Bagian Sebelas

967 103 0
                                    

Malam ini cukup tenang, nggak ada angin sama sekali. Pokoknya adem, sejuk dan menggembirakan juga.

Akhirnya Arjuna bertandang ke rumah gue, sesuai janjinya tadi. Geris udah masang muka yang datar, tatapannya tajam menusuk. Gue tahu, pasti Abang gue yang cakep ini masih belum bisa nyantai soal gue yang pingsan gara-gara Si Juna.

Arjuna duduk di depan kami, berdeham pelan. Kemeja yang dipakainya cocok banget di tubuhnya yang tegap. Ah, gue jadi terbayang sama roti sobek dan dada bidangnya. Pengen ... dielus!

"Maksud lo ngapain ke sini?" Geris bertanya judes, Arjuna mengerjap cepat.

"Anu, Bang...."

"Apa? Lo mau bilang apa?"

"Bang Geris, gue ... mau minta maaf. Gue bener-bener nggak sengaja buat Yuni pingsan, gue nggak ada maksud buat nyakitin dia."

Jangan terharu! Jangan baper!

"Tapi gue masih dongkol sama lo! Walaupun lo nggak sengaja, tapi kening adek gue benjol! Dan gue benci sama orang yang udah buat adek gue terluka! Gue nggak suka!"

Arjuna memelas, dia memohon. "Bang, tolong. Maaf. Jangan marah lagi...."

"Bang...." Gue menyahut, nyentuh lengannya. Gue harus ngelakuin sesuatu sekarang, Geris nggak boleh benci sama adik iparnya sendiri!

"Yun, Abang nggak mau lo sakit lagi. Abang takut, Yun...."

"Kan ... Kak Juna nggak sengaja, Bang. Itu kecelakaan."

"Iya, Bang." Arjuna menimpali. Dia pindah posisi, sedikit lebih dekat dengan Geris. "Itu nggak sengaja, jangan marah. Tolong...."

"Gue mau nanya, kenapa lo sampai segininya? Kenapa, hm?" Geris menatap lekat. Entah kenapa gue bisa rasain atmosfer berubah panas.

"Itu ... karena gue nggak enak aja, Bang."

"Karena itu?"

Arjuna menghela napas gusar. "Bang, gue janji. Gue akan jagain Yuni. Sumpah! Gue akan jagain dia."

Tunggu, tunggu! Ini maksudnya gimana? Arjuna mau jagain gue? Buat apa? Jangan-jangan ... dia....

Ah! Nggak mungkin! Nggak mungkin dia cinta sama gue. Jangankan cinta, gue masih ragu dia bisa jadi teman gue. Secara Arjuna itu ganteng banget, tubuhnya tegap dan tinggi, keningnya aduhai. Buat apa dia jagain gue?

Apa karena gue itu culikable?

Ah, nggak mungkin! Siapa yang mau culik gue? Malah jadi beban hidup!

"Ngapain lo mau jagain adek gue? Gue masih bisa, kok!" Geris berucap sewot.

"Bang ... gue ... pengen aja. Gue sering lihat Yuni digangguin cowok."

"Hah? Siapa?!"

Gue melongo, agak terkejut juga. Apa yang dimaksud Arjuna itu Roma?

"Yuni sering digangguin, Bang...." Arjuna masih memelas. Gue nggak percaya bisa lihat dia kayak gitu.

Geris menoleh ke arah gue, matanya melotot. "Kenapa nggak bilang sama Abang kalau lo digangguin cowok?!"

"Itu ... itu...."

"Apa, hm?"

Sekarang gantian gue yang diintrogasi. Nyali gue selalu menciut kalau Geris yang marah.

"Bang Geris," panggil Arjuna. Auranya tiba-tiba berubah, semacam aura pelindung. "Gue bisa jagain Yuni, Bang. Serahin semuanya sama gue, gue nggak akan biarin Yuni diganggu orang lain."

Gue (Nggak) Jelek! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang