Angin bertiup kencang disertai dengan awan hitam menggumpal yang siap akan menurunkan air ke tanah. Jam menunjukkan pukul 02.56 siang.
Di tempat yang sepi dengan pemandangan yang sama namun mempunyai kenangan yang berbeda. Kuburan, saat ini Kinan sedang menatapi batu nisan yang ada di hadapan nya.
Air mata yang sedari tadi ingin terjun namun terhalangi oleh tembok yang telah dibendung agar air itu tidak jatuh. Namun usaha nya gagal, air itu tetap turun tanpa perintah dari nya.
"Yah..." lirih Kinan yang kini mulai menangis.
"Kinan kangen ayah,"
Rasa nya Kinan ingin bertemu dengan sosok ayah nya walaupun sebentar saja. Gadis berkuncir satu itu merogoh saku abu-abu milik nya dan mendapatkan selembar kertas dihiasi oleh pita bewarna merah. Gulungan kertas itu hanya terdapat satu foto yang menunjukkan Bunda, Kinan, dan Ayah Kinan yang sedang berfoto dengan latar belakang yang tidak asing bagi nya apalagi baju khas orang setelah operasi yang dikenakan oleh gadis kecil dalam foto itu.
Srek!
Suara langkah kaki yang sangat pelan, walaupun di kuburan yang sangat sunyi sekalipun langkah itu masih tetap tidak terdengar. Langkah itu semakin dekat dan akhirnya berhenti tepat di belakang Kinan, Kinan yang sedari tadi hanya menangis tanpa isakan. Kini mulai menyadari bahwa tidak ada yang beres di belakang nya.
"Lo?!" Kinan mengkerutkan kening nya. "Lo ngapain disini.
"Gue gak sengaja ngikutin lo, tadi pas gue mau pulang gue ngeliat lo jalan ke kuburan sendirian."
Dengan cepat Kinan mengusap air mata yang sebentar lagi mengering. Ia mengubah posisi duduk nya menjadi berdiri, tepat di hadapan seseorang itu. Seseorang itu menatap batu nisan di bawah nya.
Gluduk!
Mereka berdua terkejut karena suara petir yang tiba-tiba menyambar. Awan hitam seperti nya benar-benar siap untuk menurunkan pasukan air yang akan turun.
"Bentar lagi ujan, mending gue anterin lo pulang."
Saat ini hati nya entah kenapa berubah. Rasa nya ia tidak ada tujuan, benar saja terlihat dari tatapan Kinan yang kosong. Tanpa pikir panjang cowok itu segera menarik lengan Kinan yang berbarengan dengan turun nya hujan ke bawah. Mereka terpaksa harus basah-basahan, karena tidak ada yang menghalangi mereka apalagi cowok itu hanya memakai motor.
"Kita harus neduh." ucap Kinan berada dalam suara hujan.
"Kita gak bisa neduh disini, lo pake jaket gue dan pegangan." perintah cowok itu lalu menyalakan motor besar milik nya.
Kinan menurut, kalau ia tolak ia tidak ada kesempatan untuk pulang lagian disini sangat sepi dari rumah penduduk dan tidak ada kendaraan umum yang lewat walaupun ada tapi kendaraan itu berbeda jurusan. Di tengah hujan yang sangat deras, Kinan tidak bisa berkata apapun karena suara nya tenggelam dalam hujan yang deras.
Hujan tak kunjung berhenti, namun mereka tetap meneruskan perjalanan untunglah jalanan tidak terlalu ramai, jadi cowok itu sesikit mengebutkan laju motor. Setelah di depan rumah Kinan, Kinan turun dan tidak lupa untuk menawarkan masuk kedalam rumah nya sambil menunggu hujan berhenti. Bunda Kinan yang melihat anak nya basah-basahan langsung terkejut dan menyuruhnya untuk masuk tidak lupa dengan cowok itu.
"Yaampun, kalian kenapa gak neduh dulu?" tanya Bunda. Cewek berkuncir satu itu langsung memasuki kamar, tanpa menjawab pertanyaan dari Bunda.
Cowok itu tersenyum. "Lagian ini kan udah sore, kalau nunggu ujan nya berhenti pasti lama."
"Bener sih, eh tapi kamu harus ganti baju kan kamu juga basah kuyup kayak begitu, nanti masuk angin loh."
"Maaf karena gue ngerepotin lo. Nih." cowok itu berdiri hemdak mengambil kaos hitam dari Kinan. "Gue gak ada celana nya."
"Lah kalo gak ada celana nya terus dia pakai apa dong Kin." Bunda Kinan tertawa diikuti oleh cowok itu. "Oh ya nama kamu siapa?"
"Defan tante." ucap Defan lalu tersenyum hangat.
⚫⚫⚫
Dua selimut sudah menutupi badan Kinan yang kedinginan karena hujan-hujan tadi. Ia terbaring lemah di kasur, handuk kecil sudah menempel di kening Kinan tapi masih belum cukup untuk mengurangi suhu yang panas di tubuh Kinan.
Tok! Tok! Tok!
Suara ketukan pintu dari luar kamar membuat sang pemilik kamar menoleh. Bunda tersenyum dari balik pintu dengan membawa nampan nasi yang berisikan lengkap seperti yang ada di rumah sakit, mulai dari nasi, lauk pauk, buah-buahan, dan minum yang sudah disiapkan lengkap di atas nampan.
Bunda mengecek suhu tubuh Kinan dengan rabaan tangan. Ternyata suhu tubuh Kinan masih panas. Kemungkinan Kinan demam karena hujan-hujanan kemarin.
"Kin, makan dulu yuk. Dari semalem kamu belum makan loh." bujuk Bunda dengan sesendok nasi yang siap di luncurkan kedalam mulut.
"Kinan gak nafsu Bun."
"Oh ya lagian, kamu kemarin kenapa bisa hujan-hujanan gitu?"
Kinan mengubah posisi nya kearah wajah Bunda. Tatapan yang menunjukkan kesedihan membuat Bunda semakin penasaran.
"Kinan kangen Ayah." sesaat sesudah itu Kinan menangis dengan air mata yang membanjiri di sela-sela pipi.
Sendok yang dipegang oleh Bunda terjatuh ke lantai, dirinya beranjak dari kasur dan menaruh nampan nasi diatas nakas.
"Kamu makan sendiri ya, Bunda masih ada urusan lain."
Bunda Kinan pergi tanpa alasan yang jelas. Sementara Kinan masih menangis, bahkan tangisan nya semakin kencang. Entah kenapa dari dulu jika Kinan bercerita tentang Ayah nya kepada Bunda pasti Bunda selalu pergi, dan selalu mengalihkan topik. Kinan selalu berpikir kalau Bunda pasti juga rindu akan sosok nya namun ia tidak ingin bersedih.
Yang Kinan selalu heran pada Bunda adalah ketika Kinan menanyakan apa penyebab kematian Ayahnya pasti Bunda akan bilang bahwa Ayah meninggal karena sebuah penyakit. Aneh nya penyakit yang menyebabkan Ayah Kinan sampai meninggal tidak masuk akal, pasal nya Ayah Kinan tidak pernah memiliki riwayat penyakit sel darah putih, tapi Bunda bilang itu semua bisa terjadi.
"Apa Bunda gak kangen sama Ayah?"
i'm come back hehe 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy vs Tomboy Girl
JugendliteraturKinan cewek famous, cantik, segudang prestasi, siapa coba yang gak tertarik sama cewek yang satu ini? Ditambah lagi Kinan adalah sosok cewek yang kuat fisik dan juga menjadi kapten basket kedua Sedangkan, Afra cowok yang juga famous dan sering dijul...