ɴᴀᴛᴀʟ ᴅᴀɴ ᴍᴏᴄʜɪ

2.1K 134 54
                                    

"Kau benar-benar tidak dapat dipercaya, Halilintar..." Ucap seorang gadis bersurai hitam legam sambil menatap kesal ke arah lelaki disebelahnya.

Kedua manik keemasannya digerakkan kesana-kemari, sementara kedua tangannya dimasukkan kedalam saku mantel tebal yang Ia kenakan.

"Bisa-bisanya acara Natal kita berdua berakhir dengan membagikan tisu gratis."

Halilintar, pemuda yang berdiri disebelah gadis itu hanya diam dan mendengarkan omelan kekasihnya itu.

Ia memutar kedua bola matanya, tanda tidak tertarik dengan omelan sang kekasih.

"Yah... Bagaimana lagi? Toko kue dan tempat wisata pasti penuh saat malam Natal. Memangnya Solar sendiri mau mengantri sampai pegal?" Ucapnya datar.

Gadis itu mendengus kesal. Bisa-bisanya sang kekasih menyia-nyiakan kesempatan berdua dengannya.

Ini malam Natal, malam Natal! Inilah saat paling tepat untuk berduaan, dan Tanaka malah membuang momen langka dimana mereka dapat jalan-jalan ataupun nongkrong di Cafe hanya untuk membagikan tisu gratis.

Menyebalkan!

"Aduuuh.... Mana udaranya dingin
begini!" Gerutu Solar sambil meniup kedua telapak tangan yang sedari tadi Ia sembunyikan dibalik saku mantel.

Ia tidak menyukai hari ini sama sekali, ini adalah Natal terburuk yang pernah Ia rasakan.

Halilintar menghela nafas kasar. Ia melepaskan muffler hitam dengan aksen garis putih yang sedari tadi melingkar di lehernya.

"Tadi sudah kubilang, pakai muffler-mu. Dasar keras kepala, sekarang tahu rasa." Ucapnya pelan sambil melilitkan muffler miliknya pada leher Solar.

Solar yang mendengar nasihat kekasihnya hanya bisa menggerutu kecil.

Memang sih, salahnya sendiri tidak mau mendengarkan kata Tanaka dari awal, sekarang mau tidak mau dia harus mendengarkan ceramah dari kekasih tersayangnya.

"Iya deh, iya... Lain kali pasti kudengar nasehat dari Tuan Halilintar Kinan Petir yang Maha Agung." Ucapnya ketus dan berkesan sarkastik sambil menatap Halilintar dengan tatapan penuh makna.

"Sekarang traktir Nona Solar Candrawati  yang manis ini segelas Cappucino panas, dong... Dingin, nih!"

Halilintar yang sedang dirayu oleh Solar hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Solar.

"Yasudah, ayo ke Cafe itu," ucapnya pelan sambil menunjuk sebuah Cafe kecil yang terlihat tidak terlalu padat dengan pengunjung.

Kedua netra keemasan Solar membulat saat mendengar kalimat yang keluar dari mulut kekasihnya. Ia melompat kecil lalu memeluk Halilintar dengan erat.

"Asyik! Halilintar memang yang terbaik!!" Ucapnya riang sambil menarik tangan Halilintar ke arah Cafe diiringi dengan sedikit lompatan kecil di tiap langkahnya.

"Pelan-pelan, dong..." Gerutu Halilintar pelan karena tidak bisa mengikuti lincahnya gerakan Solar.

"Iya deh... Makanya kalau kusuruh olahraga, ya olahraga. Sekarang kalah cepat, kan?" Ucap Solar sedikit menyindir.

Halilintar kesal mendengar perkataan kekasihnya yang asal caplok jadi seperti itu.

"Aku masih mengikuti kegiatan Karate, tarik kata-kata itu!" Ucap Halilintar kesal.

Solar memutar bola matanya, tidak tertarik dengan balasan Halilintar. Kedua kaki ramping Solar tetap berjalan cepat ke arah Cafe kecil yang mereka tuju.

"Kau...hosh...ngg-ngga bisa... Pelan sedikit....haaah?..." Tanya Halilintar yang terengah-engah, tidak kuat mengikuti tempo jalan Solar.

"Iya, iya- Maaf." Ucap setengah hati. "Hali, kamu tidak apa-apa, kan?" Tanya Solar pelan.

Dᴜɴᴄᴇ Cᴀᴘ! -BᴏBᴏɪBᴏʏ Oɴᴇ-ꜱʜᴏᴛꜱ Cᴏʟᴇᴄᴛɪᴏɴ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang