Bagian Empat

1.1K 132 3
                                    

Buset!

Gue nggak bisa tidur sama sekali!

Karena kejadian tadi siang gue jadi kepikiran sampai berujung insomnia. Wajah cowok cuek itu ada di kepala gue, nyerang titik saraf pusat gue. Melumpuhkan, Man!

Gue nggak akan kayak gini seandainya tuh cowok namanya bukan Arjuna Zahiditya. Gue nggak akan gila kayak gini seandainya cowok itu nggak ganteng. Nggak akan! Mending gue mikir caranya hilangin jerawat, atau yang paling berfaedah adalah....

Apa, ya? Apa gue harus mikir kenapa nggak ada iklan shampo penghilang kutu?

"Yun?" Geris ngetok pintu sekali, setelahnya nyerobos masuk. Gue emang nggak ngunci pintu kamar. Malas!

"Abang belum tidur?" Seharusnya gue nggak usah nanya. Jam segini Geris emang belum tidur. Gimana, nggak? Dia kan kerja, pulangnya malam terus. Pasti dia baru aja pulang, tuh!

"Seharusnya Abang yang nanya! Lo ngapain belum tidur jam segini? Ngapain? Belajar dandan?"

"Nggak, Bang...."

"Terus, ngapain? Kenapa belum tidur?"

Gue natap Geris, meluk dia erat. Saat ini gue butuh perlindungan, dan itu cuma didapat dari pelukan Abang tersayang gue.

"Lo napa? Ada yang gangguin?"

"Bang...."

Geris meluk gue makin erat. "Bilang aja, Yun. Abang dengerin, kok."

Gue narik napas dalam-dalam. Setiap kali gue punya masalah, Geris yang selalu ada buat gue. Ngurus semuanya buat gue, panik kalau gue sakit. Aih, gue sayang banget sama dia.

Dan ... kalau gue cerita tentang perkara hati gue ini rasanya gimana gitu....

Gue nggak mau dia ikut campur, gue nggak mau dia pusing. Tapi masalahnya gue mau cerita, dia satu-satunya orang yang ngertiin gue.

"Adek Abang ini kenapa? cerita aja...."

"Bang, Gia itu temannya Abang, kan?"

"Iya, terus?"

"Kan kemarin dia jemput, dia sama sepupunya, cowok. Abang tahu siapa namanya?"

Geris menggeleng. Mana mungkin dia tahu, dia kan jarang terbuka sama cewek-cewek. Paling malas buat ngulik kehidupan orang lain.

"Emang namanya siapa, Dek?"

"Masa namanya Arjuna Zahiditya, Bang? Kan jadi kepikiran...."

"Hah? Namanya mirip sama si pengagum rahasia itu? Jangan-jangan...."

Gue menggeleng kencang. "Nggak mungkin, Bang. Secara tuh cowok ganteng banget. Kayak karakter di cerita wattpad, yang cuek-cuek gitu...."

"Lo nggak tidur gini karena kepikiran sama dia?"

"Iya, Bang."

Geris ngelus rambut gue, cium pipi gue sayang. Dari matanya aja gue bisa nebak kalau dia agak terganggu sama cerita gue. Maksudnya ... Geris itu paling nggak suka kalau gue nggak jaga kesehatan, apalagi begadang karena mikirin cowok. Geris pasti mau marah, nih!

"Lo ngapain nggak tidur gini cuman buat mikirin itu? Ini udah malem! Besok nanti Abang yang cari tahu...."

"Nggak usah, Bang. Abang mendingan kerja, gue nggak mau kalau Abang tuh capek kayak tempo lalu."

"Abang kan sayang...." Lalu satu kecupan di dahi mendarat dengan mulus.

Aduh ... gue baper lagi. Geris kelewat sayang sama gue. Gue harusnya bersyukur punya Abang kayak dia, Abang yang nggak pernah gengsi buat nyari kerjaan, banting tulang cuma buat gue. Ngasih jajan yang berlebihan, padahal gue nggak pernah nanya dia makan baik atau nggak.

Gue (Nggak) Jelek! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang