......

1.8K 144 71
                                    

Dunia ini kejam, aku mengetahuinya saat diriku menginjak bangku sekolah dasar.

Saat itu, kupikir, pembullyan itu cuma akal-akalan anak cengeng untuk mengadu ke orangtuanya saat diejek atau diganggu oleh orang lain, ternyata tidak, dan aku salah.

Aku memiliki hubungan yang baik dengan semua teman sekelas, bahkan beberapa dari kelas lain. Ya, mungkin... Atau mungkin saja diriku yang polos dan naif itu menganggap semua orang sebagai temannya.

Aku yang sekarang ini benar-benar ingin tahu kenapa diriku yang dulu sangat supel dan ramah, mungkin bisa kutambahkan kata pintar juga.

Kata Mama, dulu aku benar-benar anaknya, bukan sosok penakut yang selalu mencoba untuk bersembunyi dari manusia lain.

Setelah kupikir-pikir, mungkin hal yang awalnya kukira bodoh seperti pembullyan benar-benar merusak diriku sendiri.

Waktu itu umurku masih sembilan tahun, aku memiliki sebuah kelompok teman yang sangat dekat denganku dan keluargaku.

Karena perpindahan tempat duduk, aku berpisah dengan teman sebangku ku, padahal aku sudah nyaman dengannya.

Aku ditempatkan bersama seorang perempuan, ya, pasti. Dia kasar, terburu-buru dan ceroboh. Aku tidak menyukainya, tapi mau bagaimana lagi, aku duduk dengannya.

Jam istirahat biasanya kuhabiskan dengan teman-teman dekatku, setelah beberapa jam direcoki oleh teman sebangku ku akhirnya aku bisa tenang.

Tapi tidak, dia mengekori ku dan ikut makan bersamaku. Mama bilang anak baik harus menerima orang lain, jadi kubiarkan dia ikut makan dengan kami.

Lalu dia mulai meminta lauk dari bekalku, kumaklumi, toh aku dan teman-teman yang lain juga biasa meminta sedikit lauk di bekal satu sama lain untuk saling dicicipi. Tapi dia tidak, dia mengambil banyak bagian dari makananku.

Ah, orang ini menyebalkan sekali.
Siangnya dia meminjam uang bekalku untuk makan, yasudah, kuberikan, kebetulan waktu itu aku tidak belanja apapun. Dia berjanji akan mengembalikan uangku besok, dan ya, besok datang dan dia malah memarahiku dan mengatakan kalau aku adalah tukang bohong.

Saat jam istirahat dia ikut makan bersamaku dan teman-temanku. Dia menceritakan tentang kekayaan keluarganya. Sombong, kataku dalam hati, buktinya dia masih mengutang padaku.

Keesokan harinya dia mencuri pensil mekanik ku, padahal aku membeli pensil itu dengan uang ku sendiri. Sial.

Lama-kelamaan dia makin keterlaluan, aku sering dipukuli, ditendang, dijambak dan dicaci-maki.

Kenaikan kelas, aku bebas darinya. Aku pikir begitu, tapi dia masih menempel padaku dengan senyuman menjijikkan di wajahnya.

Hal itu terus berlangsung hingga kelas lima, aku dan teman-temanku mulai menjauhinya karena temanku yang lain mulai menjadi target bullyan-nya.

Awal kelas enam, sesuatu berubah. Semuanya tiba-tiba berubah hampa, seolah di hidupku hanya ada kesedihan saja.

Pikiranku kacau, aku ingin menangis sekeras mungkin, aku ingin keluar dari perasaan ini.

Aku tidak pernah tahu apa yang terjadi padaku, sampai akhirnya aku mengenal Mafumafu dan masuk ke dalam Fandom Utaite.

Aku mendapatkan banyak teman di dunia maya, bahkan terkadang melakukan group call dengan mereka semua.

Saat salah satu dari mereka mulai memberitahu masalah mereka masing-masing aku merasa mungkin inilah saat yang tepat untukku untuk membuka perasaanku.

Aku mengirimkan foto pergelangan tanganku yang dipenuhi luka gores, iya, aku melakukan itu. Satu-satunya hal yang ingin kudapatkan saat itu adalah jawaban mengenai perasaan aneh ku.

Mereka menanyakan kondisiku, dan ya, aku menemukan teman senasib denganku.

Kuceritakan mereka kisahku dari awal, sampai sekarang, iya, sekarang. Perubahanku dari anak polos dan naif yang berubah, menghindari tatapan manusia lain dan ditelan ketakutannya sendiri.

Dan disaat itu mereka memberikan jawaban yang tidak pernah kuduga. Temanku yang lain tidak pernah peduli dengan yang kurasakan, mereka cuma menilai kesempurnaan tampilanku.

Salah satu mereka bertanya: "Apakah kau baik-baik saja?"

Saat itu aku tidak tahu harus menjawab apa melalui LINE ku. Aku tidak menganggap diriku baik-baik saja, tapi aku tidak sakit, kan?
Mereka memintaku untuk menghubungi mereka setiap kali diriku ingin menoreh pergelangan tanganku lagi.

Aku lulus SD dengan nilai standar, termasuk rendah sih di kelasku, lagipula NEM ku cuma 243,7. Aku tidak belajar sama sekali, dan yah, ini nilai yang lumayan bagus untuk seorang pemalas macam diriku.

Aku mendapatkan SMP yang kumau, dan ya, hal yang terjadi padaku saat masih duduk di bangku SD benar-benar mempengaruhi mindset ku sekarang.

Sejak masa MPLS aku sudah pesimis mengenai keadaanku di SMP, tempat ini terlalu asing.

Masa MPLS berakhir, teman-teman yang lain dengan entengnya memilih acak teman yang mereka sudah anggap nyaman, ya- mereka sudah berteman saat masa MPLS sementara aku tidak.

Aku sudah takut, lalu seorang kenalanku dari les vokal yang kutekuni selama empat tahun tiba-tiba saja muncul dan mengajakku duduk bersamanya. Hubungan kami yang awalnya adalah Senior-junior di les vokal berubah menjadi teman dekat.

Aku menyadari berapa banyak bakat temanku dalam bidang musik, bidang yang selalu ku jauhi karena suatu masalah. Aku iri dan bangga padanya, aku tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

Liburan sekolah, semuanya hancur. Itulah saat pertama dimana aku merasa jijik pada diriku sendiri. Menyebalkan, tidak berguna, menjijikkan, beban, bodoh. Hal-hal negatif muncul di otakku, aku mulai menoreh pergelangan tanganku lagi, semuanya hancur begitu saja.

Saat kembali sekolah aku menyadari berat badanku turun 3 kg, mungkin lebih. Kantung mataku semakin tebal, dan ya, rambutku rontok.

Hal-hal bodoh itu berhenti begitu saja, aku tidak mau teman-teman khawatir karena luka di pergelangan tanganku.

Waktu itu mendekati kenaikan kelas, perasaan negatif ku kembali meluap. Memikirkan bagaimana menyedihkannya diriku yang tidak bisa melakukan apapun ini, aku, lebih baik aku mati.

Aku hampir menoreh pergelangan tanganku, merenggut nyawaku sendiri waktu itu. Mengerikan bagaimana aku masih mengingat jelas hal itu sampai sekarang.

Tapi tidak, aku tidak boleh jatuh seperti ini.

Aku bangkit, lagi.

Mulai sekarang, aku akan melakukan hal yang ku suka.

Saat aku pertama kali menulis fanfiction di fandom BoBoiBoy ini aku sadar, iya, pemikiranku rusak setelah semua yang terjadi.

Tapi tidak apa-apa, mungkin dengan cara seperti ini pembacaku bisa merasakan ceritaku dengan utuh.

Hidupku baik-baik saja, tenang saja.

Aku masih kuat, aku masih bisa bertahan di dunia ini. Aku tidak akan menangis lagi. Aku akan berbuat baik ke orang lain. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik. Aku akan melakukan hal baik. Aku tidak akan melakukan hal menjijikkan yang dulu selalu kulakukan

Aku bukan orang gagal, aku tidak salah, aku tidak akan mati, aku tidak akan jatuh lagi, aku akan bertahan, aku berguna, aku pantas hidup, aku tidak menjijikkan, aku-- aku-

Aku hanya ingin tahu...

Apakah Tuhan masih memperbolehkan orang macam diriku hidup?

Siapapun, aku mohon, tolong jawab aku, apakan aku pantas hidup walaupun sudah mengecewakan orang lain?

Hei, apakah aku masih pantas hidup?

Dᴜɴᴄᴇ Cᴀᴘ! -BᴏBᴏɪBᴏʏ Oɴᴇ-ꜱʜᴏᴛꜱ Cᴏʟᴇᴄᴛɪᴏɴ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang