21 - (Not) Fine

2.2K 98 10
                                    

Di balik tirai besar yang menghalangi cahaya untuk masuk menyinari ruangan. Terbaring lemah, dengan beberapa luka lebam yang sangat mengkhawatirkan, tapi tak mengurangi kadar ketampanan yang ia miliki.

Seperti dugaan ia sebelumnya, ia tahu dimana ia berada sekarang.

Ting!

Suara notifikasi sukses membangunkan nya, dengan ogah-ogahan ia mengambil handphone nya yang entah dari  mana.

Melihat ke sekeliling tapi ia tidak menemukan nya. Akhirnya ia bangun dari tempat tidur dan bergegas mencari dimana letak handphone nya berada. Hampir sepuluh menit ia menghabiskan waktu hanya untuk mencari handphone nya.

Usaha nya tak sia-sia, ia menemukan handphone nya tergeletak di bawah tempat tidur.

Unknown :

Entah kenapa gue lebih suka ngeliat lo terbaring lemah dari pada lo deket sama dia

Pesan yang entah dari mana, membuat Afra menggertakkan gigi. Masih dengan api yang menyala-nyala Afra mengetik secepat kilat untuk membalas pesan itu.

Lo siapa huh! Kalo lo berani hadepin gue

Ceklek!

"Lho kamu udah bangun?"

Afra meng-close percakapan itu dan mematikan layar kunci. Segera ia ingin pergi namun ditahan oleh wanita yang ada di sisi kiri nya.

"Kamu mau kemana? Kenapa pas kemarin kamu terjatuh di tanah dan penuh luka-luka?" pertanyaan Maya membuat Afra berpikir keras.

Siapa yang memukul nya dari belakang? Kenapa dan apa tujuan orang itu memukul Afra sampai terluka parah. Afra mengurungkan niat nya untuk keluar, kini ia terduduk di atas kasur bersama Maya yang mrnatap nya heran dengan beribu pertanyaan yang ada di kepala nya saat ini.

"Mama cuma mau tanya kok, kamu kenapa akhir-akhir ini kayak gini? Mama tau kalo kamu itu emang bad boy tapi senakal nakal nya kamu, kamu tetap anak mama kok. Anak yang selalu mama banggain." ucap Maya dengan lirih, karena setiap ia ingin berinteraksi dengan 'putra' nya itu selalu saja ia tidak ingin merespon.

Maya menyodorkan senampan makanan enak beserta minuman jus untuk mengembalikan energi Afra yang melemah.

"Aku gak papa." jawab Afra berbeda dari biasa nya.

Satu kalimat namun berjuta kebahagiaan. Walau hanya kalimat yang dilontarkan Afra singkat dan padat, tapi bagi Maya itu adalah suatu kemajuan yang besar.

Terakhir kali sebelum ia meninggalkan rumah dan memilih untuk tinggal di apartemen. Saat itu ia masih smp, saat dimana emosi tidak bisa terkendali, rasa yang sulit untuk mengerti situasi dan keadaan.

Namun setelah itu, Afra pergi dengan terburu-biru menuju lantai bawah. Maya yang melihat nya, heran dan mengikuti Afra dari belakang berusaha untuk memyusul langkah nya yang besar.

"Kamu mau kemana? Kamu kan lagi sakit." teriak Maya tapi sosok Afra sudah menghilang dari lantai bawah. Terdengar juga suara gerbang yang dibuka, menandakan kalau cowok itu pergi ke suatu tempat.

Gerbang tinggi nan megah kini berada persis di depan mata nya.

Tin! Tin! Tin!

Pak Budi mengintip dari celah gerbang. Melihat Afra yang membawa mobil dengan tatapan datar dan tajam.

Cool Boy vs Tomboy GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang