Please, Don't - au

234 18 15
                                    

Timeline: Voice 3 episode 15-16, dengan alternative ending yang ... Aku nggak yakin ini beneran beda apa nggak, wkwk. Intinya sama, tetapi juga sangat berbeda.

.

.

.

Kutatap sejenak beberapa butir pil yang ada di tanganku dengan raut datar. Dengan cepat, kutelan semua butir obat itu kemudian meneguk sebotol air yang ada di meja hingga kandas setengahnya.

Tenang, aku tak pernah punya niatan untuk menyalahgunakan obat-obatan. Yang kuminum barusan hanyalah obat untuk mengurangi efek cedera yang kuderita berbulan-bulan ini serta obat untuk sakit kepala. Sejak tadi, otakku serasa ingin meledak hingga hampir saja ambruk jika saja aku tak memilih untuk beristirahat selama beberapa menit.

Kudongakkan kepalaku menatap langit-langit kantor yang suram. Otakku harus bekerja ekstra selama berhari-hari karena ada banyak hal yang membebani pikiranku.

Kupikir, mencari keberadaan Komandan Do selama berbulan-bulan adalah beban yang cukup berat kutangani setelah berurusan dengan psikopat bersenjatakan bola besi selama tiga tahun. Setelah bertemu dengannya di Jepang, baru kusadari apa yang akan kuhadapi tak hanya organisasi gelap yang berlindung di balik dark web, melainkan juga sindikat kartel internasional yang bahkan belum terendus sepenuhnya oleh Interpol.

Belum lagi soal pria berjambang yang memiliki mata setajam serigala itu. Kuakui, sejak pertama kali bertemu diriku sudah pusing melihat perilakunya yang seenaknya. Namun saat melihat wajah dinginnya, sikap cueknya, tatapan tajamnya, sama sekali tak membuatku gentar. Justru, itu adalah daya tarik tersendiri untuknya.

Spontan, kutampar kedua pipiku lumayan keras. Cukup membuatku meringis dan sadar dari lamunanku itu.

"Sudahlah, Kang Kwon Joo. Lebih baik kau cari cara untuk menarik kembali Komandan Do dan mencari cara untuk menyembuhkannya," gumamku.

.

.

.

Sepertinya Tuhan memberikan banyak kabar baik untuk kami setelah tertimpa berbagai kabar buruk nan menyedihkan akhir-akhir ini.

Di tengah sisa waktu hingga Tim Golden Time dibubarkan, ada secercah harapan menghampiri kami. Komandan Do memutuskan untuk kembali bekerja sama dengan Tim Golden Time, meski dirinya masih belum mengubah pikirannya untuk tak mengundurkan diri. Berkatnya, aku bisa kembali merasakan ke-solid-an tim ini setelah retak beberapa hari yang lalu.

Lalu, pengejaran kami terhadap Kaneki mulai membuahkan hasil. Setelah bermain kucing-kucingan, kami berhasil melihat ekornya dan mendengarnya berusaha lari. Kuharap dengan tertangkapnya Kaneki saat ini, Tim Golden Time tak perlu berpecah dan Komandan Do bisa kembali memegang jabatannya sebagai Komandan Tim Lapangan.

Tak lupa, aku mendapatkan kabar dari Dokter Sung beberapa saat yang lalu bahwa ada kemungkinan besar Komandan Do bisa diobati. Tentu saja aku bahagia mendengarnya. Dengan begini, dia tak perlu lagi tersiksa melawan penyakitnya, dan aku pun tak perlu mengkhawatirkan dirinya berbuat hal yang aneh.

Sepanjang perjalananku menuju tempat persembunyian Kaneki, semakin banyak pikiran yang berkecamuk di hatiku.

Setelah sekian lama, kusadari ada sebuah perasaan aneh yang semakin tumbuh di dalam hatiku. Bukan sebagai rekan, sahabat, atau keluarga. Ini lebih seperti ... ketertarikan wanita terhadap sang pria.

Hatiku tak bisa berkelit. Tiap kali melihat tatapan tajamnya, sikapnya yang cuek tetapi perhatian, dan perilakunya yang selalu melindungi itu ... mau tak mau membuat hatiku terenyuh. Lalu ketika dia mengiyakan perkataan jahatku dan mengundurkan diri karena tak ingin semua orang terluka karenanya, matanya yang semakin terlihat sendu itu melukaiku.

Moksori - voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang