One More Time

4K 239 93
                                    

"Kadang aku ingin tahu, apa sih enaknya saling benci?"

.
.
.
One More Time

Rate: T

Chara: Iiro from Iiro Counter (BBB! Unniverse AU!), Halilintar. B
.
.
.

______________________________

Benci dan cinta.

Dua kata yang bertolakbelakang, tapi tetap sangat mirip antara satu dengan lainnya.

Dimana ada benci disitu ada cinta, dan begitu sebaliknya.

Manusia memiliki dua sifat bernama benci dan cinta. Tentu saja cinta lebih populer. Lagu cinta, puisi cinta, novel romantis dan dongeng ciuman pertama tak luput dari kata cinta. Semua orang suka cinta, semua orang... Iya...

Tapi bagaimana dengan benci?

Tidak ada yang suka dengan 'benci' ataupun kebencian. Iyakah?

Jujur saja, itu bodoh. Benci adalah salah satu emosi paling kuat yang dimiliki oleh manusia.

Cinta bisa menjadi yang benci, camkan kata-kata itu.

Kenapa manusia saling membenci? Bukankah dunia lebih baik tanpa rasa benci?

Kata-kata itu terus menari di dalam benak remaja berambut brunette. Ia menyesap kopi hitamnya sambil sesekali melemparkan arah pandangnya pada sosok babak belur yang sedang terbaring tidak sadarkan diri di atas sofa apartemennya.

Ia menghela nafas kasar. Kejadian ini terjadi lagi, benar-benar merepotkan dan membuang-buang waktu luangnya yang sudah sangat tipis.

Salah satu anggota ekstrakurikuler Karate yang Ia urus karena menjadi salah satu manajer disana ditemukannya tidak sadarkan diri di gudang olahraga sekolah. Dan orang itu tidak lain dari salah satu ace di ekstrakurikuler Karate, Halilintar.

Ah, iya... Halilintar-- Dirinya memiliki tanggungjawab terhadap anak itu selama sebulan penuh atas perintah orang tua Halilintar. Dirinya harus mengurus manusia menyebalkan ini selama seminggu. Malas sekali rasanya mengurus lelaki garang dan dingin seperti dia.

Tapi mau bagaimana lagi, Solar sudah menjadi abu. Dia sudah terlanjur dekat dengan Halilintar dan begitu juga sebaliknya, berterimakasihlah pada Gempa yang memaksanya untuk menjadi manajer klub Karate.

Dan disinilah dia sekarang, berduaan dengan Halilintar yang tidak sadarkan diri sambil menyesap kopi hitam dan mendengarkan irama rintik hujan.

Terkadang dirinya berpikir, apakah Halilintar pernah membenci semua yang Ia alami di dunia ini? Apakah Halilintar membenci mereka yang selalu menghabisinya hingga babak-belur dan mengkambing-hitamkan dirinya hampir setiap saat? Atau mungkin Halilintar sama seperti dirinya? Hampa dan tidak merasakan apapun tentang dunia ini.

Iiro menghela nafas kasar sambil sesekali memainkan ujung rambut berwarna rose nya yang sekarang sudah sepanjang tulang belikatnya. Mengingat sifat alami manusia, tidak mungkin Halilintar tidak merasakan apapun tentang hal ini.

Cuma ada dua pilihan antara apa yang Halilintar rasakan terhadap semua ini. Kalau Hali masih waras mungkin Ia akan membenci hal ini, tapi kalau Ia tidak waras mungkin Ia akan mencintai rasa sakit ini.

Dᴜɴᴄᴇ Cᴀᴘ! -BᴏBᴏɪBᴏʏ Oɴᴇ-ꜱʜᴏᴛꜱ Cᴏʟᴇᴄᴛɪᴏɴ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang