Kisah ini dimulai dari seorang Lalice Kim yang harus pindah ke pulau Jeju untuk menjalankan tugasnya. Sejak ia lahir sampai menginjak usia 20 tahun, Lisa, sapaan akrabnya, tinggal di Australia. Kegagalan bisnis orangtuanya yang saat itu membuatnya harus kembali ke Seoul dan bekerja disana. Sudah lima tahun gadis itu bekerja dengan jabatan yang sama– staff marketing– sampai ditahun ini, ketika usianya sudah genap 25 tahun perusahaan memberinya kesempatan untuk bertanggung jawab atas cabang baru perusahaan mereka di Jeju.
Lisa tidak punya satupun kerabat di Jeju, ditambah dengan waktu pindahnya yang cenderung terlalu mendadak, hingga ia kesulitan untuk menemukan tempat tinggal yang sesuai. Untungnya, benar-benar beruntung sekali, seorang sahabatnya dari Australia berkencan dan tinggal bersama kekasihnya di Jeju. “Hei, Rossie, kau tahu kalau aku akan bekerja di Jeju, bukan? Bisakah kau membantuku?” tanya Lisa melalui sambungan telepon.
“Apa yang bisa ku bantu, Lice? Mencarikanmu tempat tinggal? Kenapa kau tidak tinggal bersamaku saja? Pasti akan menyenangkan kalau kita bisa tinggal bersama,” balas Rose di sebrang panggilan itu. Lisa tertawa mendengar ucapan Rose, ia tidak bisa tinggal dengan Rose dan kekasihnya, itu yang Lisa ketahui. “Jangan tertawa, aku tidak bercanda Lice. Kekasihku sangat sibuk, benar-benar sibuk sampai ia hampir tidak pernah pulang. Aku kesepian, ayolah tinggal denganku saja, ya?”
“Kita akan tidur bertiga dan membuatnya terlihat seperti pria beristri dua? Oh ayolah… jangan bercanda, bagaimana kalau kekasihmu menyukaiku? Mino tidak akan menyukainya,”
“Lice-“
“Haha aku bercanda Rossie, aku benar-benar tidak bisa tinggal bersama denganmu dan kekasihmu. Jadi, bagaimana kalau kau membantuku mencarikan tempat tinggal? Mungkin sebuah apartemen studio yang tidak begitu jauh dari rumahmu? Jadi kau bisa berkunjung ke tempatku kalau kesepian,”
“Sungguh? Kau mau tinggal di dekat rumahku dan aku boleh menginap? Kau tidak sedang membual kan?”
“Kalau hanya satu atau dua malam, kurasa aku tidak keberatan? Kau ingat kan bagaimana kacaunya kita kalau tinggal bersama? Rumah pasti akan terlihat seperti tempat sampah kalau kita tinggal bersama,”
“Aku jadi merindukan Jennie eonni, dia yang membersihkan asramaku saat kita masih sekolah dulu,” kenang Rose, membuat Lisa terkekeh dan menyetujui ucapannya. Jennie Kim, yang tengah mereka bicarakan adalah kakak sepupu Lisa yang dulu juga tinggal di Australia– sampai saat ini. Jennie terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan tumbuh menjadi seorang wanita cantik yang disukai semua orang. Cantik, anggun, cerdas, benar-benar gadis yang diidamkan seluruh ibu mertua.
Pembicaraan mereka berlangsung setelah 180 menit 23 detik, dan diakhir pembicaraan itu tanpa sadar Rose mengeluarkan sumpah serapahnya. Bagaimana tidak? Gadis yang baru saja meminta bantuannya itu ternyata akan terbang ke Jeju dua hari lagi. Bagaimana Rose dapat mencarikannya tempat tinggal hanya dalam waktu dua hari? Lisa benar-benar keterlaluan, pikir Rose. “Hei! Lice! Kau pikir mencari tempat tinggal semudah membeli air? Bagaimana aku bisa mencarikanmu tempat tinggal yang cocok hanya dalam dua hari?!” protes Rose kepada gadis yang hanya dapat terkekeh canggung di ujung sambungan teleponnya. “Maaf, sebenarnya rencana kepindahanku sudah dibuat sejak bulan lalu tapi ada banyak sekali pekerjaan sampai aku lupa mencari tempat tinggal,” jelas Lisa, mencoba memberi alasan kepada teman dekatnya itu.
Rosseane Park adalah tipe orang yang begitu perasa, seorang gadis yang mudah khawatir dan cenderung memikirkan masalah seluruh teman-temannya. Ia gadis yang baik, Lisa mengakui itu, walau sesekali kebaikan Rose terasa sedikit memberatkan. Rasa khawatirnya juga sedikit berlebihan dan Lisa pikir itulah alasan mereka berteman selama ini– karena mereka berbeda, sangat berbeda. “Begini saja, jangan tinggal di hotel. Uangmu akan habis kalau kau tinggal di hotel, kau tahu semahal apa hotel di Jeju? Kau tinggal saja di rumahku, hanya selama satu atau dua minggu sampai kita menemukan tempat baru untukmu, ya? Aku akan memberitahu kekasihku, dia pasti akan mengizinkanmu tinggal, jadi jangan khawatir.”
KAMU SEDANG MEMBACA
After The Man's Death
Fanfic"Peluk aku, aku sedang kesulitan," ucap Lisa di depan pintu rumahnya. Pintu rumahnya terbuka dan ia mengulangi permintaannya. "Peluk aku, aku sedang kesulitan," ulangnya, sekali, dua kali, tiga kali ia mengulang permintaan itu... Namun tidak seorang...