Di dalam mobil, tepatnya setelah pulang dari kantor, Vallery dan Alnord sudah sampai di depan rumah Vallery. Sebuah rumah mewah, yang tak seindah pada kenyataannya. Itu karena di rumah tersebut, pemiliknya mengalami kebangkrutan, tepatnya milik orang tua Vallery. Itu lah kenapa Vallery bekerja di perusahaan Alnord, menjadi asisten dari lelaki itu. Padahal dulu, Vallery adalah wanita yang digadang-gadang akan menjadi pewaris tunggal di perusahaan orang tuanya. Namun sekarang, kenyataan seolah menamparnya telak. Hidup Vallery sekarang sudah berbeda, tapi setidaknya dia sedikit merasa beruntung karena rumah mewah orang tuanya masih menjadi miliknya karena bantuan Alnord yang membayar sebagian hutang hingga pihak bank tidak perlu menyitanya.
Bila melihat rumah mewah itu, Vallery selalu berhasil dibuat terdiam dengan tatapan sendunya. Merasa terpuruk seketika hanya dengan membayangkan kenangan yang berada di dalamnya. Terutama pada orang tuanya, yang saat ini harus bekerja di negeri orang hanya untuk melunasi semua hutang-hutang perusahaan yang belum tuntas.
Sebenarnya, Alnord sudah menawarkan diri untuk membayar semua hutang yang melilit orang tua Vallery. Namun mereka menolak dengan alasan tidak ingin semakin menyusahkan lelaki itu. Mereka sudah cukup bersyukur, karena Alnord mau membayar hutang mereka sebagian untuk mempertahankan rumah yang mereka bangun dari hasil kerja keras mereka sedari dulu.
Itu lah kenapa orang tua Vallery memilih untuk bekerja di luar negeri, mencari pekerjaan di perusahaan orang sana untuk mencicil hutang-hutang mereka. Dan karena itu juga lah yang membuat Vallery bersedih bila melihat rumah mewah itu, karena kerinduannya akan sosok orang tuanya itu akan semakin menguat bila berada di dalam sana.
Di saat seperti ini, yang Vallery lakukan akan selalu sama, yaitu menyenderkan tubuhnya di bahu Alnord yang posisinya masih di tempat pengemudi. Meneteskan air mata dan menangis sejenak untuk melupakan rasa sakit akan rindunya pada sosok orang tuanya.
"Al, kapan orang tuaku akan pulang? Aku sangat merindukan mereka. Aku kesepian di rumah. Meskipun ada Bi Marta, aku masih merasa kosong, masih suka khawatir dengan Mama dan Papa. Mereka itu tidak pernah jauh dari aku sampai selama ini, jadi aku merasa khawatir apalagi mereka hampir setahun berada di sana."
Saat ini, yang Alnord lakukan hanya diam dan mendengarkan. Tidak ada yang lelaki itu lakukan selain hanya menunggu dengan sesekali mengetuk-ngetuk jarinya di atas stir mobil, sedangkan lengan sisinya menjadi bantalan empuk untuk Vallery mengeluarkan unek-uneknya.
"Al, aku mau menyusul Mama dan Papa. Menurutmu bagaimana? Kamu mau kan menemani aku ke sana?" Vallery membangunkan kepalanya dari sandarannya di pundak Alnord, lalu menatap lelaki itu lamat-lamat.
"Tidak." Alnord menjawab singkat yang seketika berhasil membuat Vallery berdecap malas, karena sahabatnya itu selalu saja bersikap datar saat dirinya mengeluhkan sesuatu hal. Tidak pernah sekalipun Alnord bersikap emosional, seperti berusaha untuk mengerti perasaannya atau setidaknya bersikap seolah-olah dia peduli tentang kisahnya. Alnord bukan lelaki seperti itu, meskipun Vallery yakin bila pertemanannya itu cukup baik sejak kecil, karena Alnord selalu melindunginya dari apapun, tapi tetap saja lelaki itu tidak bisa bersikap dan berbicara kalimat peduli.
"Kenapa tidak?" Vallery menyilangkan lengannya di depan dadanya, merasa kesal dengan sikap sahabatnya yang selalu sama, terlalu datar dan dingin.
"Karena kamu akan lebih menyusahkan orang tuamu di sana."
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti sih? Padahal aku cuma ingin menemui Papa dan Mama saja, tidak lebih. Lalu kenapa aku malah menyusahkan mereka?" Vallery menjawab malas, merasa tak habis pikir dengan pemikiran Alnord yang selalu lurus dan membosankan.
"Karena kamu pasti akan merengek ke Papa dan Mamamu untuk mereka segera pulang." Alnord menjawab yakin yang seketika ditanggapi keterjutan oleh Vallery yang mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sleeping With My Friend 21+ (TAMAT)
RomanceVallery dan Alnord adalah sahabat sejak kecil, hubungan mereka sempat merenggang karena Vallery memiliki kekasih dan akan bertunangan. Namun semua itu tak lama, karena dengan mata kepalanya sendiri, Vallery melihat tunangannya itu bercinta dengan ad...