Makan Malam dan Hadiah - random

232 22 21
                                    

Apakah salah jika kita bersikap biasa saja jika sedang berulang tahun?

Menurut Kang Woo, ulang tahun hanyalah sebuah istilah. Untuk apa merayakan seseorang yang bertambah tua? Bukannya makin sejahtera, malah makin pusing karena harus meladeni ajakan pesta dari orang-orang.

Apalagi kalau orangnya macam manusia aneh macam kakaknya.

"Kousuke-chan~ Kau undang teman-teman timmu ke pesta ulang tahunmu nanti malam dong ya~"

Kang Woo seketika bergidik saat suara cempreng Kaneki yang terdengar aneh menyapa gendang telinganya. Ia melirik ke arah sang kakak yang sedang berkutat di dapur dengan jantung berdegup kencang. Jangan berpikiran yang aneh-aneh, melainkan ia khawatir jika dapur rumah mereka kembali hancur di tangan manusia biadab yang tak ingin ia anggap sebagai kakaknya.

"Rempong amat. Ngapain juga adain pesta? Yang ultah kan gue, bukan elu," balas Kang Woo sewot.

"Ya karena elu ulang tahun, jadi lakuin hal yang agak spesial dong," sahut Kaneki yang masih fokus dengan kegiatannya. "Anggap aja sekalian memuluskan hubungan dengan calon-adik-ipar."

Mendengar kalimat terakhir Kaneki, membuat Kang Woo hanya bisa menghela napasnya. Ia kemudian berdiri dan meraih ponsel pintar serta id card-nya.

"Terserahlah, aku mau ke kantor polisi. Mending kau segera ke kampus sana. Aku takut kalau dapur ini meledak saat aku tidak ada."

"Kau pikir aku cuma bisa ngehancurin doang, hah?"

"Kau lupa karena kau ingin bereksperimen pada sup bakarmu sukses membuat panci sekaligus semua stok dapur untuk seminggu kita wassalam dan berakhir hanya makan mie selama seminggu penuh?"

Detik berikutnya, Kang Woo langsung kabur sebelum jurus ngomel dan ngambek khas Kaneki merusak gendang telinganya.

Di depan pintu apartemennya, Kang Woo menghela napasnya pelan. Sebelah tangannya merogoh saku jaket hitamnya. Wajahnya seketika berseri-seri dengan senyuman lebar ketika melihat sebuah kotak merah berukuran sedang di tangannya.

Untuk kali ini saja, biarkan dirinya tidak bersikap sepertinya biasanya dan bertindak sesuai kata hatinya.

.

.

.

Entah mengapa, Kang Woo merasa jika hari ini dia sedang sangat sial.

Saat ia baru saja sampai di ruangan Tim Lapangan, ia tersandung kursi dan ditertawakan seisi ruangan. Saat ada kasus code one, ternyata dia kena tipu oleh pelakunya, yang membuatnya harus tersasar bermenit-menit.

Belum sempat ia merutuki kebodohannya itu, tiba-tiba code zero diumumkan oleh bebebnya tercinta. Mau tak mau, ia harus kembali lari-lari ria mengejar pelaku penyerangan di pasar Poongsan.

Ah, jangan lupakan soal dirinya yang mendapat hadiah dari burung berupa kotoran yang imut-imut.

"Katanya kalau seseorang kejatuhan kotoran burung, tandanya akan kejatuhan rezeki, gitu."

Dan sempat-sempatnya trio detektif yang hobi mengghibah itu mengobrol soal mitos di tengah kasus.

Ingin rasanya Kang Woo mencekik leher Kaneki yang penuh dosa itu untuk kesekian kalinya.

"Kalian datang ke rumahku nanti malam."

Joong Ki, Kwang Soo, dan Choon Byung hanya terbengong mendengar perkataan Kang Woo yang tiba-tiba. Belum juga lima menit mereka kembali. Tiga detektif sejoli itu hanya saling berpandangan satu sama lain.

Moksori - voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang