ᴅᴏɴ'ᴛ sʟᴇᴇᴘ

3K 208 84
                                    

Yang terakhir kali Ia ingat adalah keluarga kecilnya yang memeluknya hangat. Yang Ia lihat saat terbangun hanyalah mimpi buruk dan rasa takut ke Sang Ayah. Apakah semua kebahagiaan itu cuma mimpi indah miliknya?
.
.
.
Don't Sleep(Prequel Somnum)
Rate: T/M(mentions of rape, abuse)
Genre:Hurt/Comfort
Chara: Halilintar.B, Solar. B
.
.
.

'Ayah'

Jujur saja, kata itu tidak ada kesan indahnya di pikiran Halilintar.

Mungkin 'ayah'-nya yang tidak pantas menjadi sosok ayah untuknya. Atau mungkin dirinya yang tidak pantas menjadi anak 'ideal' dari ayahnya.

Halilintar sendiri masih bingung kenapa ayahnya melakukan hal-hal yang tidak bisa dibilang 'benar' kepadanya.

Ditampar, dipukul, dan di banting sampai babak belur. Kadang dirinya sampai dijadikan mainan pribadi pemuas nafsu ayahnya.

Jika saja ibu dan adiknya bisa kembali- mungkin Ia tidak akan hancur seperti ini.

Kalau saja ibu dan adiknya masih disini- mungkin Ia masih memiliki perasaan cinta kepada ayahnya. Bukannya rasa takut ataupun benci.

Kadang Ia membenci dirinya sendiri. Dirinya yang gemetaran setiap kali melihat Ayahnya. Dirinya yang masih saja percaya pada pelukan Ayahnya. Dirinya yang tetap berada disini walaupun selalu dilukai oleh ayahnya.

Umurnya mungkin masih 10 tahun, tubuhnya masih kecil dan pipinya mungkin masih gempal. Tapi Ia harus memiliki mental dewasa untuk tetap waras disini.

Kalau bisa, Ia masih ingin bermain seperti temannya yang lain. Dia masih ingin main sepakbola atau lari-larian bersama temannya di sekolah.

Tapi Halilintar adalah properti milik ayahnya.

Tidak ada orang yang menginginkannya.

Dulu mungkin ada.... Tapi sekarang demi keberlangsungan hidupnya Ia harus fokus ke pelajaran di sekolah.

Kalau tidak mendapatkan nilai yang cukup untuk memuaskan Sang Ayah- mungkin Ia akan mendapat hukuman yang lebih berat dari dihajar sampai babak belur.

Ia sudah merasakannya bulan lalu, dan sekarang Ia tidak ingin mengingat lagi wajah Ayahnya yang dihiasi seringai tajam.

Ia masih ingat rasa takut saat Sang Ayah mulai menelanjangi dirinya.

Ia masih ingat rasa benci saat Sang Ayah mulai menggerayangi tubuhnya...

Dan Ia masih ingat betul rasa sakit saat Sang Ayah melakukan itu kepada tubuhnya.

Halilintar membenci saat itu. Ia masih membenci dirinya yang selalu gemetaran saat mengingat kejadian itu.

Seandainya Ia yang ikut ibunya ke Supermarket saat itu.

Seandainya bukan adik laki-lakinya, Supra yang terbunuh dalam kecelakaan itu.

Seandainya Ia yang tersambar truk dan meninggal saat itu.

Mungkin ibunya tidak akan bunuh diri. Mungkin ayahnya tidak perlu berubah hingga seperti ini.

Seandainya dia yang tiada... Seandainya bukan Supra yang tiada.

Mungkin keluarga kecil mereka masih tertawa bahagia, dan Ia tidak perlu merasakan rasa seolah menusuk dada ini.

Tetapi kalau Ayah bahagia dengan cara ini...
Halilintar akan tetap menjalaninya.

__________________

Dᴜɴᴄᴇ Cᴀᴘ! -BᴏBᴏɪBᴏʏ Oɴᴇ-ꜱʜᴏᴛꜱ Cᴏʟᴇᴄᴛɪᴏɴ-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang