pada lirik yang tengah ia rangkai. Hanya saja, di detik berikutnya, Jiyong langsung menoleh pada Lisa karena mendengar gadis itu berbicara pada orang lain. "Apa kau juga melakukan itu oppa? Kau juga bisa menulis lagu di tempat yang ramai begini?" tanya Lisa, kepada sosok Mino yang tidak pernah nyata di sisi kanannya.
"Tidak mungkin kau bisa menulis ditempat seperti ini, kau kan bodoh," lanjut Lisa, di tengah keramaian dengan Jiyong yang diam-diam menontonnya. "Walaupun bodoh, tapi aku benar-benar beruntung karena bisa berkencan denganmu. Kurasa di kehidupan sebelumnya, aku adalah pahlawan," jawab Mino, yang tentunya hanya bisa di dengar oleh Lisa.
"Tentu saja kau sangat beruntung karena bisa berkencan dengan gadis cantik sepertiku. Kau tahu ada berapa banyak pria yang mencoba menarik perhatianku?" balas Lisa, yang justru mengobrol dengan sosok yang tidak dapat di lihat orang lain- dengan Mino yang ia cintai.
Tapi di tengah keramaian itu, bukan hanya Jiyong yang memperhatikan Lisa. Dari jauh, Jennie yang tengah tertawa bersama Sandara dan wanita lainnya juga diam-diam memperhatikan Lisa. Jennie tidak dapat mendengar apa yang tengah Lisa bicarakan, namun matanya dapat menangkap sosok sepupunya itu tengah bicara pada seseorang yang tidak seharusnya tidak ada disana. Selain Jennie, juga ada Seungri, yang mematung di sebrang meja merekam Lisa yang tengah tersenyum bahagia dengan kekasih khayalannya. Seungri hanya berniat menunjukan wajah Lisa pada Daesung yang tidak bisa datang, dan secara kebetulan, yang ia tunjukan pada Daesung adalah bagaimana Lisa yang sebenarnya.
"Lisa-ya! Ini lagu kesukaanmu! Ayo bernyanyi bersamaku!" seru Jennie, yang tanpa aba-aba menarik Lisa agar ikut bersamanya- bernyanyi di depan para bintang. Selama sisa malam itu, Lisa bersenang-senang, sampai akhirnya energi mereka habis dan satu-persatu dari mereka berpamitan untuk pulang.
Jiyong adalah orang yang pertama berpamitan, bukan pestanya yang membuat Jiyong merasa lelah, melainkan melihat Lisa yang masih sesekali tersenyum pada angin. Dengan rasa prihatin, diajaknya Lisa untuk pulang lebih awal dan beruntung sekali karena Lisa tidak menolak. Setelah Lisa memastikan kalau Jennie tidak akan menginap dirumahnya, Lisa mengekori Jiyong untuk pulang. Seorang supir pengganti sudah datang dan menunggu mereka di tempat parkir, Jiyong meminta supir pengganti itu mengantar mereka ke alamat rumah Lisa namun belum lama mereka duduk di kursi penumpang bagian belakang, Lisa sudah lebih dulu memeluk Jiyong.
"Aku merindukanmu," bisik Lisa sembari mengeratkan pelukannya pada leher Jiyong. "Aku kesulitan, peluk aku... Aku bilang aku kesulitan, kau tidak akan memelukku? Berengsek! Padahal kau yang membuatku kesulitan!" marah Lisa di tengah pening. Gadis itu terlalu mabuk untuk dapat mengenali Jiyong, namun Jiyong justru merasa prihatin. Jiyong ingin menyadarkan Lisa- melepaskan pelukan itu kemudian mengatakan pada Lisa kalau ia adalah Jiyong dan bukan Mino- namun rasa kasihan membuatnya tidak mampu melepaskan pelukan itu. Pelukan yang begitu erat seolah ada luapan rasa kehilangan yang begitu berat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Man's Death
Fanfic"Peluk aku, aku sedang kesulitan," ucap Lisa di depan pintu rumahnya. Pintu rumahnya terbuka dan ia mengulangi permintaannya. "Peluk aku, aku sedang kesulitan," ulangnya, sekali, dua kali, tiga kali ia mengulang permintaan itu... Namun tidak seorang...