Karena dia buat gue nggak pede, yang dimana bikin gue kesel setengah mati, maka dari itu gue berproklamasi akan merombak segalanya. Gue nggak akan jadi cewek yang dicap jerawat! Gue bisa buktiin kalau muka gue bisa mulus, badan gue bisa langsing.
Untuk buktiin semuanya, gue bangun awal dari biasanya. Jam tiga pagi! Gua beres-beres rumah, gue juga olah raga. Main lompat tali di depan rumah. Kalau Geris tahu apa yang gue lakuin, dia pasti marah, nih!
Kalian tahu sifatnya Geris, kan? Dia itu nggak peduli sama penampilan gue, karena menurut dia, gue selalu cantik, selalu jadi adek manisnya yang tersayang.
“Abang….” Gue manggil pelan di depan pintu. “Gue izin ya, Bang. Gue mau pergi jogging dulu.” Setelahnya gue bergegas. Lari dengan semangat yang membara. Well, gue tahu kalau acara pamitan tadi nggak ada gunanya, Geris nggak akan dengar karena dia masih tidur.
Ini hari minggu, mungkin ini alasannya kenapa banyak orang yang lari pagi juga. Setiap kali berpapasan sama mereka, gue bisa lihat kalau mereka semua lihatin gue. Jelas banget! Apalagi kening mereka itu mengerut.
“Satu! Dua! Tiga!” Kali ini gue mencoba buat skuatjump. Susah banget! Rasanya nyiksa! Gue ngerasain kalau bobot tubuh gue berat.
“Yuni?”
Gue noleh cepat. “Eh? Kak Juna?”
Arjuna merhatiin gue, dari bawah sampai atas. “Lo sendiri? Bang Geris mana? Lo udah minta izin sama dia?”
“Udah, kok….”
“Beneran?”
Gue memalingkan wajah. “Iya.”
Arjuna diam di tempat sambil merhatiin gue. Pelipisnya berkeringat, dahinya juga begitu. Akibatnya dia kelihatan perfect banget. Rambutnya agak basah, beberapa air netes di anak rambutnya. Sial! Mati gue, nih!
“Kakak lari pagi juga?” tanya Gue.
“Hm.”
“Sendiri?”
“Hm.”
“Nggak bareng gebetan?”
“Hm?”
Ish! Arjuna maksudnya gimana, sih? Gumam aja, terus!!!
Beberapa menit gue sama dia saling diam. Dia juga nggak ada niat buat nanya lebih lanjut maksud perkataan gue. Nyebelin, emang! Gue kan nanya karena penasaran.
“Kak Juna kok diem?”
Arjuna berdeham. “Emang mau bilang apa?”
“Apa kek gitu….”
Arjuna maju selangkah, dia masih merhatiin gue dengan mata tajam itu. Raut wajahnya bisa dibilang kalau risi. Entah kenapa dia kayak nggak senang gitu.
“Lo beneran udah minta izin sama Bang Geris?”
“U-dah….”
Arjuna menggeleng, dia narik tangan gue, nyeret gue. “Gue sering dengar Bang Geris omongin lo, di dengar dari ceritanya dia nggak akan biarin lo keluyuran sendirian. Lo pasti nggak izin sama dia.”
“Kak Juna sering ngobrol sama Bang Geris?”
“Nggak. Cuma dengar aja, dia sering cerita tentang lo kalau lagi ngerjain tugas sama Gia.”
Aduh, Bang Geris kelewatan, nih! Dia bicara apa aja?
Selama perjalanan ke rumah, Arjuna nggak angkat bicara lagi. Tangan gue masih diseret, digenggam erat. Saking kerasnya tangan gue agak sakit. Sumpah! Gue bingung sama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue (Nggak) Jelek! [✓]
Fiksi Remaja[Completed] Gue nggak sama kayak kalian. Gue jelek berdasarkan hasil penelitian. Jerawat gue banyak, minyak wajah jadi pemandangan, komedoan, dan tentunya gue gendut + pendek + pesek. Tapi... Kalian nggak akan percaya kalau gue punya pengagum rahasi...