Sᴏᴍɴᴜᴍ

12.4K 489 238
                                    

"Jangan takut. Kemari, datang dan sambutlah pelukan ini,"sebuah suara menggema dari luar lemari. Suara hangat, nan lembut yang selalu menyambut diri ini, suara yang sangat dikenali kedua telinga ini.

"Ayah?!.." sepasang manik ruby cerah dihiasi air mata, menyala. Pintu almari berbahan jati terbuka, anak itu melompat ke pelukan Ayahanda tercinta.

"Bodoh..."

Sebuah tarikan kasar di kerah baju sang anak. Beberapa tamparan keras langsung menyambar tubuh kecil dan ringkih itu. Bantingan kencang, tubuh bertemu lantai kayu mahoni yang keras. Suara teriakan nyaring terdengar.

Darah segar mulai mengucur deras. Sepasang mata indah yang tadinya terbuka lebar hanya bisa menatap sayu Sang Ayah yang baru saja membanting tubuh mungilnya.

Sekarang pikirannya seolah ditutupi kabut tebal. Entah kenapa, rasanya ingin sekali memejamkan kedua mata ini dengan erat, dan terjatuh ke kegelapan tanpa akhir...

.
.
.
Somnum
Rate: T+ (mentions of rape)
Genre: *Lirik-lirik penuh makna*
Chara: Hali Ting Ting, Upan Badriah, Gempa Monica, Solar Gotik
Warn: Bahasa tidak baku, alur tidak jelas, OOC, OOT, Mentions of rape
.
.
.

"AYAH!..."

Teriakan di pagi hari, cukup sukses membangunkan penghuni kamar asrama ini. Anehnya, bukan si biru langit yang berteriak histeris di pagi hari ini.

"Kak Halilintar, kenapa?" Tanya salah seorang dari tiga penghuni kamar asrama yang terbangun karena teriakan nyaring itu. "Masih jam tiga, Kak. Kenapa sudah bangun?"

"Entah, tumben sekali Kak Hali sudah bangun jam segini, isi acara teriak-teriak segala. Biasanya kan, Kak Hali yang paling kebo. Tidur paling awal, bangun terakhir~" celetuk si manik biru sapphire dengan nada jahil.

Biasanya sebuah tamparan cinta sudah melayang ke wajahnya kalau ia berkata hal macam itu ke kakak angkatan temperamental yang tinggal satu kamar asrama dengannya.

Tapi kali ini tidak. Tidak ada tamparan ataupun teriakan nyaring dari kakak kelas yang masuk ke list 'Orang Yang Seru Kalau Dijahili' miliknya.

"Kak Halilintar, kau OK?" Tanya si manik emas penuh penasaran karena tidak ada respon sama sekali dari kakak kelas warga sekamar asramanya atas perilaku Taufan.

"Aa--aku, aku OK. Um.. err-kenapa kalian jam segini sudah bangun?"

"Aku dan Gempa bangun karena teriakan merdu, merusak dunia-mu, Kak Halilintar Wadidaw Prikitiaw. Anak murid kesayangan Pak Tarung keren banget nih, bisa bangunin satu kamar cuma dengan teriakannya. Mikirin apa?"

"Ah, maaf- aku cuma mimpi buruk, jangan dipikirkan,"

Oke. Kakak kelas kesayangan Taufan ini sudah ngga waras. Dia minta maaf? Sampai kiamat mungkin secuil kata bernama 'maaf' tidak akan pernah meluncur dari mulut Haji Halilintar Bin Slamet yang suci nan surgawi itu.

'Pasti ada yang salah-'

•duncє cαp! : <sσmnum>

Dᴜɴᴄᴇ Cᴀᴘ! -BᴏBᴏɪBᴏʏ Oɴᴇ-ꜱʜᴏᴛꜱ Cᴏʟᴇᴄᴛɪᴏɴ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang