Gumpalan awan hitam jadi permulaan di hari ini, gue natap penuh saksama. Entah sejak kapan langit tahu perasaan gue. Gue tahu, gue terlalu alay nyikapin semuanya. Gue terlalu fokus sama seseorang. Hingga gue lupa sama orang lain.
Ayolah….
Ini sama sekali bukan gue. Mana Yuni yang selalu ceria meski dihujat? Mana Yuni yang bakalan galau karena cumanmasalah jerawat? Bete karena berat badan nggak turun-turun? Kemana perginya itu? Kenapa gue harus galau karena cinta?
Tapi nasib baiknya … jerawat gue nggak muncul. Satu pun nggak ada! Mungkin jerawat gue males keluar karena otak gue berpindah haluan. Mungkin jerawat gue terasa diasingkan karena gue nggak kepikiran mereka lagi, melainkan cinta.
“Yuni!”
Rasanya bulu kuduk gue merinding. Dengar suara seksinya makin bikin gue merana. Apa yang harus gue lakuin sekarang? Lari masuk kelas?
Nggak boleh! Gue pasti bisa!
Mata gue langsung natap berlebihan. Jantung gue gila-gilaan sekarang. Arjuna udah berdiri di hadapan gue, lengkap sama senyum manisnya yang bisa menggemparkan dunia. Kali ini nggak ada penampakan dua cowok kece lainnya, Arjuna sendirian.
“Hm … Kak Raka sama Kak Gama mana?” Gue coba buat basa-basi. Gue harus terlihat normal di matanya, berhubung gue belum menyebarluaskan hubungan gue sama Roma. Cuma kami berdua aja yang tahu, ditambah sama Geris.
“Mereka udah masuk ke kelas duluan. Sebenarnya gue juga mau masuk kelas, tapi gue lihat lo tadi bengong sambil jalan. Gue … agak penasaran, lo mikir apaan?”
Seharusnya gue udah mikirin ini sejak semalam. Arjuna itu udah masuk ke dalam kehidupan gue, kedekatan kami udah sangat baik. Nggak kayak dulu, penuh kecanggungan. Pastinya dia bakalan nanya perkara tentang gue, kan?
“Lho? Kok jadi bengong?” ucapnya.
“Anu … hm … nggak apa-apa, Kak. Gue cuma lagi mikir soal pelajaran. Tugas gue lagi banyak.”
“Tentang tugas, ya? Kirain apaan. Oh iya, Roma mana? Tumben dia nggak masuk pagi.”
Untuk sementara gue bisa bernapas lega, Roma yang notabennya udah jadi pacar gue lagi izin selama beberapa hari. Ada urusan keluarga katanya. Emang dari kemarin keluarganya agak kacau. Turut prihatin, sih….
“Dia lagi ada urusan, Kak. Dia bakalan izin.”
Arjuna senyum lebar. Mampus! Pasti bentar lagi gue mimisan, nih!
Ini nggak adil! Kenapa Arjuna makin hari makin ganteng? Kapan jeleknya, sih?!
“Yun, gue juga mau bilang sesuatu sama lo.”
“Apaan, Kak?”
“Besok gue juga mau izin.”
“Izin? Izin apaan?”
“Gue mau ikut lomba matematika, antar sekolah. Jadi mungkin gue juga bakalan izin.”
Hebat banget gebetan gue ini. Udah cakep, pintar juga. Sekali lagi gue bertanya-tanya, kenapa temannya Arjuna yang namanya Yuri itu nolak dia? Arjuna kurang apa di matanya? Andai gue jadi Yuri, udah gue ajak ke penghulu!
Argh!!! Gue cinta banget sama nih cowok!
“Kakak kapan perginya?”
“Besok.”
“Hah? Besok?”
Tanpa disangka, Arjuna nepuk kepala gue, elus lembut. Gue yakin satu hal, pasti wajah gue mengeluarkan mimik yang nggak berbobot. Raut wajah yang malu-maluin. Kenapa nggak? Perlakuannya manis banget. Gue bisa nerjang dia nggak, sih?
![](https://img.wattpad.com/cover/200138902-288-k175919.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gue (Nggak) Jelek! [✓]
Teen Fiction[Completed] Gue nggak sama kayak kalian. Gue jelek berdasarkan hasil penelitian. Jerawat gue banyak, minyak wajah jadi pemandangan, komedoan, dan tentunya gue gendut + pendek + pesek. Tapi... Kalian nggak akan percaya kalau gue punya pengagum rahasi...