Lisa terbatuk-batuk karena tersedak air yang sedang diminumnya. Sang ibu mengatainya jorok namun ia tetap membantu Lisa membersihkan cola yang baru saja putrinya keluarkan– dari hidung juga mulut saking terkejutnya. Malam itu, setelah Jiyong pulang dengan satu tas jinjing besar berisi makanan, tuan Kim berkata, "Jiyong bilang dia menyukaimu, dia meminta izinku untuk berkencan denganmu. Sedekat apa hubungan kalian?" begitu ucapnya dan itulah alasan Lisa tersedak colanya.
"Lalu apa yang appa katakan?" tanya Lisa, setelah batuknya selesai. "Apa mengizinkannya?"
"Appa hanya bilang kalau dia boleh berkencan denganmu kalau kau menerimanya. Tapi ini pertama kalinya ada pria yang meminta izinku sebelum dia mengencani putriku, dia terlihat baik, dia juga sopan, kenapa kau tidak mempertimbangkan untuk berkencan dengannya?"
"Jiyong belum meminta Lisa berkencan dengannya," celetuk nyonya Kim yang kemudian bergabung dengan suaminya di ruang tengah, menonton TV bersama disana selepas makan malam yang menyenangkan bersama putri juga teman putrinya. "Appamu sampai menangis karenanya, dia bilang rasanya seperti seorang ayah yang baru saja menerima lamaran. Bulan lalu appamu kesal karena hyungnya memamerkan pria yang melamar Jennie, kakek nenekmu bahkan sampai pergi ke Australia untuk melihat pria itu,"
"Kalau ada orang seperti Jiyong yang melamar putriku, aku bisa membalas ucapan hyungku dengan lebih sombong," komentar sang ayah sementara Lisa hanya mematung di tempatnya. Benarkah ini rumahku? Pikir gadis itu yang tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Singkat cerita, sekitar tiga minggu lalu, tepatnya dua hari setelah Jiyong mengantarkan Jennie ke restoran milik orangtua Lisa, Jiyong kembali datang ke restoran itu. Jiyong kembali datang ke sana, kemudian menunjukan video yang Seungri rekam kepada kedua orangtua Lisa. Tentu saja video itu membuat tuan dan nyonya Kim sangat sedih. Melihat putri mereka bicara sendiri karena terlalu sedih, orangtua mana yang tidak akan sedih?
Hari itu, tuan dan nyonya Kim tidak dapat melanjutkan pekerjaan, mereka menutup restoran kemudian mulai mencari cara untuk menyembuhkan Lisa. Mereka ingin menelpon Lisa, menanyakan kebenaran dari video yang Jiyong tunjukan, namun jarak membuat mereka mengurungkan niatan mereka. Bagaimana kalau Lisa sakit sendirian disana? Bagaimana kalau Lisa tidak bisa menahan rasa sedihnya dan putus asa? Lisa sendirian di Jeju dan kedua orangtuanya memutuskan untuk tidak menelpon Lisa hari itu.
Keesokan harinya, Jiyong kembali datang. Kali ini pria itu datang di pukul 6 pagi. Masih sangat pagi hingga membuat tuan dan nyonya Kim membatalkan rencana mereka pergi ke Jeju. "Aku dan Mino bersahabat, tapi aku baru mengenal Lisa beberapa bulan terakhir ini. Beberapa bulan lalu, Lisa menghubungiku dan memberiku buku berisi lagu yang Mino tulis. Aku membaca buku itu, ada banyak sekali buku, 23 atau 25 buku dan sebagian besar isinya bercerita tentang Lisa. Awalnya aku tidak ambil pusing, aku hanya membaca lagu-lagu itu kemudian memilih lagu yang kusukai. Mino memintaku merekam beberapa lagunya. Tapi selain mendapatkan lagu-lagu bagus, aku juga mendapatkan sesuatu yang lain. Lagu yang Mino tulis di buku itu memberitahuku alasannya menyukai Lisa. Lalu aku menyukai Lisa, jadi kalau anda mengizinkannya, aku ingin berkencan dengan Lisa," ucap Jiyong pagi hari itu.
"Kau tahu bagaimana keadaan Lisa saat ini, kenapa kau menyukainya? Hanya karena sosok yang Mino gambarkan dalam lagunya? Bagaimana kalau sosok itu ternyata bukan Lisa?" tanya Jihyun, berusaha keras untuk tetap bersikap realistis. Baginya, emosi dan rasa sedihnya karena keadaan Lisa tidak akan membuat keadaan Lisa menjadi lebih baik.
"Mino menggambarkannya sebagai gadis mandiri yang sangat perhatian dan setelah beberapa kali aku bertemu dengannya, menurutku Mino benar. Lisa gadis yang mandiri, dia memperhatikan banyak hal, dia memikirkan banyak hal, dia punya banyak ke khawatiran dan semua itu membuatnya terlihat sangat cantik. Untuk sekarang, Lisa mungkin belum benar-benar mengenalku, aku juga belum benar-benar mengenalnya. Tapi aku merasa, aku perlu datang untuk memberitahu kalian berdua kalau aku menyukai putri kalian."
"Bukankah ini terlalu cepat? Kau belum mengenal putriku, kau akan menikahinya?" tanya Tuan Kim sama sekali tidak membuat Jiyong gugup– pria itu sudah berlatih semalaman untuk datang kesana. Ia menghafal ucapannya semalam penuh hanya agar ia tidak salah menjawab pertanyaan orangtua Lisa.
"Aku sudah di posisi siap menikah. Tapi aku setuju dengan anda kalau pernikahan terlalu cepat untuk kami. Karena kami belum benar-benar saling mengenal. Lisa harus lebih mengenalku untuk bersedia menikah denganku. Jadi aku kesini hari ini untuk bertanya apakah aku boleh berkencan dengan Lisa? Setelah kami sudah lebih saling mengenal nanti, aku akan datang lagi untuk melamarnya,"
Tuan Kim menarik nafasnya dalam-dalam. Kemarin ia benar-benar sedih karena keadaan putrinya, namun hari ini ada percikan rasa senang di hatinya. Seorang pria yang terlihat baik, datang dengan pakaian rapinya, bicara dengan tutur yang lembut namun tetap terasa tegas, meminta izinnya untuk mengencani putrinya. Ada setitik kebanggan di dada tuan Kim. Aku sudah membesarkan putriku dengan sangat baik hingga ada seorang pria yang bertindak sampai sejauh ini hanya untuk dekat dengannya– kira-kira begitu perasaan tuan Kim saat itu.
Kembali ke malam ketika Lisa tersedak cola, gadis itu berbaring di lantai kamarnya, menatap langit-langit kamarnya sembari memikirkan ucapan ayahnya. Lisa memang merona setiap kali mengingat malam dimana ia tidur bersama Jiyong, namun gadis itu tidak menganggap debaran jantungnya saat itu sebagai rasa cinta. Lisa tidak merasa ia menyukai Jiyong apalagi mencintainya.
"Augh! Kenapa juga aku harus memikirkannya?! Dia bahkan tidak- akh!" keluhnya yang terpotong sebuah teriakan kesakitan– Lisa hendak bangun dari baringannya, sembari mengeluh dan kepalanya justru terbentur kaki ranjangnya. "Terimakasih! Karenamu sekarang aku sadar!" omelnya pada kaki ranjang, "dia tidak memintaku berkencan dengannya, dia mungkin hanya membual pada appa. Aku akan berpura-pura tidak tahu- akh! Kenapa lagi?! Aku tidak berharap dia akan menyatakan perasaannya padaku!" ocehnya, berteriak dan mengaduh kesakitan sekali lagi karena untuk kedua kalinya kepala Lisa terbentur lagi– kali ini bagian belakang kepalanya terbentur kepala ranjang disaat ia hendak berbaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Man's Death
Fiksi Penggemar"Peluk aku, aku sedang kesulitan," ucap Lisa di depan pintu rumahnya. Pintu rumahnya terbuka dan ia mengulangi permintaannya. "Peluk aku, aku sedang kesulitan," ulangnya, sekali, dua kali, tiga kali ia mengulang permintaan itu... Namun tidak seorang...